Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 15 September 2015

SEJARAH – Mengenal Kakek, Ayah & Ibunda Rasulullah Muhammad saw (Tamat)


Sekembalinya ke Makkah, Abdulmutthoib menyeru orang-orang berlindung di lembah sekitaran Ka’bah. Ia memutuskan tidak akan melawan.

Tengah malam, Abdulmuttholib yang sesak menahan kesabaran, tak kuasa turun dari lembah menuju Ka’bah. Abdullah dan saudara-saudaranya pun ikut.

Di pintu Kabah, airmatanya mengalir deras membasahi jenggot putihnya. Hatinya pedih terbakar menahan sabar. Ia memegang erat rantai pintu Ka’bah.

Merasa tak berdaya, ia bermunajat penuh pengharapan: “Ya Allah, kami tidak melekatkan iman kami kepada apapun selain Engkau. Kami tidak memohon agar selamat dari kejahatan dan bencana selain dengan pertolonganMu… Ya Allah tolaklah mereka dari rumah suci-Mu, musuh Ka’bah adalah musuh-Mu… Wahai Yang Maha Perkasa, putuskanlah tangan-tangan mereka agar mereka tidak mencemari rumah-Mu”.

Kemudian ia melepaskan rantai pintu ka’bah dan bergabung kembali dengan rakyatnya di bukit sambil mengamati, menunggu apa yang akan terjadi.

Selanjutnya, seperti yang telah diketahui, do’a Abdulmuttholib lagi-lagi didengar dan dikabulkan Allah SWT — bahkan diabadikan dalam Alquran.

“Apakah kamu tidak melihat bagaimana (Allah) Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan gajah ! Bukankah (Allah) jadikan tujuan licik mereka menjadi sia-sia! (Allah) mengirimkan atas mereka burung Ababil. Yang melempari mereka dengan batu yang membara. Dan menjadikan mereka (tentara gajah) hancur, luluh lantak, keropos seperti daun-daun yang dimakan ulat.” (Alquran surat Al Fill 1-5).

Tahun itu kemudian dikenal sebagai Tahun Gajah.

Kelahiran Muhammad

Abdullah bin Abdulmuttholib dan Aminah binti Wahhab adalah manusia pilihan dengan garis keturunan suci, baik dari ayah maupun ibu, terjaga sepanjang masa, dari Adam, Nuh, Ibrahim sampai Hasyim bin Abdi Manaf.

Di bawah cahaya dan rahmat Allah, Aminah memelihara mutiara amat berharga dalam rahimnya. Aminah mengandung Muhammad dalam kebahagiaan dan kemudahan. Tidak sedikitpun dia merasa berat, sakit, apalagi derita.

Nur Ilahi itu kini sempurna dalam rahimnya. Langit dan bumi juga seluruh alam semesta bergemuruh menyambutnya, mencurahkan rahmat Ilahi dari semua penjuru.

Lidah-lidah para malaikat mengumandangkan berita gembira tiada henti. Kehadiran “Nur Olahi” ini memberi makna pada keberadaan seluruh makhluk yang lain. Itulah “nurul-musthofa”, “nur ilahi”, “nur fauqo kulla nur”, “cahaya yang mengungguli semua cahaya”, ”basyarun la kal basyar”, “manusia yang tiada manusia lain sepertinya”, … itulah Rasulullah saw, kekasih dan karunia Allah yang merupakan rahmatan lil’alamin, rahmat bagi alam semesta. (TAMAT)

HY/Islamindonesia

Bagian 1

Bagian 2

Bagian 3

Bagian 4

Bagian 5

Bagian 6

Bagian 7

Bagian 8

Bagian 9

Bagian 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *