Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 06 November 2016

Catatan Lepas Pasca 4/11


islamindonesia.id — Catatan Pasca 4/11

 

Aksi massa Jum’at 4 November lalu sesungguhnya banyak memberikan pelajaran. Bukan saja pelajaran, tapi juga pengalaman. Banyak pihak belajar untuk menyampaikan pendapat, dan lebih banyak lagi yang belajar menyimaknya. Terlepas dari soal Pilkada, warga Jakarta kembali diingatkan bahwa Jakarta adalah miniatur Indonesia. Jakarta adalah rumah buat semua, termasuk mereka yang tak benar-benar tinggal di sini. Apa yang terjadi di sini bergema ke seantero Nusantara.

Persisnya karena sebab itu, siapa saja yang hendak menjadi gubernur Ibukota ini harus sepenuhnya sadar kenyataan di atas. Tidak bisa lagi seorang calon penguasa Jakarta merasa berbicara hanya kepada calon pemilihnya. Dia harus berbicara kepada semua orang Indonesia, agar dia dapat dipandang pantas menduduki kursi gubernur Ibukota. Dia harus berbicara untuk kaum-kaum yang berbeda-beda, dengan bahasa yang universal.

Di Jakarta bukan hanya ada kaum abangan sekuler yang tidak sensitif dengan urusan agama yang bersifat privat. Tapi ada banyak kaum santri yang masih peka dengan masalah ini. Dan lebih penting lagi, pesan sang calon gubernur Ibukota akan bergaung kemana-mana, sampai ke daerah-daerah yang ribuan kilo meter dari sini.

Catatan lain yang tak kalah pentingnya barangkali fakta bahwa FPI dan elemen-elemen yang bergabung bersamanya dalam aksi 4 November lalu telah menunjukkan jumlah yang cukup signifikan. Dua ormas besar Islam lain, yakni NU dan Muhammadiyah, mungkin bisa punya basis masing-masing. Tapi di Jakarta, FPI adalah salah satu biangnya—terlepas dari baik-buruknya. Dan berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya, aksi FPI kali ini menunjukkan pula jaringan luasnya di Tanah Air.

Jawab Teka-Teki Asal Dana Demo 4 November, PPATK Siap Lakukan Penelusuran

Catatan lain yang juga penting adalah kenyataan bahwa kelompok yang dianggap garis keras ini berhasil menampilkan pemandangan yang relatif menenangkan. Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fachry Ali, menilai demonstrasi pada 4 November 2016 terbilang aman dan tertib meski diikuti massa dalam jumlah besar. “Hampir tidak ada di catatan sejarah ada pergerakan massal dan berlaku dengan damai,” kata Fachry dalam diskusi bertajuk “Setelah Demo 411” di Jakarta, Sabtu (5/11/2016) seperti dikutip Kompas. Fachry mengatakan, aksi ini menandakan adanya kemajuan dalam proses berdemokrasi yang didominasi umat Islam.

Para pengunjuk rasa, lanjut pengagum Gus Dur ini, memperlihatkan gerakan modern yang menjunjung tinggi penghormatan terhadap hukum saat melakukan aksi. Kondisi ini terlihat ketika banyak demonstran berupaya menghindari kerusakan dan pencemaran akibat aksi.

“Kalau mereka sampai memperhatikan soal sampah, soal taman, itu menunjukkan satu watak borjuasi dalam pengertian konstruktif,” ucap Fachry. Menurut Fachry, hal tersebut menunjukkan, kelompok Islam mampu mengasosiasikan dirinya dalam sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia.

Peta Kelompok Pendukung Demo 4 November

Pelajaran lain yang dapat kita catat dari aksi 4/11 adalah betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam mengelola isu. Demo 4/11 adalah bukti hilangnya dominasi media mainstream terhadap isu publik. Lantaran ulah para pemilik media yang terlalu partisan itulah kini banyak orang yang beralih ke media non mainstream seperti media sosial. Dan ini punya dampak positif sekaligus negatif.

Catatan yang lebih penting, di era seperti sekarang ini, suatu dugaan, atau bahkan hoax, dapat menggerakkan ratusan ribu orang untuk melakukan sesuatu yang radikal, brutal dan anarkis. Betapapun naifnya informasi yang disebarkan di zaman ini, ia bisa menyebabkan gerakan besar yang tak terkendali dan berakhir dengan perubahan yang radikal. Meski tiap pihak boleh berbeda, tapi kasus Al Maidah 51 yang memicu awal gelombang protes ini sebenarnya memang tak pernah tuntas dibedah dan diverifikasi secara ilmiah. Fakta bahwa ada orang yang mendistorsi transkrip omongan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak serta merta menyurutkan gerakan protes terhadap dirinya.

OPINI–Zaman Kacau

Situasi yang mengkhawatirkan itu masih ditambah dengan perilaku tidak kritis masyarakat, yang dengan mudah menggandakan dan menyebarluaskan apa saja yang dibacanya ke publik. Yang lebih parah, sebagian media tak jarang mendasarkan beritanya pada kumpulan informasi dari sumber-sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan ini. Dan ini yang paling memprihatinkan: seorang pemilik akun twitter, atau facebook, atau website/blog, bisa mendapatkan follower, teman atau kunjungan besar justru dengan menyebarkan informasi-informasi yang sensasional dan tidak bisa dipertanggungjawabkan tersebut. Pengakuan Buni Yani telah mendistorsi transkripsi omongan Ahok pun tak sepenting hasil distorsinya sendiri. Inilah zaman edan.

Ini Kata Pengunggah Video “Ahok” Al Maidah 51
Akibatnya, orang takkan pernah paham tujuan gerakan 4 November ini karena mereka juga tak pernah perhatian soal asal-usulnya. Inilah ciri khas gerakan massa, yang sama sekali takkan melahirkan revolusi sebenarnya. Bagaimana mungkin revolusi dimulai dengan asal-usul yang tak jelas padahal hakikat revolusi itu adalah kembali ke asal-usul? Dan bagaimana bisa mencapai tujuan yang jelas jika asal-usul tak jelas?

 

AJ / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *