Satu Islam Untuk Semua

Monday, 28 April 2014

Agama Cinta, Agama Masa Depan


foto: Mizan

Agama yang dalam bahasa Sangsekerta berarti tidak kacau (a = tidak dan gama = kacau) dipakai untuk menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dalam kerangka kepatuhan terhadap aturan untuk mewujudkan kehidupan yang  sejahtera, damai, selamat dan tentram. Dengan demikiran prinsip dan misi  agama pada hakekatnya adalah berusaha mewujudkan kehidupan yang tidak kacau (damai).

Kemudian dalam bahasa Arab, agama sering disebut  “Ad Dien”.  Kata Ad Dien dengan mudah dapat kita temukan di dalam al Qur’an, karena kata tersebut adalah kesatuan tentang ajaran agama Islam. Dalam kajian ilmu keislaman pada masa salaf, semua jenis ilmu agama yang bersumber pada al Qur’an dan Hadits dinamakan dengan “Tafaqquh fid-Dien” – baik itu menyangkut kepercayaan (aqoid), peribadatan dan hukum-hukumnya (ubudiyah dan syari’ah) dan konsep-konsep keagamaan lainnya/Muamalah siyasiyah) sebagaimana disebutkan dalam QS.  At Taubah :122.

Didalam al Qur’an kita menemukan banyak sekali kata-kata ad Dien, namun kalau diklasifikasikan  memiliki tiga arti yaitu : (1) Aturan-aturan agama (Qs Asy Syuura : 13 dan 21 dan  Qs. Al Haj : 78); (2) Ketaatan, kepatuhan dan keihlasan sebagaimana tersebut dalam Qs.  Az Zumar : 3 dan 11, Al Bayyinah : 5); (3) Hari kiamat atau hari Agama atau hari pembalasan (Al Fatihah : 4, Ash Shoffaat : 20, Ash Shod : 78; Adz Dzaariat : 13; al Waaqiah : 56; al Mudatsir : 46; Al Ma’arij : 26; al Infithar : 9, 10 dan 17 dan  Al Muthoffifin : 11).

Ketiga unsur pengertian tersebut memilki keterkaitan yang sangat erat, Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya menurunkan aturan-aturan agama untuk dijadikan pedoman mengarungi kehidupan dunia. Pedoman tersebut memerlukan ketaatan dan kepatuhan serta keihlasan yang maksimal dari manusia itu sendiri agar terwujud sisi ideal moral yang diinginkan oleh setiap aturan.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita temukan orang-orang yang mengikuti atau menjalankan hukum atau agama secara lahiriyah, tetapi secara batiniyah (tidak nampak) ia mempermainkan hukum atau aturan agama.  Adanya ketidaksinkronan inilah yang akhir melahirnya pernyataan keras dari filsuf Nietzsche bahwa Tuhan Sudah Mati.

Padahal dalam konteks keislaman, sebutan sifat-sifat Allah SWT dalam “Al-Asma’ Al-Husna yang berjumlah 99 nama itu mayoritas menyebutkan kasih sayang Allah, mislkan Maha Pengasih (Ar-rahman), Maha Penyayang (Al- Rahim), Maha Pencinta (Al-Wadud), Maha Pemaaf (Al-Ghafur), Maha Penyabar (Al-Shabur), Maha Lembut (Al-Lathif), dan seterusnya.

Dalam   sebuah hadis, Nabi SAW pernah mengatakan, Sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului kemurkaan-Ku. Dalam Alquran, Allah sendiri menetapkan sifatnya yang Pengasih (Rahmat) dan mengajarkan bahwa rahmatnya seluas langit dan bumi, dan meliputi segala sesuatu. Seiring dengan itu, Nabi Muhammad SAW pernah mengabarkan bahwa Allah memiliki seratus rahmat. Hanya satu yang ditebarkan-Nya ke alam semesta, dan itu sudah cukup untuk menanamkan kecintaan di hati para Ibu kepada anak-anaknya..

Selain Islam, pesan cinta juga diusung banyak agama, termasuk Kristen. Namun dalam perjalanannya, pesan cinta dalam banyak agama (termasuk Islam) cenderung terabaikan. Sisi negatif dari agama lebih menonjol, hal ini bisa dilihat dari kekerasan dan pembunuhan yang mengatasnamakan agama. Akhirnya muncul resistensi disebagian masyarakat.  Agama, bagi mereka, semacam momok yang menakutkan.   

Dalam buku karya John Caputo, penulis Katolik pasca-heideggerian, ini mencoba mengeksplorasi inti dari keberagaman yang ada saat ini.  Dengan menggali unsur-unsur pemersatu dari agama yang ada, Caputo memprediksi kemunculan “agama cinta”,  dan agama ini menjadi agama masa depan yang banyak dipilih orang. Yang menarik, agama dalam era saat ini, menurut Caputo, seakan menjadi pembimbing dan sumber inspirasi bagi individu untuk bisa menuntun moral ditengah masyarakat digital, pasca-industri, dan jaman yang (katanya) penuh dengan nihilisme ini.

Pernyataan yang cukup menarik dari Caputo adalah masalah terbesar dalam agama adalah orang-orang  yang beragama itu sendiri (tanpa mereka, catatan prestasi agama pastilah tak ternoda. (hal 114). Caputo menyebut definisi “orang religius” adalah mereka yang hidup melayani orang-orang miskin, merawat orang sakit dan siap memberikan bantuan tanpa pamrih. Orang beragama menjadi semacam individual yang terasing (alienasi) dari lingkungan. Pesan-pesan kebaikan dan damai menjadi begitu “asing” ditengah masyarakat yang kini banyak disodorkan visualisasi kenikmatan dunia.

Tidak ketinggalan dalam buku ini juga dibahas soal sikap fundamentalis dalam beragama. Selain menyorot tentang aksi kekerasan yang melanda sebagian umat Islam, Caputo juga mengulas tentang merosotnya akhlak makhluk beragama. Soal Homoseksualitas, Obat-obatan terlarang, Penyebaran AIDS, Revolusi Gay dan isu primordian yang turut “menyeret” panggung Paus untuk dimintakan Fatwa.

Terbitnya buku yang lebih banyak mengulas sisi ke-kristenan oleh penerbit Mizan, tentu menimbulkan pertanyaan, apa kepentingan Mizan untuk menerbitkan buku ini. Lewat  kata pengatarnya, Haidar Bagir, yang merupakan pendiri Mizan menuliskan bahwa tawaran Caputo atas agama cinta ini memiliki resonansi yang cukup kuat dikalangan umat Islam.

Islam yang esensi ajarannya mengajarkan cinta kepada pemeluknya mendapatkan semacam “angin segar” untuk kembali dihembuskan kembali. Salah satu upayanya adalah dengan mempromosikan spiritualitas Islam (Tasawuf) untuk kembali dikaji guna menghadapi situasi dunia yang makin chaotic ini. Kemudian, terbitnya buku ini setidaknya cukup menghadirkan persamaan “nasib” yang dialami oleh agama-agama di dunia, tentang terpaan paham sekularisme. Dan Islam diharapkan bisa menjadi agama yang siap dalam menghadapi ini dengan caranya sendiri. Wallahu a’lam Bisshowab [SR]

 

Judul : Agama Cinta , Agama Masa Depan
Penulis: John Caputo
Penerbit : PT Mizan Publika
Tahun Terbit  : 2013
Jumlah Halaman : 182

Catatan: Bagi yang berminat memiliki buku ini bisa pesan langsung ke www.mizan.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *