Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 02 April 2016

Romo Bagus: Masuk ke Dunia Rumi, Tiap Orang Seperti Melihat Jiwanya


Dalam diskusi buku ‘Mereguk Cinta Rumi’ di Jakarta (31/3), Romo Bagus dan Haidar Bagir sepakat dengan pandangan penyair sufi Jalaluddin Rumi yang mengatakan cinta adalah mata air hidup kita. Tanpa cinta, menurut keduanya, bukan hanya hidup, kematian pun akan menandai kehancuran.

Bagi pria yang bernama lengkap Albertus Bagus Laksana SJ ini, Rumi mengajarkan sufisme yang dalam kajian Barat dikenal dengan mistisisme. Mistik, teolog asal Sanata Dharma Yogyakarta ini, diartikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang disebut kearifan, cahaya dan cinta. Mistisisme bagaikan subsistem yang ada di hampir semua agama dan budaya termasuk di Indonesia.

“Tiap orang ketika memasuki dunia Rumi itu seperti melihat diri dan jiwanya,” katanya seperti dikutip harian Kompas, 1/4.

Haidar Bagir menambahkan agama dan kepercayaan lokal yang lebih dulu ada di Indonesia, yang jumlahnya lebih dari seratus itu, pun berbicara tentang cinta jauh sebelum agama-agama ‘modern’ datang. Sayangnya, lanjut Cendekiawan Muslim ini, pelajaran sejarah agama turut mereduksi esensi agama yang tak lain adalah cinta, khususnya ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta.

“Sejak kecil kita diajarkan sejarah Nabi Muhammad yang selalu berperang, ini-itu. Seolah hidup Nabi hanya untuk berperang. Padahal, referensi yang saya dapat, dikatakan Nabi berperang hanya selama 80 hari, sumber lain mengatakan 800 hari. Itu kan hanya secuail dari hidup beliau. Lalu selebihnya ngapain? Itu jarang diajarkan karena kita juga tidak tahu,” katanya.

Pria yang juga penulis buku “Mereguk Cinta Rumi” ini lalu menggambarkan betapa sebenarnya Nabi Muhammad Saw hidupnya penuh dengan kasih sayang. Suatu hari saat Nabi menggendong putra sahabatnya, yang lalu mengencingi jubah Nabi. Sahabat segera merenggut bayinya karena dia khawatir itu membuat Nabi kesal.

“Kencing di baju saya ini bisa hilang, tapi trauma anakmu yang kamu renggut itu belum tentu hilang,” kata Haidar mengutip sabda Nabi. []

 

Edy/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *