Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 22 March 2016

SEJARAH – Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad (6)


Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad

Kabar hijrah Nabi Muhammad dari Makkah tersiar begitu cepat ke seantero Madinah. Penduduk Madinah pun tumpah ruah di jalan-jalan menyambut kedatangan pria yang dikenal manusia pilihan Tuhan itu. Tak ketinggalan, Abu Dzar yang tinggal di sebuah desa pinggiran Madinah datang untuk menyambut nabinya.

Belum hilang dari ingatan Abu Dzar ketika berjumpa pertama kali dengan manusia agung itu di Makkah. Perjumpaan yang penuh pengorbanan fisik dan mental karena harus berhadapan dengan para pembesar Quraisy yang siap membunuh siapa saja yang mengikuti ajaran Muhammad. Pada waktu itu, ajaran ‘baru’ ini terlarang di Makkah dan mengikutinya berarti ‘tidak aman’.

Ketika bayangan Muhammad dari kejauhan telah muncul di pelupuk mata, Abu Dzar berlari menjemput sang Nabi. Pemuda bernama asli Jundub itu dengan segara memegang tali kekang unta nabi yang bernama Al Qaswaa itu. Seakan tidak kuat lagi menyimpan berita gembira untuk nabinya, Abu Dzar dengan penuh haru menyampaikan bahwa separuh keluarga dan sukunya telah memeluk Islam.

“Wahai utusan Allah, saudaraku, ibuku, dan orang-orang sukuku telah percaya pada ajaran Islam,” kata Abu Dzar dengan penuh gembira menyambut Rasul.

Tentunya sang nabi begitu gembira, apalagi menyaksikan banyaknya penduduk Madinah yang menyambut kedatangannya dengan penuh kehangatan. Di antara orang-orang yang mengerumuninya dengan antusias dan penasaran, ada yang mengatakan, “ya Rasulullah, Abu Dzar telah mengajarkan kami apa yang telah engkau ajarkan padanya. Maka, kami telah percaya pada Islam, dan kami telah bersaksi bahwa engkaulah utusan Allah.”

Selain suku Ghifar, suku-suku yang bermukim tidak jauh darinya seperti suku Aslam juga banyak yang telah masuk Islam berkat gerakan dakwah Abu Dzar. Kepada mereka, ayah Fatimah Azzahra itu berkata, “semoga Allah mengasihi suku Ghifar, semoga Allah menyalamatkan suku Aslam.”

Doa utusan Tuhan itu pun membuat mereka semakin haru dan begitu senang. Orang-orang yang baru tahu tentang hubungan Abu Dzar dan Muhammad pun bertanya ke pemuda desa itu dengan penasaran, “apakah Rasulullah telah mengajarimu sesuatu?”

“Ya, beliau telah memerintahkanku untuk melakukan tujuh hal,” jawab Abu Dzar ketika didatangi sejumlah penduduk Madinah dari berbagai suku.

Melihat wajah mereka yang masih belum puas dengan jawabannya, Abu Dzar lalu melanjutkan, “Pertama, beliau memerintahkanku untuk menyayangi dan dekat dengan orang-orang miskin. Kedua, untuk melihat orang yang berada di bawahku, bukan orang yang berada di atasku. Ketiga, mempererat tali silaturahmi dengan kerabatku walaupun aku berpaling dari mereka. Keempat, jangan meminta sesuatu pun pada orang lain. Kelima, berkata jujur walaupun itu pahit. Keenam, jangan takut pada siapapun di jalan Allah. Terakhir, banyak ber-dzikir: ‘tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.’”

“Ketujuh hal ini merupakan harta karun di bawah singgasana,” katanya

Demikianlah Abu Dzar memperkenalkan ajaran Islam dengan damai dan penuh kesabaran kepada sukunya dan suku-suku lainnya hingga ia menjadi panutan bagi pemeluk ajaran Islam ‘rahmatan’ bagi seluruh alam semesta ini. []

Bersambung….

 

Edy/ ks/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *