Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 06 June 2020

Empat Perbedaan Kehidupan Dunia dan Akhirat (2)


islamindonesia.id – Empat Perbedaan Kehidupan Dunia dan Akhirat (2)

Artikel ini merupakan sambungan dari artikel: Empat Perbedaan Kehidupan Dunia dan Akhirat (1)

(3) Menabur dan menuai. Perbedaan ketiga antara dunia dan akhirat ialah bahwa dunia merupakan tempat menabur benih dan menanam, sedangkan akhirat adalah tempat menuai dan memetik hasil.

Di akhirat, tidak ada lingkup untuk berbuat dan tidak perlu ada persiapan untuk beramal. Di sana semuanya adalah capaian dan nilai, persis seperti dengan hari pengumuman hasil ujian para siswa.

Apabila seorang siswa, pada saat ujian dimulai, mengusulkan agar waktunya diundur supaya sempat belajar, jawaban yang akan didapat tidak lain adalah “sudah berlalu waktu untuk menelaah”; dan apabila ia mengusulkan agar diuji pada hari pengumuman nilai ujian, dia akan dijawab, “sudah berlalu waktu ujian, hari ini adalah hari pembagian hasil ujian.”

Para nabi yang menyeru, “Wahai manusia, beramal salehlah kalian dan menabunglah kalian untuk bekal kalian di akhirat,” pada hakikat­nya, seruan dan ajakan mereka itu disebabkan oleh amat terbatasnya waktu untuk beramal sehingga, sekiranya mereka tertinggal, mustahil mereka bisa kembali lagi.

Amîr Al-Mu’minîn Ali bin Abi Thalib ra, mengatakan, “Hari ini adalah amal tanpa perhitungan; dan kelak adalah perhitungan tanpa amal.”

Di tempat lain, beliau mengatakan: “Wahai hamba-hamba Allah, beramallah saat lidah masih bisa berbicara, badan masih sehat, organ-organ tubuh masih patuh, dan kesempatan masih terbuka.”

Maksud­nya, sekarang organ-organ tubuh adalah sarana amalmu, sebelum ia diambil dan tidak lagi taat padamu. Kau harus bisa meraup kesempatan sebesar-besarnya dengan sarana itu untuk beramal saleh sesuai ke­hendakmu.

Bila tenggat waktu sampai ujungnya dan ruh sudah meninggalkan badan dengan perintah Allah swt, ketika itu tak ada lagi peluang beramal yang tersisa. Setiap kali kau berdoa, “Ya Rabb, kembalikan aku agar bisa melakukan amal saleh yang telah kutinggalkan,” kau tidak akan mendengar jawaban lain kecuali, “Tidak!”

Jika kau bisa menempelkan kembali buah yang sudah terlepas dari tangkainya, di tempatnya semula, barangkali kembali lagi ke dunia merupakan sesuatu yang mungkin. Tetapi sayang, aturan kehidupan pasti menolaknya karena waktunya sudah berlalu. Duhai alangkah meruginya!

Betapa indah sabda Rasulullah saw sehubungan dengan konteks ini: “Dunia adalah ladang akhirat.” Dalam hadis ini, wujud manusia sepenuhnya diumpamakan dengan perputaran musim. Dunia dan akhirat diumpamakan musim-musim dalam setahun; dunia adalah musim tanam dan akhirat adalah musim panen.

Bersambung ke: Empat Perbedaan Kehidupan Dunia dan Akhirat (3)

MK/IslamIndonesia/Foto utama: Peera/AdobeStock

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *