Satu Islam Untuk Semua

Monday, 19 September 2016

BUKU – Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh Hingga Paham Kebangsaan


IslamIndonesia.id – BUKU — Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh Hingga Paham Kebangsaan

 

Selain dinilai bermuatan primordial, “Islam Nusantara” juga dianggap sebagai anti Arab, bahkan dituduh sebagai strategi baru dari JIL, Barat, Zionis, dan semacamnya. Dari kontroversi itu, salah satu ulama senior, KH. Mustafa ‘Gus Mus’ Bisri, menjelaskan mengapa tema ini diusung Nahdlatul Ulama pada muktamar tahun lalu.

Dari beragam sebab, wacana ini tidak lepas dari kebingungan masyarakat soal kondisi Islam di Timur Tengah yang selama ini dianggap sebagai kiblat Islam.  Khususnya Arab Saudi, lanjut Gus Mus, yang kenyataannya banyak pihak yang tidak cocok dengan negara kerajaan itu.

“Kacau balau, antara politik dan agama sudah campur aduk ora karu-karuan. Akhirnya terjadi di negara-negara yang penduduknya mayoritas tidak muslim timbul Islamophobia. Ketika melihat orang Islam, pada ketakutan karena takut dibunuh, takut dibom,” sindir kiai yang pernah menyebut ‘Makkah Sudah Seperti Las Vegas’ ini.

[Baca –  Gus Mus: Makkah Sudah Seperti Las Vegas]

Semakin lama, Islam kian jauh dari ajaran yang mencerminkan ‘rahmat’ bagi semesta. Karena itu, menurut Gus Mus, NU menawarkan perspektif ber-Islam yang pernah diajarkan, dicontohkan oleh para wali di Nusantara. Di antaranya ialah dakwah damai Wali Songo. Meski demikian, sebagian Muslim kaget dengan istilah yang sejatinya memiliki akar yang kuat di tanah air ini.

“Geger, kaget-kaget bagi orang yang tidak pernah ngaji. Kalau pernah ngaji pasti tahu idhofah (penyandaran) mempunyai berbagai makna, dalam arti mengetahui kata Islam yang disandarkan dengan kata Nusantara,” katanya seperti dikutip nu.or.id

[Baca juga: Jejak Islam Nusantara di Maroko]

Pria jebolan Al Azhar Mesir ini mempersilahkan menggali makna istilah ini ditinjau dari segi bahasa (nahwu). Namun, secara sederhana, Gus Mus menjelaskan bahwa Islam Nusantara pada dasarnya ialah warisan Wali Songo yang sanad-nya ke Rasulullah Saw dapat dipertanggungjawabkan. Dakwah mereka yang damai, toleran dan mengakomodasi budaya mencerminkan Islam ‘rahmatan lil ‘alamin’.

Islam ngono iku seng digoleki wong kono (Islam seperti itu yang dicari orang sana), Islam yang damai, guyub (rukun), ora petentengan (tidak mentang-mentang), dan yang rahmatan lil ‘alamin,” katanya.

[Baca juga: KH. Said Aqil Siradj: “Jika Agama Tak Boleh Campur Budaya, Shalat Jangan Pakai Pakaian”]

Seperti diketahui, Islam Nusantara yang menjadi  tema utama muktamar NU ke-33 di Jombang pada 2015, menuai pro kontra. Dari pandangan NU, konsepsi  “Islam Nusantara” mengacu pada fakta sejarah betapa dakwah Islam di Nusantara tidak dilakukan dengan pemberangusan terhadap budaya setempat, melainkan justru dengan merangkul dan menyelaraskannya dengan Islam.

Karena itu, seperti kata Gus Mus, NU bertekad mempertahankan Islam Nusantara yang berciri toleran, moderat dan damai. Lepas dari kontroversi yang mengikutinya, upaya untuk membedah wacana Islam Nusantara dari perspektif doktrinal maupun historis menjadi sangat diperlukan. Bagaimana Islam Nusantara dilihat dari sudut pandang fikih dan ushûl fiqh?

Bagaimana pula dari sudut pandang Aswaja dan tasawuf? Seperti apakah relasi antara universalitas Islam, budaya lokal, dan budaya Arab? Seberapa jauh wacana Islam Nusantara bisa dibandingkan dengan wacana sejenis sebelumnya, seperti “fikih Indonesia” ala Prof. Hasbi As-Shiddiqi, “pribumisasi Islam” ala Gus Dur, dan “fikih sosial” KH. Sahal Mahfudh? Inilah sebagian dari pertanyaan yang menjadi pembahasan buku “Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh Hingga Paham Kebangsaan.” (Mizan, 2015)

islam-nusantara-55c30791dbea1

Di samping diberi kata pengantar oleh Gus Mus, buku setebal 344 halaman ini ditulis oleh para pakar keilmuan Islam Indonesia seperti KH. Sahal Mahfudh, KH Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Din Syamsuddin, Amin Abdullah, KH Said Aqil Siroj, Azyumardi  Azra, Haidar Bagir, KH. Masdar Farid Mas’udi, dll.[]

[Baca: ‘Islam Indonesia Berwatak Moderat, Toleran dan Antikekerasan’]

 

 

YS/IslamIndonesia/Ilustrasi: atlaswalisongo.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *