Satu Islam Untuk Semua

Friday, 09 October 2020

KAJIAN – Tiap Orang Pernah Mati


Belum ada manusia yang meninggal dunia dan kembali hidup lalu mengabarkan adanya kehidupan setelah mati. Demikian argumen orang yang meragukan hari kebangkitan di akhirat. Oleh karena itu, katanya, kepercayaan pada hari kebangkitan hanya berdasarkan dugaan.

Alquran menyindir orang seperti ini dalam Surat Yasin ayat 78, “Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?'”

Kemudian pada ayat berikutnya, Allah memberikan jawaban sederhana tapi menggugah akal: “Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali…'”

Jawabannya ternyata simpel bagi Tuhan. Jangankan menghidupkan tulang belulang yang sudah ada, menghidupkan semua itu dari ketiadaan pun Dia mampu. Bukankah sebelumnya tulang, daging dan kulit yang membungkusnya tak ada sebelum Allah menciptakannya?

Menurut kaidah rasional yang diperkenalkan para filsuf, sebaik-baiknya bukti atas kemungkinan terjadinya sesuatu adalah pernahnya sesuatu itu terjadi. Artinya, setelah manusia dengan tulang dan dagingnya pernah dihadirkan di dunia, maka sangat mungkin dan lebih niscaya makhluk ini dibangkitkan lagi setelah dimatikan.

Lebih jauh Alquran menjelaskan cara Allah mematikan dan menghidupkan kembali:

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”(Q.S. Az-zumar: 42)

Allah menyampaikan kesamaan antara kematian dan tidurnya manusia. Dia mengangkat ruh dari keduanya. Bedanya, orang mati tak lagi bangun di dunia ini dan orang tidur kembali dibangunkan.

Persamaan antara kematian dan tidurnya manusia sekaligus membantah keraguan terhadap hari kebangkitan di akhirat kelak. Bukti ini juga luar biasa lantaran setiap orang, termasuk penyangkal akhirat, pernah merasakan tidur.

Rasulullah bersabda, “Sebagaimana tidur, begitulah kalian mati. Sebagaimana bangun dari tidur, begitulah kalian dibangkitkan”.

Jadi, jika seseorang meragukan akhirat lantaran merasa belum pernah mati maka ia telah keliru. Semua orang pernah mati. Semua orang pernah terangkat ruhnya ketika tidur sebelum dibangunkan kembali.

Para filsuf muslim dan teolog juga tak meragukan makna eksplisit ayat di atas yang menyatakan ruh orang yang tidur dan orang mati itu terangkat dari tubuhnya. Karena itu, perbedaan tidur dan mati hanya sedikit.

Allah mengangkat ruh orang tidur tapi jantungnya masih berdetak dan nafasnya masih berhembus karena Dia ingin membangunkannya kembali. Tuhan masih mempersiapkan tubuh tersebut agar sang ruh dapat ‘mendarat’ dengan baik ketika bangun.

Sementara orang mati, nafasnya telah dihentikan lantaran ruhnya tak lagi dikembalikan ke tubuhnya. Ruhnya kemudian dipindahkan ke alam lain.

Selain sedikit perbedaan di atas, mati dan tidur peristiwa yang sama. Seperti orang mati, orang yang sedang tidur juga tak mampu berbuat apa-apa.

Oleh karena itu, penafsiran tentang barzakh (alam setelah kematian) banyak diumpamakan seperti alam mimpi saat tidur. Sebagian ulama mengumpamakan siksa kubur seperti siksaan orang yang bermimpi buruk.

Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi, contohnya, tak sedikit menjelaskan di dalam kitabnya ihwal siksaan alam mimpi lebih dahsyat daripada siksaan di alam nyata atau alam yang dipersepsikan panca indra. Pasalnya, orang bisa lari dari siksaan di alam nyata tapi tak bisa lari di alam mimpi. Tak heran jika orang bermimpi buruk seringkali berkeringat bahkan jantungnya berdebar dibandingkan menghadapi kenyataan yang sama di alam nyata.

Dari ulama juga kita menemukan banyaknya penekanan pentingnya berdoa sebelum tidur. Karena tidur adalah kematian kecil.[]

Baca artikel terkait:

AJ/islamindonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *