Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 01 February 2020

Profesor Ali Mohamed Zaki, Penemu Virus Corona (2)


islamindonesia.id – Profesor Ali Mohamed Zaki, Penemu Virus Corona (2)

Mari kita lanjutkan kisah dari bagian 1, yakni tentang seorang pria asal Doha, yang ketika sedang berada di London jatuh sakit dan kemudian ditemukan bahwa dia mengidap jenis virus baru corona yang ditemukan oleh Zaki sebelumnya di Arab Saudi:

Hari berikutnya, pada hari Jumat, Health Protection Agency’s (HPA) menjalankan tes baru. Hasilnya tidak menyenangkan. Tes spesifik terhadap virus corona yang sudah diketahui, hasilnya negatif. Namun tes terhadap keluarga virus corona yang umum hasilnya positif. Hasil ini menunjukkan bahwa mereka mesti berurusan dengan kuman yang sama yang telah membunuh seorang pria di Jeddah (pasien Zaki).

Tim investigasi HPA mengganti perlengkapan (untuk melakukan tes lain). Pada akhir hari Sabtu itu, mereka telah memeriksa susunan genetik virus dan membandingkannya dengan hasil yang telah dicapai tim Fouchier terhadap virus di Saudi. Virus itu 99,5% identik (dengan virus yang ditemukan Zaki). HPA segera memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang kemudian segera mengeluarkan peringatan global pada Minggu malam.

“Tiba-tiba ini menjadi jauh lebih menarik perhatian,” kata Tony Mounts, kepala pemantauan dan pengawasan pandemi di Organisasi Kesehatan Dunia. “Kami sekarang memiliki dua kasus yang terjadi dalam rentang beberapa bulan, dari virus dalam keluarga yang sama dengan SARS, dan kedua kasus menunjukkan pneumonia yang buruk.”

Tingkat keparahan infeksi hanyalah salah satu kekhawatiran, sebab hanya dalam beberapa minggu kemudian, jutaan peziarah akan tiba di Makkah untuk naik haji. Jika virus itu mengintai di wilayah tersebut, maka ini adalah kesempatan yang sempurna untuk menyebar.

“Anda memiliki tiga juta orang yang datang dari seluruh dunia yang berpotensi membawa pulang patogen baru bersama mereka,” kata Mounts. “Dibutuhkan beberapa urgensi (untuk menyingkapinya).”

Ketika musim haji berlangsung, para jemaah haji datang dan pergi tanpa terjadi lonjakan kasus. Namun kasusnya justru terjadi di tempat lain di wilayah ini. Seorang lelaki lainnya di Doha jatuh sakit dan dipindahkan ke rumah sakit spesialis paru-paru di Essen, Jerman. Dia pulih dan dipulangkan sebulan kemudian.

Kembali ke Arab Saudi, virus menyerang sebuah rumah tangga di Riyadh, di mana seorang pria yang tinggal bersama kedua putranya, salah satu putranya yang lebih muda meninggal.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah sekelompok kasus di Yordania. Pada April 2012, 11 orang, termasuk delapan petugas kesehatan, menderita penyakit pernapasan misterius. Tes anumerta pada dua orang yang meninggal menunjukkan bahwa mereka positif terjangkit virus baru ini. Sisanya mungkin memiliki infeksi yang sama, meskipun lebih ringan, tetapi tes tindak lanjut tidak pernah dilakukan.

Bulan lalu (Februari 2013), pejabat kesehatan Inggris melaporkan infeksi pertama yang terjadi terhadap warga Inggris. Pria itu, Abid Hussain, yang sedang dalam perawatan intensif di Manchester, jatuh sakit ketika sedang melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Dia terbang ke Pakistan untuk mengunjungi keluarga, tetapi singgah di Makkah dalam perjalanan pulang untuk mendoakan putranya, Khalid, yang sedang dirawat karena kanker otak.

Segera setelah Abid tiba di rumah, putranya, yang sedang menggunakan obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan tubuhnya, tertular virus itu dan meninggal beberapa hari kemudian di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham. Adik Abid juga terkena virus itu, tetapi dengan cepat dapat pulih.

Khalid meninggalkan seorang istri, Azima, dan anak laki-laki kembar, yang akan berusia tiga tahun besok. “Mereka terus bertanya, ‘Di mana ayah? Kapan ayah pulang?’ Tetapi mereka terlalu muda untuk tahu apa yang terjadi,” kata Azima kepada the Guardian.

Serangkaian infeksi yang menyerang sebuah keluarga telah meyakinkan para ilmuwan bahwa virus itu dapat menyebar dari orang ke orang, walaupun jarang terjadi.

Ketika kasus infeksi baru terus bertambah, para ilmuwan fokus pada beberapa pertanyaan penting. Seberapa mudah virus itu menyebar? Dari mana asalnya? Bagaimana orang-orang dapat terinfeksi? Sampai sekarang, jawabannya masih menjadi serangkaian misteri.

Tidak ada tanda-tanda bahwa virus itu menyebar dengan mudah dari orang ke orang. HPA menindaklanjuti 60 orang yang dicurigai terjangkit, termasuk para dokter dan perawat, yang melakukan kontak dengan pasien di Rumah Sakit St Thomas. Mereka melacak lebih dari 100 orang lainnya yang telah melakukan kontak dengan keluarga di Inggris. Hasilnya tidak ada yang dinyatakan positif terkena virus.

Sejauh ini, itu cukup menenangkan. Namun para ilmuwan memperingatkan, bahwa virus itu akan bermutasi dan dapat beradaptasi agar dapat menyebar dengan lebih mudah. “Itulah yang kami khawatirkan,” kata Eric Snijder, kepala virologi molekuler di Leiden University.

“Jika itu terjadi, Anda mungkin akan mendapatkan varian pandemi yang menyebar dengan mudah, dan itu akan menjadi masalah besar.”

Tidak ada yang tahu dari mana virus itu berasal, tetapi para ilmuwan memiliki dugaan. Ketika para peneliti menjalankan tes urutan genetik melalui data virus corona yang sudah dikenal, hasilnya menunjukkan bahwa itu sangat cocok dengan jenis yang berada pada kelelawar pipistrelle.

Jika koneksi dengan kelelawar terdengar akrab, maka ada alasan yang kuat. Virus SARS juga dilacak berasal dari kelelawar, meskipun menyebar ke manusia melalui musang yang terinfeksi.

Kecurigaan terhadap virus terbaru ini mendorong pemerintah Arab Saudi untuk memanggil tim Universitas Columbia untuk mensurvei kelelawar-kelelawar di sekitar kota Bisha, tempat tinggal pasien pertama yang teridentifikasi terserang virus itu oleh Zaki.

Tim Universitas Columbia belum mempublikasikan temuannya, tetapi apa pun itu, mereka belum mendapatkan gambaran utuhnya. Sebab, hewan pertama yang ditemukan terjangkit virus itu, mungkin bukan yang menyebarkannya ke manusia.

Banyak ilmuwan yang menduga bahwa binatang perantara yang membawa virus baru itu ke manusia adalah kelelawar. Namun kesaksian dari mereka yang terinfeksi masih sedikit dan jarang: beberapa pasien masih dalam perawatan intensif, sementara yang lainnya telah meninggal.

Tapi petunjuk lainnya muncul. Pria asal Doha yang dirawat di Jerman memiliki sebuah peternakan kambing dan mengatakan kepada dokter bahwa beberapa kambingnya sakit sebelum dia jatuh sakit. Dan bukan hanya itu saja, penjaga kambing-kambing itu juga terkena infeksi pernapasan yang cukup serius sehingga harus dibawa ke rumah sakit.

Namun cerita yang menunjukkan kambing sebagai biang keladinya hingga kesaksian lain masih dalam pertimbangan, karena beberapa pasien lainnya melaporkan bahwa mereka tidak memiliki kontak dengan hewan.

Bersambung ke bagian 3.

PH/IslamIndonesia/Sumber: The Guardian/Foto utama: Research Gate

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *