Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 06 October 2016

KOLOM – Untuk Husain Rasul Menangis


IslamIndonesia.id – KOLOM – Untuk Husain Rasul Menangis *

 

Oleh Said Muniruddin **

 

Muharram adalah bulan aneka kejadian. Dari beragam peristiwa, kesyahidan Husain lah yang membuat Rasul menangis. Tangisan Rasul bahkan dimulai ketika Husain lahir, 58 tahun sebelum ia syahid.

Ketika Fatimah baru melahirkan, Rasul datang dan berkata kepada Asma, “berikan kepadaku putraku”. Kemudian Asma menyerahkan Husain yang diselimuti kain putih. Setelah mengadzani pada telinga kanan dan mengiqomatinya pada telinga kiri, Rasul meletakkan Husain di pangkuannya. Wajah Rasul yang sebelumnya gembira tiba-tiba berubah sedih. Rasul menangis. Jenggotnya basah oleh cucuran air mata. Asma keheranan, “ya Rasul, mengapa engkau menangis? Bukankah ini hari kelahiran, hari semua orang bergembira?”

Dalam isak tangisnya Rasul menjawab, “Jibril baru saja memberitahuku bahwa putraku ini akan dibunuh oleh kelompok zalim. Wahai Asma, jangan beritahu Fathimah tentang ini karena ia baru saja melahirkan”. (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, Hadis ke 13 dan 14 tentang biografi Husain).

Tentang Rasul menangis untuk Husain, Aisyah juga meriwayatkan. ”Suatu ketika Husain kecil datang merangkak menuju Rasul yang sedang berbaring, tapi aku menghalanginya. Tidak berapa lama kemudian aku melihat Rasul bangun dan terisak-isak. Aku bertanya, “mengapa engkau menangis?”. Rasul menjawab, “Jibril baru saja datang memperlihatkan kepadaku tanah di mana Husain terbunuh. Allah murka kepada orang yang membunuhnya.” (Daruqutni, alI’lal, juz 5 hal. 83; asSyafi’i, “al’Alam anNubuwwah, bab 12, hal. 23; Musnad Ahmad bin Hambal, jil.I hal.85).

[Baca: Muharram, Momen Hilangkan Kebencian & Kekerasan]

Dari Fathimah, Rasul memiliki dua cucu, Hasan dan Husain, yang beliau sebut sebagai pemimpin pemuda di syurga. Hasan syahid di racun, sementara Husain syahid di perang Karbala. Untuk mereka Rasul bersabda, “Ya Allah aku mencintai mereka. Karena itu cintailah mereka dan cintailah orang-orang yang mencintai mereka” (Sunan Tirmidzi, jil.5, hal.46; Mustadrak alHakim, jil.3, hal.666).

Kecintaan orang Aceh terhadap Hasan dan Husein nyata sekali. Banyak orang di Aceh bernama Hasan dan Husain. Di kampung-kampung, Asyura untuk mengenang Husain masih dilakukan dengan memasak kanji untuk dibagi-bagikan kepada sesama. Beragam hikayat dan barzanji masih dibacakan untuk memuliakan kedua sayyidusy syuhada ini.

Banyak sekali hadis meriwatkan Rasul berkali-kali menangis untuk Husain. Mengapa rasul menangis? Apakah karena Husain itu sekedar cucunya? Tentu tidak. Ada makna tertinggi dari sebuah perilaku Nabi, apalagi beliau menangis berulang kali. Tangisan Nabi ini adalah suri tauladan (Ahzab: 21), bukan atas dasar hawa nafsu (an-Najm: 3). Semua prilakunya adalah perwujudan akhlak yang agung (al-Qalam: 4), serta Sunah yang bersumber dari wahyu (an-Najm:4). Ada nilai risalah dari tangisan Nabi tersebut.

Lima puluh tahun setelah Rasul wafat, penyimpangan melanda kaum Muslimin. Khalifah Yazid telah melupakan nilai-nilai Islam. Sejarah mencatat bagaimana ia membangun agama di atas foya-foya, hura-hura dan mabuk-mabukan. Istana dipenuhi harem dan pelacuran. Husain dan pengikutnya adalah segelintir orang yang masih berdiri tegak meneruskan ajaran Muhammad,  melawan Yazid yang berusaha menghidupkan kembali ajaran jahiliah nenek moyangnya.

Saat itu, semua orang tahu Husain berada pada jalan yang benar, tapi mereka tidak mau mendukungnya karena takut kepada mata-mata dan siksaan militer Yazid. Sebagian yang bekerja pada pemerintahan Yazid juga tidak mau membantu Husain karena takut kehilangan jabatan dan tetap ingin dalam kemapanan. Karena cinta dunia, maka mereka semua memilih mendukung kekuasaan yang dhalim dan korup. Karena perilaku ummat seperti inilah maka Husain berjuang sendirian. Untuk sikap ummat seperti ini Rasul menangis.

Setiap shalat, kaum Muslim selalu bershalawat kepada Rasul dan keluarganya. Kata imam Syafi’i, “tidak sah shalat kalian kalau tidak bershalawat kepada Rasul dan keluarganya. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Muhammad”. Tetapi, ketika Ahlul Bait Rasul seperti Husain (al-Ahzab: 33) berjuang mati-matian dalam keadaan haus dan lapar di medan perang, mereka yang tadi bershalawat dalam shalat menjadi ragu, acuh tak acuh bahkan tidak mau ikut serta membela kebenaran bersama orang yang dishalawatinya. Rasul pun kembali menangis atas pengkhianatan ummat terhadap hak-hak Rasul dan keluarganya (as-Syu’ara: 23).

Akhirnya, pada 10 Muharram 61 H, setelah waktu Zuhur, Husain yang berusia 58 tahun beserta puluhan keluarga Rasul, termasuk anak-anak, dibunuh dalam keadaan haus di tepi sungai Eufrat di Karbala, Irak. Mereka dibantai oleh ibn Ziyad atas perintah Yazid bin Muawiyyah. Zainab dan keluarga Rasul lainnya ditawan, diarak dan dipermalukan di depan umum sampai ke Syiria. Tragedi menyayat hati ini cenderung dilupakan. Sebagian kaum Muslim bahkan mencoba menghapusnya dari ingatan sejarah. Perilaku inilah yang juga membuat Nabi menangis.

[Baca: Sambut Bulan Muharram, Mengapa Masyarakat Jawa Menyebutnya ‘Suro’?]

Bulan Muharram adalah bulan menghidupkan Sunah, menangisi kesyahidan Husain ketika meneruskan misi suci Rasulullah. Kita tidak perlu berperilaku di luar nalar seperti menyayat diri yang dilakukan segelintir saudara-saudara kita yang Syi’ah. Bagi kita Suni, tangisan cukup berawal dari pengetahuan memadai tentang Husain dan perjuangannya. Menangisi Husain sebagai sebuah Sunah adalah menangis yang timbul dari hati yang penuh kebencian  terhadap kaum penindas.

Ingatlah nasehat Husain menjelang kesyahidannya, “Wahai manusia! kebebasan, kemuliaan, keadilan, dan kesempurnaan adalah karakteristik kehidupan yang baik. Melalui jalan ini, kepribadian seorang manusia akan abadi. Berusahalah hidup demikian”. Kemudian orang Aceh menerjemahkan seruan Husain ini menjadi: “Hudep Mulia, Matee Syahid!”.[]

 

*  Tulisan ini pernah terbit di buletin “Gema Baiturrahman”, Jum’at 24 Desember 2010.

**  Lahir di Pidie-Aceh dan merupakan lulusan Birmingham Business School, England, 2006.

 

YS/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *