Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 05 October 2016

Ingin Stop Dominasi Konten Radikal di Dunia Maya? Begini Caranya


IslamIndonesia.idIngin Stop Dominasi Konten Radikal di Dunia Maya? Begini Caranya

 

Berdasarkan data dari wearesocial.com, awal tahun 2016 silam, sebanyak 31 persen penduduk Indonesia terbiasa mengakses internet. Mereka yang mengakses melalui perangkat komputer menghabiskan rata-rata 4,7 jam per hari, sedangkan pengguna gadget menghabiskan waktu setidaknya 3,5 jam per hari.

Tak heran bila dengan tingginya intensitas dan kemudahan mengakses informasi lewat internet semacam itu, membuat konten radikal yang disebarkan di dunia maya dapat menyebar dengan cepat di Indonesia.

Untuk mengatasinya, perlu konten tandingan yang berisi paham toleransi dan kebhinnekaan agar masyarakat tak terpengaruh konten negatif yang bersifat ujaran kebencian dan paham intoleran.

Hal ini seperti ditegaskan Sekjend PBNU Helmy Faishal Zaini, dalam jumpa pers kompetisi esai dan video ”Islam Damai”, di Jakarta, akhir bulan lalu.

Menurutnya, Indonesia sudah menjadi target penyebaran paham radikalisme global via internet. Penyebabnya, pengguna internet di Indonesia cukup tinggi sehingga penyebaran paham intoleran melalui internet dinilai lebih mudah dilakukan. Jika hal ini terus dibiarkan, maka konten yang mengandung unsur radikal itu bisa memecah belah kesatuan bangsa.

[Baca: Melawan Radikalisme Fokus Kerja Kiai Said Usai Terpilih]

Bagaimana mengatasinya?

”Konten radikal harus kita imbangi dengan konten toleransi yang dapat mengedukasi masyarakat,” saran Helmy.

Karena dengan menambah konten toleransi, menurut dia, masyarakat pun nantinya tak hanya disuguhi paham yang merusak kebhinnekaan.

”Sebagai warga masyarakat, kita berkewajiban mengedukasi dan memberikan kesadaran kolektif untuk saling menjaga toleransi,” tambah Helmy.

Sementara Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Sugeng Bahagijo menilai, penanggulangan intoleransi akan jauh lebih efektif jika ada peran serta masyarakat di dalamnya.

“Masyarakat kan memiliki ide dan solusi yang bisa disebarkan langsung untuk melawan ajaran radikalisme. Dengan demikian, akan lebih banyak terdapat konten perdamaian, toleransi, dan kebhinnekaan yang bisa tersebar di internet,” ujar Sugeng.

Di sisi lain, Achmad Mukafi Niam selaku Pimred NU Online berharap agar penulis dan kreator beraliran damai ikut terlibat aktif dalam kampanye deradikalisasi. Caranya, tulisan mereka sebaiknya tak hanya disebarkan di media konvensional, tapi juga di media internet yang lebih memungkinkan banyak diakses masyarakat luas.

”Jangan sampai internet dikuasai kelompok penyebar paham radikal,” tandasnya mengingatkan.[]

 

[Baca: ANALISIS – Menyambut Pulangnya 531 ‘Mujahidin’ ISIS ke Indonesia]

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *