Satu Islam Untuk Semua

Friday, 23 September 2016

Di Malaysia, 105 Kelompok Muslim Tolak Buku Pelajaran ‘Tauhid Tiga Serangkai’


IslamIndonesia.id – Di Malaysia, 105 Kelompok Muslim Tolak Buku Pelajaran ‘Tauhid Tiga Serangkai’

 

Setidaknya 105 kelompok Muslim se-Malaysia mengingatkan pemerintah setempat soal konsekuensi penyebaran ajaran Wahabi yang dinilai sangat masif di negeri Jiran itu. Salah satu perwakilan dari mereka, Syeikh Abd Karim Khadaied, mengatakan bahwa infiltrasi wahabi telah masuk ke pemerintahan Malaysia dan ikut mempengaruhi kebijakan, bahkan memasukkan materi ajaran dalam buku Pendidikan Islam untuk sekolah negeri.

“Kami ingin menteri pendidikan mengambil tindakan pencegahan  agar buku pelajaran Pendidikan Islam tidak lagi menggunakan “Tauhid Tiga Serangkai’ (Tiga Aspek Tauhid) dimana isinya membolehkan membunuh orang  yang dianggap keluar dari Islam,” kata Khadaied di Kuala Lumpur (19/9).

[Baca – PBNU: Semua Teroris di RI Wahabi]

Kelompok yang tergabung dalam Angkatan Melayu Islam Nusantara (AMIN) ini juga mendesak pemerintah, khususnya departemen Islam, tidak lalai dan tegas di tengah meningkatnya  ceramah-ceramah keagamaan di seantero negeri yang diisi oleh ulama atau penceramah Wahabi. Secara pengalaman dan ajaran, ideologi asal Arab Saudi ini, lanjut Khadaied, dapat menimbulkan ancaman serius bagi perdamaian dalam negeri. Di antaranya, berpotensi besar melahirkan konflik sektarian dalam komunitas Muslim yang terdiri dari beragam mazhab ini.

Khadaied mengingatkan bahwa fanatisme sektarian adalah benih yang menumbuhkan kebencian satu mazhab dengan mazhab lainnya di kalangan umat Islam. Dan Wahabisme, sejatinya, adalah ajaran yang senantiasa diikuti oleh kelompok ekstrimis seperti ISIS.

“Selama Fatwa Muzakarah Nasional yang dilakukan tahun lalu, Prof. Emeritus Tan Sri Dr Abdul Shukor Husin telah menyatakan bahwa Wahabisme tidak memiliki tempat dalam masyarakat Muslim Malaysia karena tidak sesuai dengan tradisi Islam kita,” katanya

[Baca: Berkaca pada “Tragedi Suriah”, Santri Pamekasan Tolak Ulama Salafi-Wahabi]

Karena itu, memastikan pemerintah bekerja dengan maksimal untuk membendung penyebaran ajaran radikal adalah sesuatu yang mendesak. Saat ini, kata Khadaied, pengikut Wahabi telah menyebar di posisi-posisi penting pemerintah, termasuk departemen Islam dan Kantor Mufti

AMIN, katanya, juga siap mem-back-up aparat kepolisian untuk membendung penyebaran ajaran Islam radikal dan ekstrimis.  Selanjutnya, pemerintah juga seharusnya memimpin kajian ulang pada buku-buku yang ditulis Ibn Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab dimana ajarannya dijadikan dasar oleh pengikut wahabi selama ini.

“Pada waktu yang sama, departemen-departemen agama seharunya sampai pada menjawab secara argumentatif buku-buku Wahabi secara umum sehingga masyarakat tidak dibuat bingung (soal Wahabi),” katanya

Khadaied menyebut sejauh ini hanya lima persen dari total 1,7 milyar Muslim di dunia yang mengikuti ideologi kerajaan asal negeri kaya minyak itu. Sisanya adalah Muslim Suni dan Syiah. Meski tergolong sedikit, tragedi Suriah dan Irak beberapa tahun terakhir ini mencerminkan ajaran ini ‘mudah membakar’ hingga menghancurkan tatanan sosial-budaya suatu bangsa.

“Kita tidak akan tahan melihat komunitas Islam di Nusantara menghadapi kerusakan seperti yang dialami saudara-sadara kita di Suriah, Yaman, Mesir dan Irak. Itulah mengapa hal ini penting untuk kita, mencegah semua itu dari sekarang. Ini waktunya kita untuk bangkit,” katanya. []

 

[[Baca – Dr. Mahathir: Hindari Sektarianisme, Suni-Syiah Bersaudara]

 

 

 

YS/IslamIndonesia/Sumber: astroawani.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *