Satu Islam Untuk Semua

Monday, 17 December 2018

Menag: Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia


islamindonesia.id – Menag: Dari Habaib, Lahir Guru dan Mubaligh Indonesia

 

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi peran para sayyid dan habaib yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan, dalam penyebaran Islam di Indonesia dimulai pada abad ke 17. Menurutnya, banyak guru dan muballigh Indonesia yang lahir dari hasil didikan mereka, sebagaimana dilansir dari website kemenag.

“Habib” (jamak: Habaib) yang yang secara tekstual berarti “kekasih” adalah gelar kehormatan yang ditujukan kepada para keturunan Nabi Muhammad SAW yang tinggal di daerah Lembah Hadhramaut, Yaman; Asia Tenggara; dan Pesisir Swahili, Afrika Timur. Lebih spesifik lagi, definisi “keturunan” ini mesti dari keturunan Husein, yakni putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra (putri Nabi Muhammad SAW).

Secara pemaknaan, Quraish Shihab memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai Habib, “Habib itu orang yang mengasihi dan dikasihi. Jadi kalau ‘mengasihi’ dalam bahasa Arab itu artinya ‘muhib’. Kalau ‘yang dikasihi’ itu ‘mahbub’. Kalau ‘habib’, bisa berarti subjek bisa berarti objek. Jadi, ‘habib’ tidak boleh bertepuk sebelah tangan, hanya mau dicintai tapi tidak mencintai orang,” ujar Quraish Shihab, sebagaimana dilansir dari tirto.

Sejarah mencatat, keberadaan para Habib di Indonesia sudah berlangsung lama sejak sebelum kemerdekaan. Dilansir dari ganaislamika.com, para habib sudah datang ke Nusantara dari sejak abad ke-14. Kemudian perkembangan dakwah mereka mencapai puncaknya pada abad ke-15 hingga abad ke-17.

Menag mencontohkan kiprah Habib Ali bin Husin Alatas. Beliau dikenal sebagai, seorang guru yang tawadhu’ dan sederhana. Habib Ali berhasil melahirkan murid-murid yang menjadi ulama besar seperti KH Abdullah Sjafi’ie, pimpinan majelis taklim Ash Syafi’iyah, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Islam As- Syafi’iyyah.

Murid lainnya adalah Kyai Haji Tohir Rohili, pimpinan majelis taklim At Tahiriyah, yang mendirikan Yayasan At Tahiriyyah. Termasuk juga KH Syafi’i Hadzami, dan puluhan ulama lainnya.

“Intinya, dari para Habaib inilah, lahir guru dan mubaligh di seluruh wilayah di Indonesia,” terang Menag saat memberikan sambutan pada Peringatan 90 Tahun berdirinya Rabithah Alawiyah di Jakarta, Minggu (16/12).

Baca juga:

Hadir dalam kesempatan ini,  Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar Smith beserta jajarannya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, serta Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan dan para habaib.

Umat Islam Indonesia juga mengenal Habib Ali bin Abdurrahman. Majelis Taklim Kwitang yang dibinanya bahkan dapat bertahan selama lebih dari satu abad, hingga sekarang.

Habib Ali, atau lebih dikenal dengan Habib Kwitang ini, tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, politik adu domba, iri, dengki, ghibah, fitnah, dan namimah. Menurut Menag,  Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga Ahlul Bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latar belakang status sosial mereka.

(ki-ka) Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Habib Ali bin Husein al-Attas, dan Habib Hussein bin Muhammad Shihab dalam acara peringatan Maulid Nabi di kwitang tahun 1950. Photo: wikimedia

(ki-ka) Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Habib Ali bin Husein al-Attas, dan Habib Hussein bin Muhammad Shihab dalam acara peringatan Maulid Nabi di kwitang tahun 1950. Photo: wikimedia

Ada juga Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi yang buku Mauludnya, Simtud Durar, dibaca setiap malam Jumat di banyak tempat di Indonesia. Begitu juga dengan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dengan wirid dan ratibnya yang terkenal luas.

“Habib Abdullah Alhadad juga menulis puluhan buku yang bahkan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang bertema spiritual Islam,” jelas Menag.

“Saya kira tidak ada keraguan sedikit pun bahwa golongan keturunan Arab sebagai bagian dari bangsa Indonesia memiliki peran dan sumbangsih yang besar dalam membangun rumah kebangsaan Indonesia. Golongan keturunan Arab memiliki andil dalam pembentukan nasionalisme Indonesia modern dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebudayaan, bahasa, dan tradisi muslim di Nusantara sebagian merupakan hasil akulturasi dengan kebudayan dan tradisi yang berasal dari golongan keturunan Arab,” tandasnya.

 

PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Kemenag

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *