Satu Islam Untuk Semua

Friday, 08 April 2016

SEJARAH – Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad (7)


Sejarah Abu Dzar Al Ghifary 7

 

Ketika Abu Dzar mendapatkan Nabi Muhammad sedang duduk di dalam masjid sendirian, pria dari suku Ghiffar itu segera duduk di samping Sang Nabi.

“Abu Dzar, makmurkanlah masjid ini dengan shalat dua rakaat,” pinta Nabi setelah menyampaikan salam kepada Abu Dzar.

Pemuda yang bernama asli Jundub itu bergegas melaksanakan perintah Rasul. Setelah menuaikan shalat, Abu Dzar kembali duduk di hadapan Rasulullah dan spontan bertanya padanya.

“Wahai utusan Allah, perbuatan apakah yang terbaik?”

“Percaya pada Allah, dan berjuang di jalan-Nya,” jawab Nabi.

“Wahai Nabi Allah, bagaimanakah pengikut yang paling sempurna?”

“Yang paling sopan.”

“Pengikut bagaimanakah yang paling selamat?”

“Muslim yang dapat menjaga lidah dan tangannya.”

“Hijrah apakah yang terbaik?”

“Hijrah dari perbuatan dosa.”

“Wahai Rasulullah, ayat apakah yang terbaik?”

“Ayat kursi.”

“Wahai penutup pintu kenabian, berapakah jumlah para nabi?”

“Seratus dua puluh empat ribu. Wahai Abu Dzar, ada 4 nabi dari bangsa Assyiria. Mereka adalah Adam, Syis, Idris – orang yang pertama kali menulis denga pena – dan Nuh. Dan 4 yang berasal dari bangsa Arab. Mereka adalah Hud, Saleh, Syu’aib, dan Nabimu (Muhammad Saw).”

“Kalau kitab Allah Swt, ada berapa banyak wahai Rasulullah?”

“Seratus empat buah kitab; 40 suhuf (lembaran) diturunkan pada Syis, 30 suhuf diturunkan pada Idris, 10 suhuf kepada Ibrahim, 10 suhuf kepada Musa sebelum Taurat. Diturunkan pula kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab Pembeda (Al Qur’an).”

“Apa saja suhuf Nabi Ibrahim as?”

“Di dalamnya berisi tentang petuah: ‘Raja berkuasa, berhasil dan congkak. Tidaklah aku mengutusmu untuk menyatukan seisi dunia. Aku telah mengutusmu untuk memenuhi permintaan kaum yang tertindas. Aku telah menolaknya walaupun hal itu merupakan permintaan dari orang yang bukan pengikut.”

“Bagaimanakah dengan suhuf Nabi Musa as?”

“Di dalamnya berisi pelajaran: ‘Aku heran pada orang yang percaya pada kematian kemudian dia mengingkarinya. Aku heran pada orang yang percaya pada api kemudian dia tertawa. Aku heran pada orang yang percaya pada takdir kemudian dia merasa susah. Aku heran pada orang yang melihat dunia dan perubahannya kemudian dia mempercayainya. Dan aku heran pada orang yang percaya pada hari kebangkitan kemudian dia tidak melakukan apa pun.”

Air mata Abu Dzar menetas membasahi pipinya.  Tidak seperti sebelumnya, bibir Abu Dzar seakan tidak kuat lagi bertanya. Ketika Abu Dzar mulai menguasai dirinya, dia berkata, “Ya Rasulullah, nasihatilah aku…!”

“Aku menasihatimu untuk takut pada Allah, karena itulah inti agama.”

“Ya Rasulullah, tinggikan aku!”

“Bacalah Al Qur’an. Al Qur’an adalah cahaya untukmu di dunia dan sebagai peringatan untukmu di langit.”

“Tinggikan aku wahai utusan Allah!” pinta Abu Dzar sekali lagi.

“Sayangilah orang miskin dan bergaullah dengan mereka.” []

 

Bersambung….

 

 

Edy/ KS/ IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *