Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 01 May 2016

KHAS–Habib Lutfi:  “Maaf, Jangan Dikira Thariqah Hanya Soal Dzikir”


IslamIndonesia.Id – Habib Lutfi:  “Maaf, Jangan Dikira Thariqah Hanya Soal Dzikir”

Sebagai Ketua Jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah, Habib Lutfi bin Yahya berharap banyak ilmuan dan intelektual yang lahir dari rahim dunia thaqirah. Tasawuf atau thariqah bukan hanya menyendiri di sudut-sudut masjid berdzikir tapi juga hadir menjawab tantangan zaman khususnya permasalahan bangsa.

“Maaf, jangan dikira thariqah itu hanya berdzikir, baca kitab tasawuf.  Karena apa? Habib Lutfi ketua Thariqah, kewajiban saya meluruskan pandangan apabila ada yang berpendapat demikian,”  katanya di depan peserta konferensi internasional ulama dan cendekiawan Muslim di UIN Malang beberapa waktu silam.

Jika berpijak pada pandangan yang sempit tentang thariqah, bangsa yang dikenal dengan sejumlah sejarah thariqah-nya ini akan kalah jauh melangkah. Kepada peserta yang hadir, pria kelahiran Pekalongan ini mengajak untuk membuktikan bahwa ahli thariqah juga mampu memajukan pertanian, ekonomi, dan pendidikan untuk masyarakat luas. Sayangnya, kritik Habib Lutfi, umat Islam secara umum belum banyak yang menyadari tantangan zaman yang sebenarnya mendasar.

“Sedangkan yang ada dalam negeri kita sendiri, maaf saja, yang diributkan khilafiah. Talqin, tahlil, maulud, ngga ada habisnya. Terninabobo oleh yang begitu begitu,” katanya disambut tepuk tangan oleh para hadirin.

Bukan hanya itu, lanjut Habib Lutfi, jika menjelang pilkada dan pilgub, pertengkaran khilafiah dimanfaatkan hingga di antara kiai tidak akur dan di antara habaib juga ribut. Ketika umat Islam Indonesia masih meributkan masalah seperti ini, bangsa lain telah memikirkan teknologi pertanian, pendidikan hingga persenjataan yang maju.

“Kita ketinggalan dan ketinggalan. Apakah kita mau diam?” tanyanya retoris.

Bagi Habib Lutfi, adalah percuma menjawab ‘tidak’ jika tidak ada buktinya. Ulama 68 tahun ini kemudian menjelaskan tentang falsafah hijrah dalam Islam. Sebagai umat yang memiliki sumber pengetahuan yang melampaui dimensi waktu dan tempat, Muslimin seharusnya dapat membuktikan bahwa ajaran agamanya ‘ya’lu wala yu’la ‘alaih’ (tinggi dan tiada yang lebih tinggi darinya)

“Bukan lagi pedang yang diangkat, tapi pedang intelektual dan keilmuan. Allahu Akbar, bangun rumah sakit. Allahu Akbar, bangun sekolah. Allahu Akbar bangun pasar …,” katanya sambil menyindir orang-orang yang berpandangan jihad hanya sebatas perang fisik.

Jebolan Ponpes Benda Kerep Cirebon ini menegaskan jihad dengan makna yang sempit seperti itu adalah pandangan ketinggalan.  Habib lutfi menjelaskan bahwa Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber pengetahuan ilmu begitu luas dan tak habis dikaji. Dengan samudra pengetahuan ini, umat Islam sangat berpotensi untuk melakukan transformasi sosial, teknologi, pendidikan dan sebagainya yang lebih baik.

“Oleh sebab itu, kita memerlukan SDM – SDM (Sumber Daya Manusia) yang siap menguak mutiara yang tedendam di dalam Al-Qur’an dan Sunah nabi,” katanya sembari berpesan pentingnya membangkitkan cinta Islam dan cinta Nabi pada anak-anak generasi mendatang. []

 

Edy/IslamIndonsia/Sumber: Sufilive Id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *