Satu Islam Untuk Semua

Friday, 31 January 2020

Profesor Ali Mohamed Zaki, Penemu Virus Corona (1)


islamindonesia.id – Profesor Ali Mohamed Zaki, Penemu Virus Corona (1)

Belakangan ini, berita tentang virus corona begitu gencar diberitakan oleh berbagai media. Namun tahukah Anda, siapa orang pertama yang menemukan virus mematikan tersebut? Dia adalah Ali Mohamed Zaki, seorang ilmuwan asal Mesir. Namun malangnya, karena penemuannya tersebut dia harus dipecat dari rumah sakit di Arab Saudi, tempatnya bekerja.

Kisah Zaki pernah ditulis di The Guardian pada 15 Maret 2013. Berikut ini adalah kisahnya:

Pada pertengahan Juni 2012, Ali Mohamed Zaki, seorang ahli virus di Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, menerima telepon dari seorang dokter yang khawatir tentang seorang pasien. Pasien berusia 60 tahun itu telah dirawat di rumah sakit karena virus pneumonia yang parah dan dokter ingin Zaki mengidentifikasi virusnya.

Zaki memperoleh dahak dari pasien dan mulai bekerja. Dia menjalankan tes lab yang biasa. Satu demi satu tes dia lakukan, namun semua hasilnya menunjukkan negatif. Bingung dengan hasilnya, Zaki mengirim sampel ke laboratorium virologi terkemuka di Erasmus Medical Centre di Rotterdam. Sambil menunggu tim Belanda memeriksa virusnya, Zaki mencoba satu tes lagi.

Kali ini dia mendapat hasil positif. Hasilnya menunjukkan agen infeksi milik keluarga patogen yang disebut Coronavirus atau Virus Corona. Flu biasa disebabkan oleh Coronavirus, begitu juga dengan infeksi SARS yang jauh lebih mematikan.

Zaki dengan cepat mengirim email ke lab Belanda untuk memberitahukan tentang temuannya itu. Hasil tes di sana membuktikan tentang kekhwatirannya, tetapi ini lebih jauh lagi, ini adalah virus Corona yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Untuk memperingatkan ilmuwan lain, Zaki mem-posting catatan di proMED, sebuah sistem pelaporan internet yang dirancang untuk secara cepat dapat berbagi rincian penyakit menular dan wabah dengan para peneliti dan lembaga kesehatan masyarakat.

Langkah itu ternyata sangat merugikannya. Seminggu kemudian, Zaki harus kembali ke tanah kelahirannya di Mesir, kontraknya di rumah sakit di Arab Saudi diputus, yang menurutnya, pemecatannya atas tekanan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.

“Mereka tidak suka ini muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya,” kata Zaki kepada The Guardian dari Kairo. “Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius.”

Betapa seriusnya masalah itu saat itu. Sementara Zaki bekerja untuk mengidentifikasi virus, kesehatan pasien semakin menurun. Pneumonianya memburuk dan napasnya semakin pendek. Ginjal dan organ lainnya mulai goyah dan gagal.

Terlepas dari semua penanganan yang telah diberikan, yakni obat-obatan dan dianalisis, dan ventilasi mekanis untuk membantunya bernafas, pria itu akhirnya meninggal 11 hari setelah dia tiba di rumah sakit.

Kasus virus di Jeddah pada saat itu dianggap lebih menarik, ketimbang menakutkan. Meskipun banyak akibat yang ditimbulkan oleh virus tersebut, salah satunya menyebabkan SARS, yang telah menyebar ke lebih dari 30 negara dan membunuh 800 orang pada tahun 2003, namun keduanya secara genetik sangat berbeda.

SARS menakutkan karena menyebar dengan mudah dan membunuh begitu banyak orang. Virus itu menyebar di lingkungan keluarga, dan keberadaan pasiennya telah mengguncang rumah sakit. Pasien di Jeddah hanyalah salah satu kasus.

Begitulah kelihatannya. Sejak virus Corona jenis baru itu terungkap pada September tahun 2012, jumlah kasus telah meningkat menjadi 15. Lebih dari setengahnya telah meninggal. Kematian terakhir terjadi pada seorang pria berusia 39 tahun, yang dilaporkan oleh Arab Saudi pada sebuah pekan di tahun 2012.

Jumlahnya belum mengkhawatirkan, tetapi kemunculan kasus baru yang stabil, dan fakta bahwa infeksi telah menyebar dari orang ke orang, telah memicu upaya intensif untuk memahami virus, dan secara diam-diam mereka bersiap untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk.

“Kami tidak tahu apakah virus ini memiliki kemampuan untuk memicu epidemi penuh. Kami benar-benar dalam kegelapan tentang hal itu,” kata Ron Fouchier, seorang ahli virologi molekuler di Erasmus Medical Center yang di labnya telah mengidentifikasi virus temuan Zaki.

“Kami pikir apa yang kami lihat hanyalah puncak gunung es, tetapi kami tidak tahu seberapa besar gunung es itu, atau di mana letak gunung es itu,” ujarnya.

Penemuan di London

Di seberang Gedung Parlemen di tepi sungai Thames, London, terdapat Rumah Sakit St Thomas. Pada September tahun 2012, dokter di unit perawatan intensif berjuang untuk mendiagnosis seorang pria berusia 49 tahun asal Doha, Qatar, yang tiba dengan ambulans udara dengan infeksi saluran pernapasan serius.

Dia dirawat dengan isolasi yang ketat. Pria itu terjangkit virus, itu sudah jelas, tetapi sifat infeksi itu adalah sebuah misteri. Belum lama itu, dia sebelumnya telah mengunjungi Arab Saudi.

Bingung dengan kasus ini, dokter di rumah sakit kemudian memberi tahu Health Protection Agency’s (HPA) Imported Fever Service yang memulai penyelidikannya sendiri. Para ilmuwan menjalankan tes pada pria Qatar tersebut dengan mengecualikan infeksi-infeksi umum.

Mereka kemudian mendapat keberuntungan. Mereka berhasil menyelesaikan tes putaran pertama, dua ilmuwan di tim HPA mengakses proMED. Di sana mereka menemukan sebuah catatan yang diterbitkan sebelumnya pada hari itu oleh Profesor Zaki di sebuah rumah sakit di Arab Saudi.

Zaki mengumumkan bahwa penemuan virus Corona yang baru itu mematikan. Pasien Zaki memiliki gejala yang hampir identik dengan pria Qatar yang sedang sakit di London tersebut.

Bersambung ke bagian 2.

PH/IslamIndonesia/Sumber: The Guardian/Foto: David Degner/Getty Images

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *