Satu Islam Untuk Semua

Friday, 02 April 2021

Sumber Maraknya Terorisme: Doktrin Takfirisme, Sumber Dana, dan Rekrutmen Media Sosial (2): ISIS dilaporkan memiliki sebanyak 46.000 akun perekrutan di Twitter


islamindonesia.id – Sumber Maraknya Terorisme: Doktrin Takfirisme, Sumber Dana, dan Rekrutmen Media Sosial (2): ISIS dilaporkan memiliki sebanyak 46.000 akun perekrutan di Twitter

Sambungan dari bagian 1

Rekrutmen Media Sosial

Mengenai perekrutan kader baru, Sukawarsini Djelantik melaporkan bahwa ISIS secara masif melakukan perekrutan anggota baru melalui media sosial seperti YouTube, Twitter, dan Facebook. Di sana mereka menyediakan konten-konten tentang tindakan kekerasan, berbagai bentuk penyiksaan, pemakaian tentara anak-anak, dan pengkafiran terhadap orang-orang yang berada di luar ISIS.

Sebagai contoh, pada tahun 2015 ISIS dilaporkan memiliki sebanyak 46.000 akun perekrutan di Twitter. Akun-akun ini kebanyakan dikontrol dari Suriah, Irak, dan Arab Saudi. Meskipun akun-akun ini dibekukan oleh Twitter, namun akun-akun baru yang serupa terus bermunculan kembali.

Jika kita melihat kengototan ISIS untuk menggunakan media sosial, artinya mereka merasa bahwa rekrutmen melalui cara ini dapat berlangsung efektif. Sukawarsini lebih jauh menjelaskan bahwa akun-akun ini dikelola oleh profesional yang tahu betul untuk memaksimalkan manfaaat dari media sosial.

Sebagai contoh, dengan kemampuan menuliskan 10.000 kiriman Twitter per harinya, ISIS dapat terus-menerus menciptakan trending hashtag di Irak dan Suriah. Hal inilah kemudian yang mendorong Menteri Telekomunikasi Irak sempat menutup jalur internet di daerah-daerah konflik karena khawatir dengan pengaruh teroris di media sosial yang begitu besar.

Sebagaimana dilansir dari Tirto(2016), John Little, pengamat keamanan dan teknologi di Blogs of War, menyebut ISIS menggunakan video, foto, dan kata-kata propagandis untuk menarik perhatian. Mereka menyasar anak-anak muda yang mencari jati diri untuk bergabung.

Foto dan video tersebut juga digunakan untuk memulai konflik sektarian antara Suni – Syiah, atau Muslim – non-Muslim. Menariknya, kebanyakan dari relawan ini berakhir menjadi “pengantin”. Sejauh ini para jihadis yang direkrut banyak menjadi pelaku bom bunuh diri ketimbang para perekrutnya itu sendiri.

Dengan iming-iming surga, mereka mengajak orang-orang untuk meledakkan diri, sementara para perekrutnya tidak melakukan hal itu.

Begitu pula yang terjadi di Indonesia, pelaku teror yang menusuk seorang polisi mengaku direkrut oleh ISIS melalui media-media daring, termasuk bercakap-cakap langsung dengan anggota ISIS (Detik: 2016).

Menyadari hal ini, Nahdlatul Ulama selaku ormas Islam terbesar di Indonesia, melalui Ketua Umumnya Said Aqil Siradj menyarankan pemerintah untuk menutup akun media sosial dan media online milik kelompok Wahabi.

Sebab, menurut Said, ajaran Wahabi dan Salafi adalah pintu masuk terorisme (Kompas TV: 2021). Dia menambahkan, bahwa Wahabi gemar menuduh musyrik, bidah, dan sesat terhadap kelompok lain di luar mereka, dan itu artinya tinggal selangkah lagi untuk membenarkan pembunuhan terhadap orang yang berbeda.

“Benih pintu masuk terorisme adalah Wahabi dan Salafi,” kata Said.

Bersambung ke bagian 3

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Counter Extremism Project

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *