Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 18 February 2018

Kajian – Isu Nuklir dalam Dinamika Politik Timur Tengah (Bagian 10)


islamindonesia.id –  Isu Nuklir dalam Dinamika Politik Timur Tengah (Bagian 10)

 

Peralihan dari Reaktor Light Water ke Heavy Water

Pada masa pemerintahan Bush, pemerintah AS menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap keamanan tidak hanya perang terhadap teroris (non-negara) seperti Al-Qaeda, tapi juga terhadap ruang lingkup yang lebih luas, yakni negara-negara yang mendukung teroris. Seperti yang diungkapkan Bush:

“Setiap negara dalam setiap wilayah sekarang memiliki keputusan untuk dibuat…. Entah anda bersama kami atau anda dengan teroris. Mulai hari ini, setiap bangsa yang terus memberi fasilitas atau mendukung terorisme akan dianggap oleh Amerika Serikat sebagai musuh.”[1]

Iran ada dalam daftar teratas negara yang mendukung teroris. Pada Januari 2002, atau empat bulan setelah penyerangan menara WTC, Bush memberi pernyataaan bahwa negara-negara yang menjadi ancaman adalah Iran, Irak, dan Korea Utara. Bush memberi pernyataan, “negara-negara seperti ini, dan aliansi-aliansi teroris, mereka merupakan negara poros kejahatan (the axis of evil)”. Ucapan Bush kurang lebih menggambarkan kebijakan politik AS. Ayatollah Khamenei dan politisi Iran senior lainnya protes terhadap pernyataan Bush, tetapi tidak jelas apakah lingkaran penguasa Teheran merasa bahwa retorika tersebut merupakan pertanda AS akan melakukan aksi militer terhadap Iran.[2]

Pada 19 Desember 2003, Presiden Libya, Khadafi, memutuskan untuk menghentikan program nuklirnya setelah ditekan oleh AS. Namun, Iran bukanlah Libya, dengan sumber daya keuangan dan kemampuan milter yang lebih besar, Iran tidak bisa dikontrol begitu saja. Dalam hal apapun, Ahmadinedjad beserta lingkaran konservatifnya menilai bahwa apa yang disampaikan Bush merupakan sebuah rencana besar atau pembenaran yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya.[3]

Pada tanggal 14 Agustus 2002, Council of Resistance of Iran (NCRI), sebuah kelompok oposisi di Iran, membuat pernyataan publik bahwa mereka telah mengidentifikasikan adanya program pengembangan nuklir yang bersifat rahasia. Laporan yang mereka sampaikan menyajikan indikasi baru bahwa sumber daya yang didedikasikan program nuklir Iran setidaknya sebagian dimaksudkan untuk melayani tujuan militer. Dugaan mengarah kepada fasilitas produksi heavy-water di Arak (adanya reaktor berkapasitas 40 MW)  dan fasilitas produksi bahan bakar nuklir di Natanz.[4]

NCRI juga mengklaim bahwa perusahaan energi terdepan di Iran, Mesbah Energy Company, digunakan untuk menjadi perusahaan samaran yang sebenarnya berfungsi untuk mendukung proyek Arak. Selain itu, NCRI juga mengklaim terdapat empat pusat penelitian nuklir masing-masing di Karaj, Borab, Saghand, dan Amerabad.[5] Namun, secara umum informasi dari oposan harus ditelaah dengan hati-hati, sebab seringkali informasi yang mereka sampaikan tidak selalu akurat. Seringkali informasi yang mereka sampaikan hanya sebatas untuk mempermalukan dan mendiskreditkan pemerintah yang sedang berkuasa.

Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, berdasarkan pantauan fotografi satelit komersial, di Natanz, sebuah kota di Iran, terlihat adanya pembangunan proyek konstruksi besar-besaran, dan juga di dekat kota Arak, terletak sekitar 150 mil dari selatan Teheran terdapat hal serupa. Berdasarkan pendapat pengamat, gambar citra satelit tersebut menunjukan setidaknya sebagian menunjukan adanya tanda-tanda pembangunan konstruksi di bawah tanah. Pembangunan di bawah tanah tersebut mungkin berfungsi untuk menyembunyikan segala bentuk kegiatan atau sekedar untuk melindungi dari kemungkinan serangan militer.[6]

Menurut laporan Global Security, Iran telah mencoba untuk membeli reaktor heavy water berkapasitas 30 Mega Watt (MW) dari China pada tahun 1991, tapi kesepakatan tersebut batal. Melalui proyek Arak, Iran tampaknya berusaha untuk menciptakan reaktor heavy water melalui usaha sendiri, melalui sumber daya milik mereka sendiri. Heavy water adalah istilah bagi deuterium oksida. Ketika reaktor heavy water digunakan, maka hal tersebut akan membuat reaksi nuklir menjadi lebih efisien. Dengan reaktor heavy water proses pengayaan dan perbanyakan plutonium menjadi jauh lebih mudah dan lebih murah. [7]

Berbeda dengan Bushehr, reaktor yang digunakan adalah reaktor light water yang proses penggunaannya jauh lebih sulit dan berbiaya besar. Reaktor heavy water telah digunakan di Israel, Pakistan, dan India untuk mendukung program senjata nuklir. Untuk menggambarkan bagaimana reaksi pemerintah AS terhadap proyek Natanz dan Arak, simak pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Richard Boucher, pada tanggal 13 Desember 2002, “fasilitas ini tidak dibuat berdasarkan kebutuhan program nuklir Iran untuk kepentingan sipil”.[8]

Kekhawatiran Eropa mengenai proyek di Arak cukup tinggi sehingga mereka mencoba menawarkan bantuan terhadap Iran untuk mengganti reaktor di Arak dengan berbagai jenis reaktor lainnya, namun Iran menolak tawaran tersebut. IAEA juga menilai usaha Eropa untuk mendekati Iran tersebut dengan pandangan skeptis. Berbagai cara telah dilakukan oleh AS maupun PBB untuk menghentikan program nuklir Iran, namun belum bisa membuat Iran untuk menghentikan program nuklirnya.[9]

Pada 26 Agustus 2006, Presiden Iran Ahmadinejad meresmikan pabrik produksi heavy water di Arak yang masih berada dalam proses pembangunan. Kebanyakan ahli menilai bahwa pabrik produksi tersebut dapat diselesaikan pada tahun 2009 dan dalam kurun waktu satu tahun atau lebih, pabrik tersebut kemudian sudah bisa memulai produksi plutonium yang dapat digunakan untuk 2-3 alat nuklir.[10]

Bersambung….

Sebelumnya: Isu Nuklir dalam Dinamika Politik Timur Tengah (Bagian 9)

PH/IslamIndonesia

Catatan Kaki:

[1] Tom Gjelten, “September 11 Attacks“, dalam Redmond, WA (ed.) Microsoft Encarta 2009 [DVD]. Microsoft Corporation, 2008.

[2] Jack Caravelli, Op. Cit., hlm 106-107

[3] Ibid.

[4] Alireza Jafarzadeh, ‘‘New Information on Top Secret Projects on Irandian Regime’s Nuclear Programs,’’ August 14, 2002, dalam http://www.iranwatch.org/privateviews/NCRI/perspex-ncri-topsecretprojects-081402.htm, diakses 16 Februari 2018.

[5] Ibid.

[6] Jack Caravelli, Ibid., hlm 107.

[7] “Iran Nuclear Research Reactor (IR-40)”, dalam http://www.globalsecurity.org/senjata pemusnah massal/world/iran/arak-nrr.htm, diakses 16 Februari 2018.

[8] Ibid.

[9] Jack Caravelli, Ibid., hlm 108.

[10] Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *