Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 28 December 2016

Diduga Terkait Jaysh Al-Islam dan GNPF-MUI, IHR Rilis Pernyataan Sikap


islamindonesia.id – Diduga Terkait Jaysh Al-Islam dan GNPF-MUI, IHR Rilis Pernyataan Sikap

 

Hampir sepekan menjadi pusat pemberitaan dan perbincangan hangat di media sosial, hingga Senin (26/12/2017) kemarin, Indonesian Humanitarian Relief (IHR) atau Organisasi Yayasan Bantuan Kemanusiaan Indonesia belum bersedia memberikan keterangan terkait bantuan logistiknya untuk warga Aleppo, Suriah, yang justru nyasar ke gudang kelompok teroris anti-pemerintah Suriah, Jaysh Al-Islam. Operator layanan pusat informasi IHR, di nomor telepon yang tercantum di situsnya, belum bersedia memberikan konfirmasi dan menyatakan berencana menerbitkan pernyataan sikapnya hari itu.

“Kalau terkait ini, kami akan membuat klarifikasi. Tunggu saja ya. (Kapan?) Mudah-mudahan hari ini. Insyaallah nanti rilis. Nanti saya kabari kalau sudah ada rilisnya,” kata operator yang enggan disebut namanya itu, Senin (26/12/16).

Seperti diberitakan sebelumnya, bantuan logistik dari Indonesian Humanitarian Relief (IHR) untuk Aleppo, Suriah, ditemukan salah seorang warga Suriah di gudang kelompok pemberontak, Jaysh Al-Islam. Video penemuan gudang logistik kelompok pemberontak anti Presiden Bashar Al-Assad yang dipublikasikan Euronews itu mendadak viral di media sosial.

[Baca: Polri Telusuri Keterlibatan Bachtiar Nasir Terkait Logistik IHR di Markas Teroris Jaysh Al-Islam]

Selang sehari, pernyataan sikap seperti yang dijanjikan pihak IHR ternyata sudah dirilis, tepatnya pada hari Selasa (27/12/2016).

Dalam rilis yang dimuat di situs www.ihr.foundation, yayasan yang diketuai Koordinator Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir itu mengeluarkan klarifikasi atas beredarnya informasi ‘miring’ yang dianggap ‘menyerang’ IHR.

Rilis pernyataan sikap tersebut dikeluarkan IHR terkait bantuan kemanusiaan yang dikirimkan IHR ke Aleppo, Suriah, yang ternyata ditemukan tersimpan di gudang milik kelompok milisi sipil anti-Assad yaitu Jaysh Al-Islam seperti terungkap dalam pemberitaan media asal Prancis, Euronews yang beredar di Youtube dan menjadi viral di media sosial.

IHR menyebut ada pihak yang berupaya memfitnah bahwa pihaknya tidak menyalurkan bantuan kepada warga sipil Aleppo, seperti yang telah dijanjikannya kepada para donatur.

“Ini adalah tuduhan serius,” begitu rilis IHR yang dalam situsnya sama sekali tidak mencantumkan nama-nama pengurus itu, sembari ‘mengancam’ akan menempuh langkah hukum terhadap pihak-pihak yang disebutnya sebagai penebar fitnah tersebut.

Lebih lanjut, IHR yang didirikan 17 Mei 2016 itu balik menuding bahwa kelompok yang disebutnya sebagai pemfitnah adalah jejaring gerakan pro rezim Bashar Assad di Indonesia, yang dengan membawa nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), dianggap hendak memecah ukhuwah umat Islam yang saat ini sedang solid.

IHR menuding pihak-pihak yang memfitnahnya hanya menggunakan potongan berita tanpa melihat informasi secara utuh. “Padahal bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah kami lakukan dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan yang sangat kredibel di Turki, yakni İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH,” tulis IHR.

Menurut IHR, IHH Turki adalah organisasi lembaga kemanusiaan internasional yang telah diakui oleh PBB.

Pertanyaannya, apakah klaim IHR terkait IHH tersebut sepenuhnya benar?

Untuk mengetahui lebih jauh kiprah IHH, berikut kami kutipkan beberapa pemberitaan dari beragam media Internasional sejak tahun 2012 hingga tahun 2016.

Pada 2012, seorang komandan Free Syrian Army (FSA) dalam wawancara dengan The Times menyebut sebuah kapal yang bersandar di Turki dan bermuatan senjata terdaftar atas nama anggota IHH Turki, dimana IHH memiliki kaitan dengan kelompok Ikhwanul Muslim.

Media The Syria Times pada Agustus 2013 memberitakan lembaga IHH Turki merekrut ratusan warga Albania dan setelah dilatih militer kemudian dikirim ke Suriah untuk bergabung dengan Free Syrian Army (FSA) untuk turut bagian dalam perang melawan pemerintahan rezim Assad.

Sementara itu pada awal 2014, Aljazeera memberitakan Detasemen Antiteror Kepolisian Turki menggerebek kantor IHH di perbatasan Turki dan Suriah di Kota Kilis dan menangkap satu orang. Penggerebekan itu terkait dengan peristiwa sebelumnya, dimana pasukan keamanan Turki mencegat truk penuh bermuatan persenjataan di perbatasan dengan Suriah. Sopir truk itu mengaku mengirim bantuan atas nama IHH Turki. Namun pihak IHH membantah tuduhan itu.

Koran Hurriyet di Turki memberitakan sejak Juni 2013-Januari 2014, Turki sudah menyalurkan sekitar 47 ton senjata kepada milisi sipil di Suriah. Penyaluran senjata itu terus berjalan di masa pemerintahan Erdogan, dengan menggunakan dalih penyaluran bantuan kemanusiaan untuk menutupi penyelundupan senjata itu. Namun Menteri Pertahanan Turki Ismet Yilmaz membantah ada pengiriman senjata untuk perang di Suriah, melainkan yang dikirim adalah senjata berburu.

Pada Maret 2016, Duta Besar Rusia di PBB Vitaly Churkin mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB. Media Jerman Deutsche-Welle memberitakan, surat itu berisi informasi ada tiga LSM di Turki yang mengirim persenjataan kepada kelompok-kelompok bersenjata di Turki. Tiga LSM itu adalah Besar FoundationIyilikder Foundation, dan IHH.

Jika saja kita asumsikan bahwa pemberitaan semua media tersebut di atas adalah fitnah dan partisan, tapi mungkinkah Dubes Rusia di PBB akan segegabah itu mengirimkan surat resmi kepada Dewan Keamanan PBB jika pihaknya tak mengantongi informasi dan data akurat terkait isi surat tersebut, tak terkecuali menyangkut informasi keterlibatan IHH dalam mendukung kelompok-kelompok bersenjata anti-Assad di Suriah?

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *