Satu Islam Untuk Semua

Friday, 30 December 2016

Habib Umar Al-Muthohar: Ikuti Waliyullah, Jangan Ikuti Orang yang Ra Nggenah


islamindonesia.id – Habib Umar Al-Muthohar: Ikuti Waliyullah, Jangan Ikuti Orang yang Ra Nggenah

 

Saat berceramah pada puncak peringatan Haul Ke-7 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Jumat (23/12/2016) malam di kediaman pribadi Presiden RI ke-4 tersebut, jalan Warung Silah Nomor 10, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah, Cepoko, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah Habib Umar Al-Muthohar tak hanya mengundang tawa dan memberi pencerahan, melainkan sekaligus mengajak jamaah untuk tidak mengikuti orang yaknah (ra nggenah – Bahasa Jawa, yang berarti tidak jelas).

[Baca: Ikrar Ciganjur Hidupkan Kembali Spirit Perjuangan Gus Dur]

“Tapi ikutilah waliyullah, ulama, para Kiai, para Habib, jangan ikut-ikut orang yaknah!” serunya.

Habib Umar lalu menceritakan kisah bagimana KH Anwari Sirajd, waliyullah dari Payaman, Magelang, Jawa Tengah, dengan caranya yang brilian coba menuntaskan kebingungan sejumlah santri yang tengah membahas pertanyaan, kenapa saat membaca kalimat tauhid la Ilaha Illallah  kebanyakan orang biasa melakukannya dengan sambil menggeleng-nggelengkan kepala.

Para santri tersebut kata Habib Umar sedang mencari-cari masalah atau bahtsul masail yang lengkapnya bahtsul al-masail al-diniyah yang berarti penelitian atau pembahasan masalah-masalah keagamaan.

“Santri-santri itu mencari-cari kitab yang menjelaskan dasar membaca tauhid dengan menggeleng-nggelengkan kepala. Tentu saja tidak ketemu-ketemu. Tak berapa lama, Mbah Siradj mampir dan minta dibuatkan kopi,” cerita Habib Umar.

Segan terhadap ulama besar itu, para santri menghentikan bahtsul masail dan segera menyuguhkan kopi. Waliyullah tersebut lalu menikmati kopi dengan cara menyeruputnya.

“Nikmatnya, kata beliau sambil menggeleng-nggelengkan kepala, begitu selama tiga kali kemudian pergi tanpa membantu santri yang sedang mencari landasan membaca kalimat tauhid dengan menggeleng-nggelengkan kepala,” kisahnya lagi.

Sepeninggal Mbah Siradj, para santri gamang, melanjutkan pembahasan atau tidak.

“Namun seorang santri menjawab tidak perlu diteruskan sehubungan waliyullah itu sudah mengurai persoalan mereka dengan cara santun dan sederhana, yakni dengan cara menikmati kopi. Begitu cara waliyullah memberi penjelasan, bukan seperti orang-orang yaknah yang sering marah dan berteriak-teriak,” ujar Habib Umar disambut tepuk tangan jamaah.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *