Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 02 March 2017

KAJIAN – Pengetahuan Hati (Bagian 2)


Islamimdonesia.id -Pengetahuan Hati (Bagian 2)
Dalam tulisannya yang menghebohkan, Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, menyebutkan sederet gejala yang ditimbulkan oleh apa yang disebut emosi.

[Baca sebelumnya: KAJIAN – Pengetahuan Hati (Bagian 1)]

1. Amarah yang membuat manusia menjadi beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali juga tindak kekerasan dan kebencian patologis

2. Kesedihan yang membuat manusia menjadi pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, putus asa, dan kalau sakit, ia menimbulkan depresi berat

3. Rasa takut yang membuat manusia menjadi cemas, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, fobia, dan anik

4. Kenikmatan yang membuat manusia menjadi bahagia, gembira, santai, puas, riang, senang, terhibur, bangga, terangsang, takjub, terpesona, terpenuhi, girang dan mania

5. Cinta yang melahirkan penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, kedekatan, keintiman, kebaktian, penghormatan, kasmaran dan kasih-sayang.

6. Terkejut yang membuat manusia menjadi terkesiap, terkesima, takjub dan terpana.

7. Jengkel yang membuat manusia menjadi hina, jijik muak dan tidak suka.

8. Malu yang melahirkan rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati yang hancur lebur

Sekilas kita bisa mengerti emosi atau kalbu ini memang menampung banyak potensi dahsyat, bagus ataupun jahat. Alquran banyak berbicara mengenai kalbu yang tertutup dan terkunci rapat.

Dalam terkunci, manusia akan selalu cenderung menganiaya dan merusak di muka bumi. Oleh sebab itu, kita harus memahami pembobotan yang diberikan oleh para sufi dalam hal membersihkan hati dari pelbagai penyakit. Dan tentu saja, orang yang hatinya bersih – atau dalam bahasa Goleman “emosinya cerdas” – akan sangat mudah menjadi sempurna dan mencerap cahaya Ilahi.

Para ahli tasawuf menyebutkan dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang ingin membersihkan kalbu. Pertama, membasmi pusat-pusat keburukan di dalam hati (takhalili) dan kedua, membangun pusat-pusat kebaikan di dalam hati (tahalli). Para sufi menyebutkan tiga pusat dan sumber keburukan yang menjadi kendala bagi terbitnya cahaya dalam jiwa manusia: kezaliman, kekafiran, dan kefasikan.

Secara kebahasan, azh-Zhulm (kezaliman) mempunyai arti sama dengan azh-Zhalm (kegelapan), lawan dari cahaya yang terang. Secara etimologis, kezaliman diartikan sebagai meletakkan sesuatu (bersifat material atau pun tidak) bukan pada tempat selazimnya. Ada dua macam kezaliman; kezaliman konseptual, yaitu meletakan keyakinan tidak pada tempatnya; dan kezaliman praktis, yaitu tidak melakukan sesuatu yang semestinya dilakukan.

Kezaliman praktis mempunyai dua dimensi; kezaliman terhadap diri sendiri (kezaliman individual) dan kezaliman terhadap orang lain (kezaliman sosial). Kezaliman individual adalah semua pelanggaran yang dilakukan manusia dalam hubungannya dengan kesucian dirinya. Itulah sebabnya mengapa Allah dalam Al-Quran mengajarkan kita untuk memohon ampun dengan cara mengakui bahwa kita telah menzalimi diri sendiri. Sedangkan kezaliman sosial adalah perbuatan yang merugikan orang lain, apakah yang dilakukan oleh penguasa terhadap rakyatnya ataupun sebaliknya.

Secara kebahasan, al-Kufr berarti menutupi. Namun dalam khazanah sufi, kufr diartikan sebagai menolak dan menentang. Dilihat dari sasarannya, kekafiran bisa dibagi menjadi dua: kekafiran positif (terpuji) yaitu menolak terhadap kebatilan dan keburukan. Dalam Al-Quran, Allah memuji orang-orang yang beriman kepada Allah dan berkufur atas thaghut (sesembahan selain Allah). Jenis lain kekafiran adalah kekafiran negatif (tercela), yaitu penolakan terhadap kebenaran dan kebaikan.

Kefasikan (al-Fasq) didefinisikan sebagai penyimpangan dari kebenaran dan kebaikan. Karena itu, para sufi dan arif memasukan maksiat dalam kategori penyimpangan psikologis atau abnormalitas. Tidak pernah seseorang melakukan maksiat dalam kesadaran yang penuh. Perbuatan maksiat terjadi akibat penyimpangan dan cacat mental, intelektual, dan emosional yang ada pada diri manusia.

Setelah membasmi pusat-pusat keburukan, barulah kemudian manusia membangun pusat-pusat kebaikan di dalam hatinya. Ada tiga pusat kebaikan yang perlu dibangun: ikhlas, tawakal dan sabar.[]

 

Tamat

 

YS/ MK/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *