Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 09 November 2016

Demo Damai 4 November Sudah Berlalu, Saatnya Kembali Tata Hati Jaga Perilaku


islamindonesia.id – Demo Damai 4 November Sudah Berlalu, Saatnya Kembali Tata Hati Jaga Perilaku

 

Harus diakui, Jumat (4/11/2016) telah menjadi hari paling sibuk di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Hari itu, aksi massa lebih dari 2 jutaan umat Muslim digelar di Jakarta dan di beberapa kota besar di Indonesia. Sebagian pihak menganggap, inilah demo damai terbesar sepanjang sejarah Indonesia, yang dari sisi jumlah massanya diklaim lebih besar bahkan dari massa aksi Reformasi 1998 silam.

[Baca: Benarkah 2,3 Juta Pengunjuk Rasa Memadati Jakarta 4 November?]

demo-damai-4-november-sudah-berlalu-saatnya-kembali-tata-hati-jaga-perilaku

Melihat besaran massa yang terlibat turun ke jalan, kita patut bersyukur aksi itu bisa terkendali dan berlangsung dengan damai. Meski patut disayangkan, setelah pukul 18.00 WIB, yang merupakan batas waktu diizinkannya sebuah aksi damai berlangsung, suasana makin memanas akibat ulah segelintir orang hingga berakhir kericuhan dan kerusuhan kecil. Akibatnya, 3 buah mobil dikabarkan dilalap api. Publik menyadari ada kobaran api itu pertama kali dari salah satu stasiun televisi yang menyiarkan peristiwa itu secara langsung. Insiden kecil yang menurut banyak kalangan, merupakan hal yang “lumrah” terjadi dalam setiap aksi demonstrasi, apalagi dengan jumlah massa sebesar itu.

Pada jam-jam berikutnya, provokasi di dunia nyata dan di dunia maya terus dilakukan. Banyak informasi menyesatkan yang semakin memperkeruh suasana.

[Baca: Komaruddin Hidayat: Ironis, Ada yang Doyan Sekali dengan Hoax Demi Sensasional]

Jelang tengah malam, kerusuhan terjadi di Kampung Luar Batang. Melihat para remaja yang terlibat, tampaknya kerusuhan itu bukan berasal dari peserta aksi demo 4 November. Jelas bahwa ada upaya pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan demo umat Islam itu. Hal ini terkonfirmasi saat pihak Polri menyatakan bahwa pelaku kerusuhan Luar Batang memang murni kriminal dan bukan bagian dari massa yang ikut dalam demo 4 November tersebut.

Pada akhirnya, kerusuhan itu bisa dikontrol dan Sabtu (5/11/2016) pagi suasana Ibu Kota sudah kembali kondusif.

Meski demikian, kita berharap, agar semuah pihak, termasuk para politisi, tak terkecuali Presiden Jokowi, mampu menyejukkan suasana agar masyarakat lebih tenang dan tak mudah terprovokasi.

[Baca: Catatan Pasca 4/11]

Pendek kata, demo 4 November telah usai dan berakhir damai. Kini, menjadi tugas seluruh rakyat untuk tetap waspada agar penyampaian aspirasi dan demokrasi beradab yang telah berhasil ditunjukkan umat Islam tersebut tak lagi ternoda oleh ulah para pendompleng, penunggang, atau apapun namanya dan apapun tujuan mereka.

Dalam situasi seperti ini, mulut para oportunis pendompleng kepentingan, yang biasanya kencang berbunyi nyaring, diharapkan tak lagi sembrono mengeluarkan pernyataan yang bisa memperkeruh suasana. Termasuk juga, jari-jari para netizen diharapkan tak sembarangan menyebar berita bohong dan rekayasa. Semua harus bijak menimbang terkait dampak dan konsekuensinya.

Kita tak butuh “mulut besar” untuk membangun negeri ini. Bukan pula “kicauan” bombastis di media sosial yang potensial menyulut emosi. Namun yang kita butuhkan adalah jiwa besar untuk secara arif bisa menyikapi berbagai perbedaan.

Apalagi proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah dijanjikan tetap berlangsung, dengan tegas dan transparan, bahkan sampai ada intervensi agar prosesnya dipercepat dalam dua pekan ke depan.

[Baca: PBNU: Rajut Kembali Ukhuwah, Banyak Urusan Lebih Besar dan Lebih Penting dari Sekadar Ahok]

Untuk itu, publik harus memahami prosedur itu dan sama-sama bisa mengendalikan diri. Sebab apapun yang terjadi, kita semua mesti lebih mengutamakan kepentingan yang lebih besar dan lebih penting, daripada sekadar berfokus pada urusan 1-2 orang yang dalam beberapa bulan terakhir telah menyulut emosi, mengaduk-aduk suasana hati dan mengganggu konsentrasi. Bahkan hampir saja berujung revolusi.

Faktanya, demo damai 4 November sudah usai dan berlalu. Saatnya seluruh komponen bangsa yang cinta NKRI, menahan diri untuk tak memproduksi massal caci-maki, tuding sana tuduh sini. Namun sebaliknya, mari kembali menata hati, jaga emosi dan perilaku. Jangan sampai bangsa kita mengeluarkan ongkos terlalu besar untuk keburukan, keterpurukan dan kejatuhan yang tak mustahil terjadi. Apalagi hanya demi “perang” pro-kontra opini, adu hujat dan pembelaan terhadap 1 orang yang soal salah-benarnya tetap mesti menunggu proses hukum yang sedang berjalan di kepolisian, dan setidaknya akan mulai terlihat keputusannya dalam dua pekan ke depan nanti.

Intinya, seluruh rakyat Indonesia menginginkan agar keadilan ditegakkan setegak-tegaknya. Maka tugas pemerintah dan aparat penegak hukum lah mewujudkan itu. Sementara pada saat yang sama, tugas kita semua turut aktif menjaga agar keinginan itu dapat terwujud dan terlaksana. Untuk itulah dibutuhkan hati legawa, sikap dewasa dan perilaku bijaksana.

[Baca: Terkait Aksi 4 November, PBNU: Saatnya Penuhi Rasa Keadilan Masyarakat]

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *