Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 21 May 2023

Kolom Haidar Bagir – Menjelaskan Geneologi Ajaran Thariqah ‘Alawiyah (Bagian 2)


islamindonesia.id – Kolom Haidar Bagir – Menjelaskan Geneologi Ajaran Thariqah ‘Alawiyah (Bagian 2)

Al-Ghazali (1058-1111) adalah seorang filosof sufi berkebangsaan Persia. Dia juga adalah sahabat Perdana Menteri Imperium Seljuk di Turki. Dilihat dari segi mana pun, sepintas sulit ditemukan keterkaitan silsilah keilmuan – silsilah kekeluargaan, apa lagi – dengan kaum Ba ‘Alawi.

Tapi jika kita teliti lebih jauh, Al-Ghazali – khususnya Ihya’, karya utama beliau – amat banyak dipengaruhi oleh Quut al-Quluub karya Abu Thalib al-Makki – seorang sufi besar yang hidup kira-kira seabad sebelum beliau.

Sebagian cukup besar isi Ihya’, seperti diteliti para ahli, diambil dari kitab ini. Di samping dari kitab-kitab kaum sufi besar lainnya seperti al-Muhasibi, Junayd al-Baghdadi, dan lain-lain. Hal ini ditulis sendiri oleh al-Ghazali dalam bukunya, al-Munqidh min al-Dhalal.

Nah, kitab Quut al-Quluub adalah juga salah satu referensi amat penting dalam kurikulum ajaran Thariqah ‘Alawiyah. Bukan itu saja, bahkan, seperti aantara lain dicatat Habib Abubakar Adni al-Masyhur, Imam Alwi bin Abdullah (‘Ubaydillah) sempat berguru kepada al-Makki.

Kenyataan terakhir ini saja sudah menarik. Di mana posisi ajaran al-Makki dalam silsilah dzahabiyah? Kenapa seorang yang nantinya menjadi ulama besar dalam silsilah Ba’ Alawi belajar pada ulama non-Ba’alawi?

Lalu belakangan malah menjadikan kitab seorang sufi – yakni al-Ghazali – yang lebih tak ada kaitan apa-apa dengan keluarga Ba ‘Alawi – sebagai rujukan utamanya (khususnya di bidang tasawuf) seraya menyatakan bahwa Ghazaliyah adalah lahirnya Thariqah ‘Alawiyah? Bagaimana mengaitkannya dengan silsilah dzahabiyah?

Jawaban terhadap hal ini terletak pada posisi Ghazaliyah, dan Syadziliyah, yang kita bahas sebelumnya, terletak pada pendefinisian yang dilakukan oleh Habib Umar bin Idrus Alhabsyi dalam ‘Iqdul Yawaqiit.

Meski terkesan sambil lalu, ungkapan yang disampaikan Habib Idrus menjadi “koenci jawaban”. Jika Hb. Hasan al-Athas menyebut Syadziliyah dan Ghazaliyah sebagai esensi atau saripati Thariqah ‘Alawiyah, juga Habib Abdurrahman bin Abdillah Bilfaqih menyebut Syadziliyah dan Ghazaliyah sebagai, masing-masing, batin dan lahirnya Thariqah’ Alawiyah, maka Habib Umar bin Idrus menyatakan bahwa ajaran lahir Thariqah Alawiyah adalah “seperti yang disyarahkan oleh Imam Ghazali dalam al-Ihya.”

Dengan kata lain, Ihya’ bukanlah sumber ajaran Thariqah ‘Alawiyah, melainkan manual ajaran Thariqah ‘Alawiyah. Bahwa apa yang mereka terima dari para leluhur Ba’alawi mereka, yang terkompilasi dengan paling baik dalam Ihya’. Khususnya yang bersumber dari Quut al-Quluub.

Bukti lainnya, menurut riwayat, tadinya Habib Abdullah bin Abubakar Alaydrus bahkan sudah mempersiapkan diri untuk menuliskan ajaran (khususnya tasawuf) Thariqah ‘Alawiyah, tapi urung setelah membaca al-Ihya’ dan mendapatinya sebagai manual yang pas untuk ajaran Thariqah ‘Alawiyah.

Bukti lain, seperti ditulis oleh Habib Muhammad bin Ahmad Syathiri dalam buku “Sejarah Kaum’ Alawiyin”, tak semuanya juga isi al-Ihya’ disetujui para tokoh Thariqah ‘Alawiyah.

Seperti dikutip Habib Muhammad Syathiri dari seorang ulama Tharuqah’ Alawiyah, “kalau saja bisa, kami ingin menghapus dengan air mata kami sebagian isi al-Ihya’ (Catatan: sebetulnya akan sangat penting dan bermanfaat jika bisa diteliti bagian mana saja dari Ihya’ yang dirasa tidak sejalan dengan ajaran Thariqah ‘Alawiyah, apakah barangkali bagian tentang Pernikahan yang terkesan tidak terlalu mementingkannya, atau tentang tata cara’ uzlah, atau yang lain?).

Kembali kepada ajaran Syadziliyah yang dianggap sebagai batinnya Thariqah ‘Alawiyah, kiranya lebih mudah difahami bahwa rujukan kepada ajaran Imam Abul Hasan asy-Syadzili terutama mengacu kepada ajaran beliau – sebagaimana disampaikan oleh Ibn’ AthailLah as-Sakandari dalam beberapa bukunya – khususnya al-Hikam (lebih khusus lagi yang disyarah ibn ‘Abbad) – adalah ajaran tentang syuhudul atau ru’yatul minnah. Yakni penekanan pada sikap batin untuk tidak memandang amal sebagai usaha sendiri, namun sebagai sepenuhnya karunia dari Allah.

Jadi, meski kita (harus) beramal – sebagaimana menjadi inti ajaran Ihya’ tapi, pada saat yang sama, kita tidak mengandalkannya sebagai upaya kita  sendiri. Termasuk di dalamnya memelihara ikhlas dan rasa syukur, serta pengakuan akan kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan diri kita.

Dengan kata lain, bukannya ajaran Imam Ghazali dan Imam Syadzili diadopsi menjadi ajaran Thariqah ‘Alawiyah, tapi bahwa kesemuanya itu – kecuali yang tak disepakati – sesungguhnya merupakan ajaran Thariqah’ Alawiyah, yang terkompilasi dalam ajaran kedua aliran tasawuf tersebut.

Demikian juga halnya dengan rujukan-rujukan Thariqah ‘Alawiyah kepada berbagai ulama atau buku-buku lain karya mereka – baik buku-buku lain Al-Ghazali maupun karya para ulama besar lain, termasuk Imam Nawawi, Imam Nabhani, Syaikh Abubakr bin Salim, al-‘Amiri, dan tentunya juga buku-buku Habib Abdullah Haddad, dan lain-alin.

Dengan menarik, nama-nama buku utama yang dianggap mampu mewakili kurikulum ajaran Thariqah ‘Alawiyah itu dirangkum dalam sebuah qashidah panjang yang disusun Habib Ahmad bin Zayn bin Umar bin Sumayth.

Tapi, lagi-lagi, dalam konteks ini, tokoh-tokoh Thariqah ‘Alawiyah, yang belajar dari silsilah dzahabiyah, tak segan berbeda pendapat dengan para ulama penulis ini. Bahkan dengan Imam Asy’ari – antara lain dalam soal kebolehan taqlid dalam iman, atau dalam hal ajaran-ajaran Imam Syafii.

Kiranya kesemuanya ini menunjukkan bukan hanya independensi Thariqah ‘Alawiyah di tengah berbagai buku rujukan tersebut, melainkan juga menunjukkan adanya pegangan tak tergoyahkan kepada ajaran Thariqah Ba’ Alawi kepada silsilah dzahabiyah atau ajaran leluhur yang diwariskan secara rurun-temurun.

Kiranya sikap independen dan kritis ini perlu dipertahankan oleh para penerus ajaran ini. Wal-‘afwu. WalLaah a’lam bish-shawab

Selesai

Sebelumnya:

AL/Islam Indonesia/Feratured Image: detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *