Satu Islam Untuk Semua

Monday, 05 December 2016

Klarifikasi Soal ‘Buih’, Gus Nadir: Bagaimana Umat Menang Secara Kualitas, Tak Hanya Bangga dengan Jumlah


islamindonesia.id – Klarifikasi Soal ‘Buih’, Gus Nadir: Bagaimana Umat Menang Secara Kualitas, Tak Hanya Bangga dengan Jumlah

 

Prof. Dr. Nadirsyah Hosen menanggapi sebagian pihak yang menudingnya telah merendahkan kualitas individu tertentu yang terlibat aksi 212 menyusul cuitannya di twitter soal buih. Tudingan itu keliru, katanya. Bagi dosen senior di  Monash University ini, ada pihak yang berperan untuk menenangkan umat. Ada juga yang ambil peran lain yaitu untuk memenangkan umat.

“Saya selalu ambil peran yang terakhir ini, yaitu bagaimana umat ini cerdas dan menang secara kualitas. Tidak sekedar bangga dengan jumlah,” kata pria yang akrab disapa Gus Nadir via website resminya, (4/12).

Ketum Muhammadiyah: Kumpulkan Orang Demo Lebih Mudah dari Ajak Orang ke Perpustakaan

Sambil mempersilahkan meninjau ulang ciutannya yang utuh di akun twitternya @na_dirs. Istilah “buih” yang  dimaksud Gus Nadir ialah ditujukan kepada kerumunan, bukan pada individu.

“Yang saya soroti adalah strategi pergerakan umat. Berkerumun itu membuat gerakan umat mudah terbaca, mudah diombang-ambingkan dan mudah dimanfaatkan,” katanya.

Menyinggung kasus Ahok, intelektual Nahdhiyin ini mengatakan, mengurusi satu orang saja kita harus mengeluarkan resources umat yang terbatas ini sampai ratusan miliar rupiah untu tiga kali aksi, termasuk biaya pengamanan TNI/ Polri.

“Kita masih berupa kerumunan, belum strategis, taktis dan visioner,” katanya.

Dengan nada kritis, Rois Syuriah Nahdlatul Ulama Australia dan New Zealand  mengatakan, yang disebut pemimpin umat sekarang adalah mereka yang lantang berteriak dan mengumpulkan kerumunan.

“Gak usah pakai dalil dan riset. Cukup bisa teriak mengumpulkan kerumunan maka dia dianggap pemimpin,” sindir Gus Nadir

Pada titik ini, ia ingatkan lewat twitter-nya agar jangan berbangga dengan jumlah yang sudah diingatkan Nabi dengan istilah bagai buih. “Kita harus mulai geser cara pandang dari kuantitas ke kualitas,” katanya.

Prof. Al-Qurtuby: Demo Massa Selalu ‘By Design’, Tak Ada yang Alami

Di kesempatan berbeda Gus Nadir juga sempat menjelaskan soal buih yang pernah dinubuawatkan oleh Nabi Muhammad ini. “Pada saat itu jumlah kalian tidak sedikit, bahkan akan banyak, tapi kalian tak ubahnya bagai buih di genangan air,” katanya mengutip hadis.

Gus Nadir melanjutkan sabda Sang Nabi, “Itu disebabkan kalian menderita penyakit al-wahn.” Manusia teragung dalam sejarah peradaban manusia pun menjelaskan lebih lanjut, “yaitu cinta dunia dan takut mati”

Pengasuh Pengajian Tafsir di Melbourne ini menggarisbawahi bahwa ia bicara soal strategi pergerakan meningkatkan kualitas umat untuk menegakkan kembali peradaban Islam yang porak poranda. Tapi bukankah yang hadir di Monas (2/12) juga banyak orang-orang yang berkualitas?

“Betul. Tapi sekali lagi yang saya soroti bukan individu tapi kerumunan-nya,” tegasnya.

Jadi menurut Gus Nadir, ia tidak merendahkan para tokoh dan ulama yang hadir. Fokusnya pada strategi dan kualitas umat secara umum.

“Al-‘ibrah bi umumil lafz la bi khususis sabab. Ini bukan seperti yang disangka sebagian pihak: al-‘am urida bihi al-khas (kalimat kerumunan itu umum dan bermakna umum, bukan khusus ke individu).”

Meski banyak netizen yang mencacinya, Gus Nadhir merasa tidak apa-apa dan ia terima kenyataan itu. Ia menambahkan, perlu ada orang yang “tega” mengingatkan umat.

“Saya sediakan diri saya menjadi samudera yang menampung keluh kesah, sumpah serapah dan caci maki para buih. Mungkin ini cara-Nya Allah mengingatkan kita semua agar kita lebih taktis, stategis dan efektif membangun kembali peradaban Islam agar buih bisa berubah menjadi gelombang dahsyat,” katanya.[]

Pemuda Muhammadiyah: Mengapa Tidak Marah pada Koruptor, Penista Agama Sesungguhnya?

 

YS / islam indonesia / sumber : nadirhosen.net / foto : @na_dirs

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *