Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 26 November 2015

Jejak Islam Nusantara di Maroko


“Alhamdulillah, sejak keberangkatan tanggal 9 Oktober lalu tidak terasa sudah 15 hari ini saya berada di bumi para sufi, Maroko.”

Demikian kata Syaiful Mustofa, peneliti asal UIN Malang, dalam catatan perjalanannya di negara belahan Afrika Utara itu. Di mata Syaiful, hubungan Indonesia dan Maroko banyak ditemukan khususnya dalam bidang keilmuan. Banyak ulama besar dari Maroko, seperti Syekh Sonhaji pengarang kitab al-Jurumiyyah. Kitab kecil ini, menurut Syaiful, merupakan kitab tata bahasa yang wajib dikaji oleh santri di Indonesia.

“Imam at-Tijany seorang ulama’ sufi, kemudian menjadi thoriqoh besar di Indonesia, Tijaniyyah dan Satariyyah, Abdurrauf as-Singkly (1615 M), Syekh Muhyi Pamijahan (1650 M) Kyai Agung Muhammad Besari, dan Maulana Maghriby penyebar Islam pertama di Jawa,” kata Syaiful sebagaimana dikutip di situs resmi UIN Malang.

Selama di Maroko, peneliti dan dosen Bahasa Arab ini, mengemban misi untuk memperkenalkan Islam Nusantara, sintesis keislaman dan kearifan lokal yang terjalin ratusan tahun lamanya. Hal ini disampaikan Syaful dalam  kunjungannya ke dunia akademik Maroko. Dalam seminar demi seminar, Syaiful tidak hanya memperkenalkan Islam Nusantara pada mahasiswa Strata satu, tapi juga kepada program Master bahkan kepada para dosen.

“Tugas utama saya di Maroko adalah memperkenalkan peradaban Islam Nusantara, budaya dan pernak-perniknya ke kampus-kampus besar yang ada di Maroko. Kampus yang sudah kami kunjungi dan melakukan pembicaraan intensif dengan pimpinan untuk mengatur jadwal seminar adalah kampus Mohammad al-Khomis dan kampus Darul Hadits al-Hassaniyah Rabat.”

Di sela-sela kesibukannya memperkenalkan Islam Nusantara, dosen Fafaultas Tarbiyah ini juga memaksimalkan kesempatan yang dimilikinya untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sumber pustaka yang ada di bumi para sufi itu.

“Disamping itu, tugas pokok yang lain adalah mengadakan penelitian, mencari dan melacak referensi di berbagai perpustakaan.” katanya

Di negara yang bertetangga dengan Spanyol itu, Syaiful menyempatkan dirinya berkunjung ke kota para wali Marakes selama dua hari. Tujuannya sebagai napak tilas kejayaan peradaban Islam. Perjalanan, lanjut Syaful, ditempuh sejauh 320 km arah selatan Rabat, ibu kota Maroko.

“Alhamdulillah bisa tawassul ke beberapa ulama’ besar yang menjadi panutan kaum muslimin di Indonesia” katanya

Dalam catatan perjalanannya, Syaful menyebutkan sejumlah makam ulama besar tempat ia berziarah. Di antaranya; Sayyid Mohammad Sulaiman al-Jazuly (1565 M), penulis kitab Dalailul Khoirot.

“Kitab ini dikaji hampir di seluruh penjuru pesantren Indonesia, bahkan dibaca setiap hari oleh para santri pengamal Dalail, tentu harus melalui bai’at terlebih dahulu” jelasnya

Kedua, Sayyid Abul Abbas Ahmad bin Ja’far al-Khojrozy. Di mata Syaiful, Sayyid ini lebih terkenal dengan sebutan Sayyid Abul Abbas as-Sibty (1204 M).

“Beliau (Sayyid Abul Abbas) tokoh thoriqoh Al-Qodiriyah, sanadnya langsung ke Syekh Abdul Qodir al-Jilany.”

Setidaknya ada tujuh ulama besar yang Syaiful sebutkan dalam catatan pejalanannya di bagian pertama. Bagi Syaiful, Maroko adalah negeri yang juga memiliki peranan penting dalam sejarah penyebaran Islam di Spanyol. Seorang panglima perang Thoriq bin Ziyad terlahir di Maroko, kisah Syaful, berhasil menaklukkan Andalusia dan mengibarkan bendera Islam di daratan Eropa.

“(Maroko) terletak beberapa kilometer saja dari benua Eropa, berbatasan langsung dengan Spanyol yang hanya terpisah oleh selat Gibraltar (Jabal Thoriq) yang memiliki seribu pesona sehingga banyak dikunjungi wisatawan asing.”

 

Asri/Edy/IslamIndonesia. Foto: uin-malang.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *