Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 20 August 2016

NASIHAT–Fatwa Jum’at Gus Mus: “Bencilah Perilakunya, Jangan Benci Orangnya”


IslamIndonesia.id–Fatwa Jumat Gus Mus: “Bencilah Perilakunya, Jangan Benci Orangnya”

 

KH Mustofa Bisri memang kerap memberikan nasihat yang mengena dan relevan bagi situasi kekinian. Setelah beberapa waktu lalu melontarkan nasihat terkait dengan orang jujur yang lebih sehat daripada pembohong, pada #FatwaJumat kali ini (19/8) Gus Mus kembali melontarkan nasihat yang berharga: “Bencilah perilakunya yang tidak baik. Jangan membenci orangnya. Karena orang masih bisa memperbaiki diri dan menjadi baik.”

(Baca, Gus Mus: Orang Jujur Ndak Gampang Sakit)

Penggalan nasihat tersebut sejatinya merupakan pegangan orang-orang muslih (pelaku kebaikan) dari sejak dahulu. Para nabi, terutama Nabi Muhammad, selalu menaruh harapan pada perbaikan seseorang. Bahkan saat beliau sedang diserang oleh penduduk Taif dengan lemparan batu dan kotoran, doa yang beliau sampaikan adalah doa yang sarat akan positivisme dan optimisme. Beliau berdoa: “Ya Allah, berilaku petunjuk pada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Dari penggalan doa itu Nabi Muhammad sesungguhnya sedang mengajarkan suatu prinsip yang menyatakan bahwa apapun perilaku buruk yang datang dari manusia, jika ada petunjuk dan pengetahuan, maka mungkin sekali perilaku itu akan berubah menjadi indah. Di sinilah letak harapan kita pada perbaikan terhadap keadaan, terutama yang menyangkut manusia lain.

Dalam berhubungan dengan keburukan perilaku manusia, kita harus percaya bahwa perilaku buruk itu bukan bagian dari esensinya. Karena esensi manusia sebenarnya–sebagaimana kata Alquran–bersifat fitrah, suci dan sesuai dengan fitrah Allah. Artinya suatu saat perilaku itu dapat berubah dan manusia yang telah kita benci perilakunya itu menjadi manusia yang kita sukai dan sayangi.

Pandangan optimistik terhadap manusia inilah yang dapat memberi harapan bagi hubungan yang sehat di antara sesama manusia di satu sisi, dan di sisi lain memberi harapan pada mereka yang berjuang memperbaiki situasi yang ada. Tanpa secercas prasangka baik ini, maka seseorang akan menjadi pesimistik dan tentu saja tidaklah mungkin menjadi muslih yang dapat memperbaiki situasi yang ada.

(Baca, Jadilah Orang yang Saleh dan Muslih)

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *