Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 29 April 2021

Waspadai Label “Kurma Buatan Palestina”, Bisa Jadi itu Produk Israel (2)


islamindonesia.id – Waspadai Label “Kurma Buatan Palestina”, Bisa Jadi itu Produk Israel (2)

Sambungan dari bagian 1:

Kurma “buatan Palestina” yang sejatinya milik perusahaan-perusahaan Israel tersebut seringkali mempekerjakan orang-orang Palestina karena orang Israel sendiri enggan melakukan pekerjaan kasar semacam itu.

Para pekerja Palestina ini memetik kurma di Lembah Jordan, mereka harus menaiki tangga yang tinggi dan bekerja di sana selama berjam-jam. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya.

Di atas ketinggian, mereka tersengat suhu yang panas, sehingga berisiko tinggi untuk terserang heatstroke (ialah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis hingga mencapai 40 derajat Celcius atau bahkan lebih. Heatstroke biasanya terjadi saat seseorang menerima paparan suhu panas dari lingkungan sekitar di luar batas toleransi tubuhnya, misalnya saat cuaca sedang sangat terik).

Dan ketika ada pekerja yang terluka, mereka seringkali tidak diberi perawatan kesehatan atau kompensasi. Pekerja, termasuk anak-anak, dipaksa bekerja dengan jam kerja yang panjang untuk memenuhi target jumlah kurma yang dipetik sebelum mereka dapat pulang.

Pemukiman Israel, yang ilegal menurut hukum internasional, bukan hanya menumbuhkan perkebunan kurma di atas tanah curian dengan menggunakan tenaga kerja Palestina yang dieksploitasi, tetapi juga mengalihkan sumber daya air dari desa-desa Palestina, sehingga membuat warga Palestina kesulitan untuk mendapatkan air untuk minum dan irigasi.

Ada lima perusahaan kurma besar Israel yang mengekspor produk mereka ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa: Hadiklaim dan mereknya Jordan River dan King Solomon, Mehadrin, Galilee Export, Carmel Agrexco, dan Agrifood Marketing dengan mereknya Star Dates.

Hadiklaim, Mehandrin, dan Carmel Agrexco semuanya beroperasi di permukiman Israel di Tepi Barat. Hadiklaim dan Carmel Agrexco telah dituduh menggunakan pekerja anak-anak dan membayar pekerja Palestina kurang dari upah minimum.

Penting untuk dicatat bahwa jika Anda membeli kurma Medjool (Medjoul) di Eropa atau AS, ada kemungkinan besar kurma itu ditanam di pemukiman atau dari Israel.

Sementara itu, produk-produk asli yang memang merupakan perusahaan Palestina, yang memiliki komitmen terhadap perjuangan rakyat Palestina sulit berkembang. Di bawah tekanan pendudukan militer, industri kurma asli Palestina mengalami kesulitan untuk bersaing dengan kurma Israel yang membanjiri pasar lokal dan internasional.

Demikianlah menurut laporan dari Organisasi American Muslims for Palestine atau Muslim Amerika untuk Palestina (AMP).

Masih menurut AMP, ada dua perusahaan kurma yang memang benar-benar dapat dipercaya bahwa mereka memang perusahaan Palestina, yaitu Zaytoun atau Yaffa. Jika Anda menemukan label produk tersebut di pasar, maka Anda dapat dengan tenang untuk membelinya.

Sejauh ini setidaknya ada dua organisasi Islam yang dengan giat mengkampanyekan untuk memboikot kurma-kurma asal Israel, yaitu AMP di Amerika Serikat (AS) dan The Islamic Human Rights Commission atau Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHRC) di Inggris.

AMP sendiri pernah memprakarsai boikot nasional untuk pertama kalinya atas kurma yang diproduksi di pemukiman Palestina yang diduduki Israel pada Ramadan 2012.

Bekerja sama dengan cabang-cabang mereka di kota-kota AS seperti di New York, New Jersey, Detroit, Minnesota, Chicago, dan Sacramento, serta mitra di Washington DC dan Philadelphia, AMP menjawab seruan untuk Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS/boikot, divestasi, dan sanksi) Palestina yang diprakarsai sejak 2005 dengan mendesak pemilik toko bahan makanan untuk mengenyahkan kurma Israel dari rak dagangan mereka.

Sejak itu, puluhan ribu kartu pos dan brosur telah didistribusikan ke toko-toko, masjid, dan komunitas di seluruh AS. Konsumen telah menjawab panggilan tersebut dan boikot berhasil.

Menurut data Economic Research Service yang disediakan oleh Departemen Pertanian AS, ekspor kurma Israel ke AS telah turun signifikan sejak 2015. Pada 2015-2016 terdapat 10,7 juta kilogram kurma Israel yang masuk ke pasar AS, sedangkan pada 2017-2018 hanya masuk 3,1 juta kilogram. Boikot itu berhasil dan berdampak buruk pada industri kurma Israel.

Sementara itu, di Indonesia sendiri belum ada gerakan semacam ini. Kurma-kurma dengan label “buatan Palestina” dapat dengan bebas dijual di pasaran Indonesia. Kurma-kurma semacam ini tidak dapat dipertanggungjawabkan dari mana asal mulanya. Menurut IHRC besar kemungkinannya kurma-kurma ini adalah produk Israel.

Maka yang dapat dilakukan paling tidak adalah konsumen mesti melihat dengan teliti label untuk setiap barang yang akan dibeli. Menurut IHRC, detail kontak produsen/importir juga harus ada di label. Tidak bisa hanya dengan melihat tulisan “buatan Palestina” maka kita serta merta dapat mempercayainya.

Sementara masih belum ada organisasi yang bergerak untuk meneliti masalah ini di Indonesia, paling tidak untuk Ramadan ini, buatlah pilihan yang tepat dan boikot kurma dari hasil eksploitasi tanah dan tenaga kerja Palestina yang berkontribusi terhadap penindasan rakyat Palestina.[]

Selesai.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Emmanuel Dunand/AFP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *