Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 14 November 2020

islamindonesia.id – Kisah Pasangan Muslim dari Jerman yang Menemukan Vaksin Corona (2)


Sambungan dari bagian 1:

Dream Team

Bagi Matthias Kromayer, anggota dewan perusahaan modal MIG AG, yang dananya telah mendukung BioNTech sejak didirikan pada tahun 2008, Tuereci dan Sahin adalah ” dream team” (tim impian), yaitu ketika mereka dapat menyelaraskan visi mereka dengan kendala-kendala realitas.

Jalan BioNTech berubah ketika Sahin pada bulan Januari menemukan sebuah makalah ilmiah tentang wabah virus korona baru di kota Wuhan, di Cina.

Ketika membacanya dia terkejut karena betapa sedikit langkah yang mesti dilakukan jika hendak memodifikasi obat anti kanker mRNA untuk menjadi vaksin virus yang berbasis mRNA.

BioNTech dengan cepat menugaskan stafnya untuk memproyeksikan pola kerja yang sangat cepat untuk mengerjakan beberapa kemungkinan senyawa sebagai bahan vaksin, dan menggaet perusahaan farmasai raksasa asal AS Pfizer dan perusahaan obat asal China Fosun untuk menjadi mitra pada bulan Maret.

Matthias Theobald, sesama rekan profesor onkologi di Universitas Mainz yang telah bekerja dengan Sahin selama 20 tahun, mengatakan kecenderungannya untuk meragukan ambisi besar untuk mengubah bidang pengobatan yang selama ini digarap Sahin, menjadi lompatan besar ke arah vaksin COVID-19 yang begitu diyakininya.

“Dia orang yang sangat sederhana dan rendah hati. Penampilan tidak berarti baginya. Tapi dia ingin menciptakan struktur yang memungkinkan dia untuk mewujudkan visinya dan di situlah aspirasinya menjadi jauh dari sederhana,” kata Theobald.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, pada Senin (9/11) Sahin mengatakan bahwa hasil penelitiannya telah mencapai “tingkat keberhasilan yang luar biasa”, meski demikian dia mengaku bahwa pada awal tahun, ketika proyek ini mulai digarap, dia tidak tahu bahwa ternyata betapa sulitnya untuk menyelesaikan pekerjaan ini secara keseluruhan.

 “Ini jelas bukan sesuatu yang mudah Anda suarakan sebagai ilmuwan yang serius, tapi itu masih dalam ranah kemungkinan sejak awal,” kata Sahin.

Hingga kemudian, Pfizer yang sebelumnya pernah berkolaborasi dengan BioNTech dalam pembuatan vaksin flu, dengan cepat meyakinkan Sahin untuk membantu biaya pengembangan dan distribusi.

Masuk bulan Maret, ketika Jerman melaksanakan lockdown yang pertama, BioNTech telah mengembangkan 20 kandidat untuk vaksin, yang akan diuji untuk reaksi kekebalan. Program penelitian yang mereka lakukan ini diikuti oleh 500 ilmuwan yang disebut dengan tim Lightspeed.

Terobosan kemudian terjadi pada awal November, setelah analisis sementara menunjukkan kandidat vaksin mereka 90% efektif melindungi orang dari penularan virus dalam uji coba global, lebih baik daripada yang diharapkan sebagian besar ahli.

Ketika ditanya apakah dia akan mencoba ke diri sendiri vaksinnya, Sahin mengatakan kepada situs berita Jerman Business Insider, “Segera setelah vaksin diizinkan, saya akan menjadi orang pertama yang melakukannya.

“Tapi pertama-tama kami harus memastikan bahwa vaksin tersedia untuk orang-orang yang sangat membutuhkannya: terutama orang tua, orang-orang dengan kondisi (penyakit tertentu) yang sudah ada sebelumnya, dan para staf medis,” demikian sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Selesai.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Ador T Bustamante/Gulf News/Sumber artikel: Reuters dan The Guardian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *