Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 22 October 2020

KAJIAN – Manusia Tercipta untuk Abadi


Pada hari kumati
jangan bilang: “ia telah pergi.”
Tiada kaitan mati dengan pergi.

[Jalaluddin Rumi]

Apabila manusia menengok asal muasalnya, ia hanya sebuah sel sperma yang begitu kecil. Sedemikian kecilnya, ia tak dapat dilihat oleh mata telanjang. Tapi setelah sel sperma bertemu sel ovum, terjadilah proses pembuahan yang kemudian membesar menjadi janin sebelum akhirnya terlahir di dunia.

Seperti bakal bayi berproses dalam kandungan selama sembilan bulan pada umumnya, Allah juga memberikan kesempatan kepada manusia yang kini hidup selama 60 tahun, 40 tahun atau hanya beberapa bulan di dunia ini. Berapa lama pun itu, kehidupan di dunia ini menjadi fase persiapan untuk terlahir kembali di alam berikutnya.

Selama masa persiapan ini, Allah mendidik manusia untuk menempuh alam-alam selanjutnya. Ada begitu banyak alam setelah kematian namun pembahasannya di luar tema artikel ini. Yang jelas, Dia tak membiarkan makhluk-Nya mendadak memasuki suatu alam tanpa persiapan.

Seperti perbadingan dalam rahim dan alam ini, hukum alam pada kehidupan berikutnya memiliki perbedaan. Hukum alam setelah kematian, di antaranya, mengalami kemoloran waktu. Perbandingan dari sisi waktu ini disebutkan berulang kali dalam Alquran agar menjadi pelajaran bagi kita.

Satu malam di sini bisa jadi sama dengan seribu bulan di sana. Perbandingan ini menunjukkan kita akan mengalami suatu alam dengan waktu yang begitu berlimpah, bertambah lama.

Perbedaan lainnya ialah alam selanjutnya tak mengalami perubahan terus menerus seperti alam saat ini. Alam di sana lebih konstan karena itu juga disebut ‘baqa‘ yang berarti ‘stabil’.

Jika kita mundur kembali ke alam rahim, perubahan dahsyat terjadi dari setetes sperma menjadi janin hanya dalam waktu sembilan bulan! Sementara di dunia ini tak ada manusia yang mengalami perubahan begitu cepat seperti dalam rahim.

Seorang anak di alam ini membutuhkan bertahun-tahun untuk menjadi besar. Untuk bisa jalan, sang anak membutuhkan kurang lebih satu hingga dua tahun. Untuk bisa berbicara, ia perlu waktu lebih lama lagi dan seterusnya.

Kelak, kita akan memasuki alam di mana pertumbuhan kita jauh lebih lambat lagi. Mengapa? Karena kita memasuki alam yang lebih baqa. Alam yang lebih murni, lebih lengkap, dan lebih sempurna dibandingkan alam ini.

Di dunia ini, kita menyaksikan tanah, batu, kayu atau besi. Sifat-sifat kehidupan pada benda-benda itu tampak begitu minim sehingga disebut benda mati.

Tapi ketika memasuki alam yang akan datang, kita akan menemukan kehidupan lebih murni. Tak ada lagi kematian yang kita saksikan di sana. Allah berfirman,

وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” [QS. Al Ankabut: 64]

Dibandingkan alam yang akan datang, alam ini hanya permainan baik dari sisi banyaknya kematian yang kita lihat maupun dari sisi nilai dan besaran kehidupan.

Sekali lagi, kita perlu menilik alam rahim untuk mendapatkan ilustrasi perbandingan besaran kehidupan dunia ini dan alam berikutnya. Menurut saintis, bumi ini 3,5 juta kali lebih besar dari tubuh normal manusia. Bayangkan betapa kecilnya ukuran rahim dibandingkan bumi ini.

Namun bumi ini tampak begitu kecil jika dibandingkan dengan sekelompok benda langit bernama tata surya. Luas tata surya 36 juta kali lipat dari bumi.

Ternyata, tata surya berada di dalam suatu grup kelompok benda-benda langit (Galaksi Bima Sakti, -red) yang lebih luas lagi. Luasnya lima juta kali lipat dibandingkan tata surya.

Tak cukup sampai di situ, grup ini masih berada di dalam suatu klaster bernama supergugus virgo (virgo supercluster). Untuk diketahui, klaster yang berisi kumpulan galaksi ini luasnya mencapai 11 juta kali lipat dibandingkan grup tempat tata surya berada.

Jadi, bumi yang begitu besar bagi kita hanya terlihat seperti sebutir debu jika dipandang dari luar angkasa. Apalagi manusia yang berasal dari setetes sperma itu. Begitu luasnya, ahli astronomi mengatakan, benda-beda di langit lebih banyak daripada butiran pasir di bumi. Padahal itu semua masih dalam pengamatan manusia atau bisa disaksikan dengan alat seperti teleskop.

Demikian perbandingan alam rahim dan dunia ini yang menjadi ilustrasi alam berikutnya.
Ketika lahir di dunia ini, kita dipertemukan dengan bumi dan jutaan benda langit lainnya. Ini menggambarkan kita mengalami pembesaran dari kelahiran demi kelahiran.

Demikian seterusnya. Rasulullah bersabda,

ما خلقتم للفناء ، بل خلقتم للبقاء ، وإنما تنقلون من دار إلى دار

“Kalian tidak diciptakan untuk fana, tapi kalian diciptakan untuk abadi. Hanya saja kalian berpidah dari kampung ke kampung.”

Diciptakan ‘kampung-kampung’ lantaran seorang tak bisa hidup di suatu alam tanpa persiapan sebelumnya. Kesempatan persiapan diberikan karena Allah Maha Pendidik. Dia adalah Rab, – dalam bahasa Arab bersal dari kata يُربِّي ربَّى – artinya pemelihara sekaligus pendidik.

Allah mendidik kita dari satu arena ke arena lain, dari satu persiapan ke persiapan lain agar kita menyempurna. Meski demikian, kita masih saja lalai terhadap kehidupan setelah mati.

لَّقَدْ كُنتَ فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلْيَوْمَ حَدِيدٌ

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (QS. Qaf: 22)

Pada planet-planet yang tampak oleh mata saja kita lalai mengambil pelajaran, apalagi tentang kehidupan yang tak tampak. Selain itu, kehidupan setelah mati yang disebut dengan alam barzakh sejatinya masih kita dapat observasi di dunia ini agar dapat menjadi pelajaran. (Lebih lanjut tentang ‘alam barzakh’, baca: Setiap Orang Pernah Mati)

Oleh karena itu, alam berikutnya menjadi kehidupan yang menakutkan bagi orang-orang yang tak beriman. Musababnya, persiapan mereka selama di dunia ini meleset.

Sementara bagi orang-orang mukmin, kehidupan selanjutnya justru dinanti-nantikan. Pasalnya, alam setelah mati merupakan waktu memanen usai menabur benih selama di dunia. Di samping itu, mereka memandang masa depan itu luar biasa panjangnya dan kaya, lebih kaya dari imajinasi para produsen film Hollywood.[]

Baca kajian sebelumnya:

  1. Tak Ada Lagi Dusta di Akhirat
  2. Setiap Orang Pernah Mati
  3. Terbangun di Alam Kubur

AJ | Islamindonesia.id | Foto: openaccessgovernment.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *