Ibrahim Ghunaim Mc Gaza, Pejuang Palestina yang Berjuang Melalui Musik Rap (1)

islamindonesia.id – Ibrahim Ghunaim Mc Gaza, Pejuang Palestina yang Berjuang Melalui Musik Rap (1)
Siapa yang memulainya pertama kali?
Dia menjajahku dan menyerangku
Dia pikir darah ini akan menghilang sia-sia
Menduduki tanahku untuk waktu yang sangat lama
Dia mengeluarkanku dari batas delusional
Yang mana menurutku tidak aman
Merpati berterbangan, menyerukan hak untuk kembali
Lalu dia bersembunyi dan meninggalkan gas berkabut
Tanah kami memanggil, dan kami menjawab panggilan
Kami tidak takut akan tembakan jarak jauh yang memburu pemuda kami
Menghadapi bom dengan asap dari ban yang dibakar
Aku mengajak, tidak peduli apakah mereka ikut denganku atau denganmu
Aku kembali ke tanahku
Aku menyingkirkan duri-duri
Jika mereka tidak tahu apa yang ada di tanganmu, mereka tidak akan dapat menghalangi
Aku tetap teguh, memprotes dengan damai dan tanpa senjata….
Demikianlah penggalan beberapa lirik yang dibuat oleh Ibrahim Ghunaim, pemuda Palestina yang berjuang melalui musik rap.
Uniknya, dalam video klip yang dibuatnya dengan kamera amatir, latar belakangnya adalah kejadian nyata yang dia alami.
Dia bernyanyi di dekat tembok perbatasan Israel-Palestina, sementara itu di belakangnya api menyala dan asap membumbung tinggi. Para pemuda Palestina beramai-ramai sedang melakukan aksi protes untuk kembali ke tanah asal mereka (The Great March of Return).
Dilansir dari Middle East Eye, Ibrahim Ghunaim yang memiliki nama panggung Mc Gaza mengatakan bahwa dia tidak takut untuk ditembak. “Saya tidak mampu melempar batu, saya tidak dapat melakukan apapun, hanya musik yang saya bisa. Jadi saya menulis lagu tentang protes di sini…. Saya hanya ingin kembali ke tanah kami,”ujar musisi berusia 26 tahun tersebut.
Sebelum dia mengenal musik rap, hal yang paling disukai Ibrahim adalah menembak. “Saya sedang dalam perjalanan menuju jihad,” katanya sebagaimana dilansir dari pri.org. Jika bukan karena rap, dia mungkin telah bergabung dengan “kelompok perlawanan” dan mengangkat senjata melawan Israel.
Tapi itu tidak terjadi. Dia menemukan gairahnya pada musik saat berusia 13 tahun, setelah menghadiri konser rap. Setelah itu dia menelusuri internet untuk mempelajari segala hal tentang rap. Dia mulai mengenal Eminem dan memulai semuanya dari sana. “Awalnya saya mulai melakukannya sebagai semacam tantangan, dan kemudian saya menyadari bahwa saya tidak bisa berhenti,” kata Ghunaim.

Ibrahim Ghunaim atau Mc Gaza berpose dalam salah satu video klipnya yang berjudul Yaba. Photo: Ibrahim Ghunaim
Tidak mudah untuk menjadi penyanyi rap di Gaza. Dalam tatanan sosial masyarakat konservatif semacam itu, hanya ada sedikit pemahaman, atau penghargaan, terhadap bentuk seni. “Orang-orang di sini berpikir bahwa rap itu haram,” katanya. “Mereka berpikir bahwa kita bertingkah laku seperti orang Barat.”
“Hanya ada dua panggung di Gaza dan saya tidak diizinkan tampil di salah satunya karena penyelenggara tidak suka rap. Mereka mengatakan rap tidak diizinkan. Itu bukan seni. ”
Seperti banyak seniman di Gaza, dia menghadapi kemungkinan sensor dari otoritas de facto, Hamas, jika dia dianggap melewati batas-batas tertentu. “Aku tidak bisa mengatakan perasaanku tentang mereka,” katanya.
Seniman secara teratur menjadi subjek penyensoran di Gaza, di mana pemerintah de facto sering melarang materi-materi yang tidak sesuai dengan norma-norma konservatifnya. Bahkan ketika orang datang ke acaranya – biasanya dilakukan di sekolah atau universitas – dia bilang dia mendapat tanggapan beragam.
“Rasanya menyenangkan ketika orang-orang datang secara khusus untuk melihat saya, tetapi ketika saya melakukan konser dengan kelompok lain, saya merasa bahwa orang tidak mengerti apa-apa (tentang musik rap).”
Bersambung ke bagian 2.
PH/IslamIndonesia/Photo: Ibrahim Ghunaim
Leave a Reply