Satu Islam Untuk Semua

Monday, 19 September 2016

SOROTAN—Serang Tentara Suriah, Sinyal AS Agar Kombatan ISIS Hengkang Balik Kampung?


IslamIndonesia.id—Serang Tentara Suriah, Sinyal AS Agar Kombatan ISIS Hengkang Balik Kampung?

 

Minggu (18/9/2016), koalisi pimpinan AS telah melakukan serangan udara terhadap sejumlah posisi pangkalan militer tentara Suriah di Deir ez-Zor. Akibatnya, tak kurang dari 80 nyawa personil militer Suriah melayang.

Serangan udara itu dilakukan jet tempur F-16 dan pesawat A-10 yang datang ke wilayah udara Suriah melalui perbatasan Irak tanpa otorisasi dari pemerintah Assad.

Tindakan brutal ini pun memantik respon pedas dari banyak negara, tak terkecuali Rusia. Dalam pernyataannya, Kemlu Rusia menuding Gedung Putih telah terang-terangan membela ISIS. Pasalnya, pasca serangan udara yang kemudian diakui AS sebagai salah sasaran itu, muncul laporan jika militan ISIS melakukan serangan besar-besaran terhadap sejumlah posisi pasukan Suriah yang sontak lumpuh.

“Jika sebelumnya kita memiliki kecurigaan bahwa Front al-Nusra dilindungi dengan cara ini. Sekarang, setelah serangan udara hari ini terhadap tentara Suriah, kita sampai pada suatu kesimpulan yang benar-benar menakutkan bagi seluruh dunia: Gedung Putih membela ISIS,” kata juru bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova seperti dilansir Sputniknews, Minggu (18/9/2016).

Tak hanya sampai disitu, Rusia juga menyerukan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB agar menggelar sidang darurat. Alasannya, Moskow menilai serangan yang dilancarkan AS tersebut adalah hal yang sangat mengkhawatirkan dan harus mendapat perhatian khusus.

“Ini merupakan masalah yang sangat serius, yang kita ingin bagi bersama Dewan Keamanan. Hal ini sangat signifikan dan terus terang, saya curiga bahwa AS memang sengaja memilih untuk melakukan serangan udara khusus ini, pada saat ini,” tukas Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin yang beberapa saat lalu dilaporkan melakukan aksi walk out dari sidang darurat Dewan Keamanan PBB yang pada akhirnya jadi digelar namun dianggapnya sebagai sidang pura-pura karena telah diatur sedemikian rupa oleh AS sebagai ajang untuk memojokkan Rusia.

Senada dengan Rusia, Suriah sendiri menyebut serangan itu sebagai insiden serius bahkan dapat dianggap sebagai sebuah agresi terang-terangan terhadap Suriah dan tentara pemerintah. Suriah menuduh bahwa serangan yang dipimpin AS di Pegunungan al-Tharda sekitar bandara Deir El-Zour di Suriah timur itu—persis sebagaimana yang disampaikan Rusia, memang telah membuka jalan bagi teroris ISIS untuk menyerang posisi bahkan mengambil kendali wilayah tersebut dari tangan pasukan pemerintah. Hal ini makin menunjukkan bahwa AS dan sekutunya,  sebenarnya sejak awal memang tidak tertarik dalam memerangi terorisme yang digawangi ISIS.

Melalui sebuah surat, Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan, dunia internasional harus memberikan tekanan kepada AS agar tidak lagi melakukan kecerobohan serupa.

“Masyarakat internasional harus mewajibkan AS untuk tidak pernah lagi mengulangi serangan tersebut, untuk menghormati kedaulatan Suriah, integritas nasional dan teritorialnya,” bunyi surat tersebut, seperti dilansir Tass pada Minggu (18/9/2016).

“Serangan berbahaya terhadap posisi tentara Suriah di gunung Jebel-Sarda, dekat bandar udara militer di kota Deir ez-Zor, dilakukan pada hari Sabtu pagi. Lima pesawat Angkatan Udara AS ambil bagian dalam serangan yang berlangsung selama satu jam itu,” sambungnya.

Kementerian Luar Negeri Suriah juga mencatat, pasukan Suriah telah berani membela garis pertahanan dari serangan kelompok bersenjata selama beberapa tahun terakhir. Namun, lanjut kementerian itu, daerah tersebut sekarang telah jatuh ke tangan ISIS, yang mengambil keuntungan dari serangan AS itu.

“Semua informasi yang tersedia menunjukkan fakta bahwa serangan agresif ini sengaja dan direncanakan oleh AS, dalam rangka strategi yang bertujuan untuk melanjutkan perang yang kelompok teroris lancarkan melawan tentara Suriah,” tukasnya.

***

Apapun polemik yang berkembang, masing-masing pihak dapat saling membantah dengan argumentasi yang sama-sama dianggapnya benar. Tapi pertanyaannya: Apakah motif AS sebenarnya di balik penyerangan itu? Memperkuat posisi ISIS menghadapi tentara Suriah? Atau AS ingin memberi sinyal agar ISIS mundur dari medan tempur karena “Pam Sam” sudah turun tangan?

Jika asumsi pertama benar, maka ini pertanda petaka kemanusiaan bagi rakyat dan bangsa Suriah bakal terus berlanjut.

Sementara apabila asumsi kedua yang memang menjadi target utama AS agar para kombatan ISIS segera hengkang dari Suriah dan balik kampung ke negara mereka masing-masing, maka hal inipun tak kalah bahayanya bagi kondisi keamanan dari banyak negara, dari mana para kombatan ISIS tersebut berasal. Yakni konsekuensi untuk menyambut “oleh-oleh” berupa pemahaman “radikalisme” ala ISIS yang mereka bawa serta dari Suriah, yang sangat mungkin berwujud ajaran inteloran yang menganjurkan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan lain-lain.

[Baca: Terjepit di Suriah, 531 ‘Mujahidin’ ISIS Pulang ke Indonesia]

Mungkin itulah yang belakangan ini menjadi sorotan sejumlah lembaga intelijen dunia termasuk BIN, yang mengkhawatirkan dampak buruk kepulangan ratusan kombatan ekstremis dari Suriah karena posisi ISIS yang kian terjepit itu. Apalagi angka yang disebutkan BIN cukup fantastis: 531 “kombatan” ISIS telah dinyatakan balik ke Indonesia.

[Baca: ANALISIS – Menyambut Pulangnya 531 ‘Mujahidin’ ISIS ke Indonesia]

Tidakkah kekhawatiran banyak pihak di Indonesia dapat disebut sangat beralasan, bahwa balik kampungnya 531 kombatan itu bakal menebar potensi ancaman teror dan ketidak amanan serupa di dalam negeri, sebagaimana sepak terjangnya selama ini telah mereka buktikan di negeri Suriah?

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *