Satu Islam Untuk Semua

Friday, 04 November 2016

4 November di Jakarta, Intelektual NU dan Muhammadiyah Diskusi Film “Jalan Dakwah Pesantren”


islamindonesia.id – 4 November di Jakarta, Intelektual NU dan Muhammadiyah Diskusi Film “Jalan Dakwah Pesantren”

 

Intelektual dari dua ormas Islam besar di Indonesia, Najib Burhani dan Ahmad Ginanjar Sya’ban, dijadwalkan menjadi narasumber diskusi film dokumenter “Jalan Dakwah Pesantren” di Jakarta, 4 November 2016. Bertempat di Griya Gus Dur Pegangsaan Jakarta, forum yang diikuti nonton bareng ini juga mengundang sang sutradara, Yuda Kurniawan.

Seperti diketahui Najib Burhani yang merupakan wakil ketua Majelis Pustaka PP Muhammadiyah ini dikenal produktif menulis. Belum lama ini, karyanya yang berjudul ‘Muahammdiyah Jawa’ memberikan pandangan segar dan unik tentang organisasi yang selama ini dikenal ‘berjarak’ dengan budaya. Demikian juga intelektual Nahdatul Ulama Ahmad Ginanjar yang produktif menulis, khususnya menerjemahkan karya-karya berkualitas. Selain itu, aktivis PCNU Mesir ini juga dikenal sebagai dosen di STAINU Jakarta.

Muhammadiyah Bolehkan Ziarah Kubur, Gus Mus: NU Tidak Kunut Juga Biasa

Sebelumnya, film yang diproduksi Kementerian Agama RI, Rekam Docs dan 1926 ini telah diputar dan menjadi bahan diskusi keliling Pulau Jawa di puluhan pondok pesantren, kampus, dan beberapa lembaga pendidikan lain seperti di Universitas Negeri Jakarta, Ponpes Cipasung Tasikmalaya, Ponpes Babakan Ciwaringin Cirebon, Ponpes Al-Azhar Muncar Banyuwangi, dan Stadion Maguwoharjo Yogyakarta.

Film dokumenter berdurasi 37 menit itu berkisah tentang sejarah panjang lembaga pendidikan berciri khas keagamaan yang lekat dengan lokalitas dan beragam tradisi serta budaya di Indonesia. Lembaga tersebut kita kenal dengan istilah pondok pesantren.

Di pelataran Pesantren Salafiyah Purbalingga misalnya, acara nonton bareng film ini membuat para santri seperti bercermin pada dirinya sendiri. Hal demikian karena film tersebut jelas menggambarkan tentang bagaimana kehidupan dan peran pesantren di Indonesia dalam membangun pendidikan bagi generasi penerus.

Salah seorang santri Zaki Maftukhan mengatakan dirinya tersentuh saat menyaksikan film documenter tersebut. “Setelah menonton film ini, saya merasa bangga menjadi santri di Indonesia. Ternyata santri dan pesantren mempunyai kontribusi besar dalam membangun peradaban bangsa dan menjaga perdamaian,” katanya sebagaimana dilaporkan geomuslim.co.id.

Sindir Film Barat, Cak Nun: ‘Sedikit-sedikit Ko Ciuman’

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Purbalingga Gus Mansur Awit mengatakan santri zaman sekarang harus lebih terbuka terhadap dunia luar, sehingga memiliki strategi berdakwah yang menyejukkan dan efisien. Dengan begitu, dakwah Islam yang damai akan terus hadir ada di dunia ini karena peran pondok pesantren sangat besar dalam menanggapi aksi kelompok-kelompok Islam garis keras.

“Ini menjadi tantangan dan tanggung jawab para santri harus tahu bagaimana sejarah dakwah Islam masuk Nusantara. Kemudian memanfaatkan teknologi internet, setidaknya untuk mengimbangi dakwah-dakwah versi wahabi yang sudah terlebih dahulu menggunakan teknologi itu,” tuturnya.[]

 

Peneliti: Syiar Salafi-Wahabi Efektif dengan Jaringan Radio

 

 

 

YS / islam indonesia / foto: lirboyo.net

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *