Satu Islam Untuk Semua

Monday, 19 December 2016

Media Israel Terang-terangan Dukung Pemberontak Aleppo


islamindonesia.id –  Media Israel Terang-terangan Dukung Pemberontak Aleppo

 

Pemberitaan terkait ‘pembantaian’ di Aleppo – Suriah kembali menjadi sorotan publik, khususnya di Indonesia. Berita tragedi Aleppo dari sejumlah media mainstream disusul dengan tersebarnya ragam foto yang dinilai korban kekejian pemerintah Suriah di media sosial.

Riyadh misalnya, oleh Saudi Press Agency, dilaporkan menuding tentara pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan kejahatan perang selama merebut Aleppo dari “oposisi”.

”Ini adalah tragedi kemanusiaan terburuk dari awal abad ke-21 yang berlangsung di depan mata masyarakat internasional,” kata salah satu pejabat Kemenlu Saudi seperti dikutip sindonews.com dari SPA (18/12)

Tiga hari sebelumnya, di Channel 2 TV Israel, penyiar berita Lucy Aharish bahkan menyebut apa yang sekarang terjadi di Aleppo adalah holocaust.

“Sekarang, di Aleppo, Suriah, hanya sekitar 8 jam dari Tel Aviv, genosida sedang berlangsung,” kata Aharish.

Dengan menggunakan bahasa Hebrew dan Inggris, wanita Israel itu menambahkan, “Anda tahu mengapa? Izinkan saya untuk lebih kongkrit lagi: ini adalah holocoust. Ya, holocaust. Mungkin kita tidak ingin mendengar soal ini, atau setuju dengan ini, yang (terjadi) di abad 21, eranya sosial media, era di mana dunia informasi ada di genggaman tanganmu, dunia di mana Anda dapat menyaksikan dan mendengar para korban dan kisah horor mereka ‘in real time’, – di dunia tempat kita berpijak dan tidak melakukan sesuatu ketika anak-anak dibantai setiap jamnya.”

Berikut video Lucy Aharish di TV Israel:

Dengan nada yang sama, harian di Amerika Serikat sendiri pernah menurunkan sejumlah hedline seperti Washington Post yang menulis, “Kegelapan dan Ketakutan di Aleppo Akibat Hujan Bom”. Wahington Times: “AS Didesak Cegah Pertumpahan Darah di Aleppo Saat Warga Duduk Dalam Rumah Menantikan Kematian” dan New York Times: “Strategi Burtal di Belakang Pembantaian oleh Rusia di Suriah”

Apakah yang digambarkan oleh media Israel, Saudi dan Paman Sam ini benar adanya? Dalam konferensi pers di Perserikatan Bangsa-bangsa, jurnalis independen Eva Bartlett mengatakan bahwa sumber media mainstream barat soal perang Suriah tidak kredibel. Bahkan sebagian dari apa yang diberitakan tidak terjadi di sana.

“Saya telah beberapa kali ke Homs, Maaloula, Latakia, dan Tartus serta empat kali ke Aleppo. Masyarakat di sana memberikan dukungan pada pemerintahan mereka adalah benar adanya,”kata Eva yang juga seorang aktivis hak azasi di PBB.

“Dan, apa yang Anda dengar di korporasi media, saya akan menyebut nama-namanya – BBC, Guardian, The New York Times dll – tentang Aleppo adalah bertentangan dengan kenyataan,” katanya.

Tampaknya pernyataan Bartlett tidak disambut baik oleh sebagian orang yang hadir di konferensi pers itu. Seorang reporter asal Aftenposten, surat kabar terbesar di Norwegia, keberatan. Sang reporter menuntut penjelasan bagaimana bisa dikatakan sejumlah organisasi kemanusiaan internasional dan media barat berbohong.

Bartlett kemudian meminta rekannya asal Norwegia itu menyebut organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Aleppo Timur. Reporter Aftenposten itu pun terdiam hingga kemudian Bartlett yang telah bertahun-tahun meliput Suriah sejak perang saudara itu pun menjawab, “Tidak ada”.

Berikut video konferensi pers Eva Bartlett di PBB:

Menurut Bartlett, sejauh ini, sejumlah organisasi mengandalkan lembaga Hak Azasi Manusia untuk Suriah [SOHR] yang berbasis di Coventry, Inggris. Lembaga yang dikenal anti pemerintahan Asaad ini pun mengandalkan kelompok relawan seperti White Helmets yang dipimpin James Le Mesurier, mantan agen intelijen Inggris.

Didirikan pada 2013, dengan pendanaan mencapai 100 juta dollar yang digelontorkan oleh AS, Inggris dan sejumlah negara Eropa lainnya. Dan lembaga inilah yang memproduksi berbagai foto dan video “high quality” soal Suriah dan digunakan oleh media-media mainstream.

“(White Helmets) dimaksudkan untuk menyelamatkan warga sipil di Aleppo Timur dan Idlib … tapi tak seorang pun di Aleppo Timur yang mendengar tentang mereka,” katanya

Bartlett kemudian memberi contoh video mereka yang memperlihatkan anak-anak sebagai ‘korban’ tapi dengan ‘didaur-ulang’ dalam laporan berbeda.

“Jadi Anda bisa menemukan seorang anak perempuan bernama Aya yang muncul dalam laporan yang dikatakan di bulan Agustus dan anak itu muncul lagi di bulan selanjutnya dengan dua lokasi berbeda,” katanya.

cwxpf7xuqaa_6si

[Lihat juga: SOROTAN – 44 Foto Hoax Korban Perang Suriah]

Kritik atas pemberitaan media barat soal Suriah juga pernah dilayangkan oleh Duta Besar Republik Indonesia di Damaskus, Djoko Harjanto. Media barat, kata Djoko, dikuasai orang milyarder Yahudi seperti George Soros, “Berarti agendanya harus sesuai kepentingan mereka. Aljazeera milik Qatar, yang memusuhi Suriah, tak mungkin dia berpihak ke Assad. Ini saya sampaikan apa adanya secara pribadi dan tidak memihak,” katanya kepada Republika.co.id, Maret lalu.

Djoko meluruskan, “Informasi yang menyatakan pemerintah Assad membunuhi rakyatnya, itu tidak benar. Bagaimana mungkin, wong pemerintah solid didukung rakyatnya.”

Kalau pun ada korban tewas itu akibat perang dua kubu. Kalau dulu perang itu antar-prajurit yang tak membolehkan menyerang rumah sakit, rumah ibadah, sekolah dll.

“Nah sekarang jihadis di Suriah yang fanatis dengan ISIS, Alqaeda, saling berperang,” katanya.

Ketua Ikatan Ulama Suriah, Dr. Taufiq Ramadhan al-Bouthi juga menegaskan bahwa Konflik di negaranya bukan konflik sekterian dan agama – sebagaimana dinarasikan oleh sebagian media – yang membenturkan antara Suni dan Syiah, atau Muslim dan non-Muslim. Ada tiga target utama dari konflik yang melanda Suriah selama beberapa tahun terakhir ini.

“Pertama menghancurkan Suriah, kedua, mendistorsi dan mencoreng wajah Islam di mata dunia, sebagai agama yang menyeramkan sekaligus menakutkan agar mereka menjauh dari risalah ini,” katanya kepada republika.co.id saat berkunjung ke Indonesia beberapa bulan lalu.

[Baca juga: Prof. Al-Bouthi: Penggalangan ‘Dana Suriah’ Hanya Sampai ke Kantong Pencari Sumbangan]

Putra Syekh Al Bouthi ini memaparkan perang Suriah selama ini faktanya tidak melibatkan sesama warga Suriah asli, sama sekali. Tetapi, konflik ini di-setting agar melibatkan warga sesama Suriah.

“Kita lihat sekarang ISIS, tak semuanya orang Suriah, begitu juga Jubha el-Nusra, mereka gabungan dari jihadis dari berbagai negara,” katanya

Apakah mereka datang hanya untuk Assad? Tidak, jawab Taufiq Ramadhan. Jika masalahnya adalah Assad, kata Taufiq, maka lihatlah yang terjadi di Libya, apakah saat Qaddafi berhasil dilengserkan dan dibunuh, masalah selesai? Tidak!, katanya.

“Justru di sanalah permulaannya. Demikian juga, ketika Shadam Husein mati di tiang gantugan, Irak bebas masalah? Tidak. Mereka ingin Suriah porak poranda karena negara ini dianggap sulit ditaklukkan. Suriah hingga sekarang tak mau menyerahkan kehormatannya untuk mereka.”

Seperti diketahui, pemberitaan ‘pembantaian’ Aleppo muncul menyusul keberhasilan militer Pemerintah Suriah membebaskan Aleppo dari para teroris di penghujung 2016 ini. Stasiun televisi Al ‘Alam, Sabtu (16/12) melaporkan Ribuan warga kota Aleppo tumpah ke jalan mengekspresikan kegembiraannya atas kemenangan tentara pemerintah atas “pemberontak” yang sebagian besar dari meraka adalah orang asing.

Berikut video ekspresi kegembiraan warga Aleppo:

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, operasi militer untuk membebaskan kota Aleppo dari pendudukan teroris telah selesai (16/12). Sebanyak 3.056 orang bersenjata yang menyerah telah memperoleh amnesti dari pemerintah Suriah.

Dua hari sebelum operasi pembebasan tuntas, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, via telepon, sempat meminta John Kerry agar Washington mengeluarkan para teroris dari Aleppo.

“Pemerintah Suriah sudah lama menyiapkan akses keluar yang aman untuk teroris yang terkepung di Aleppo, tapi mereka tidak mematuhi gencatan senjata di bawah pengaruh komandan Front al-Nusra,” tegas Lavrov.

Dalam sebuah pesan video yang disebarluaskan (15/12) Presiden Suriah Bashar Asaad menyebut pembebasan Aleppo ini sebagai sebuah permulaan sejarah bagi rakyat Suriah.

“Apa yang sedang terjadi di Aleppo adalah hasil upaya dan kerjasama semua rakyat Suriah, dan pembebasan kota tersebut tidak hanya mengubah kondisi Suriah dan kawasan, tetapi juga mengubah persamaan global,” katanya.[]

[Baca juga: Wawancara AFP dengan Presiden Suriah, Bashar Assad]

 

YS /Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *