Satu Islam Untuk Semua

Friday, 29 April 2016

ANALISIS–Dirjen Pendidikan Islam: Pengajaran Islam jangan Tertutup


Islamindonesia.id–Dirjen Pendidikan Islam: Pengajaran Islam jangan Tertutup

Merebaknya aliran Islam garis keras akhir-akhir ini telah menimbulkan keprihatinan banyak kalangan, tidak terkecuali Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin. Dalam jumpa pers pembukaan Perkemahan Rohis Nasional II 2016 di Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (28/04), Amin mengingatkan rohaniawan Islam (rohis) di sekolah agar tidak tertutup atau eksklusif. Sebaliknya, mereka diharapkan bersikap terbuka, karena Islam mengajarkan keterbukaan.

“Rohis agar menjadi organisasi terbuka sehingga semakin banyak siswa yang ikut. Belajar agama kan tidak perlu ditutup-tutupi,” kata Amin. Menurut Kamaruddin, kesan Rohis sebagai organisas tertutup harus dihilangkan. Dengan begitu, tidak akan ada kecurigaan dari lingkungan sekitar.

Selain itu, kata dia, keterbukaan organisasi rohis akan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para siswa untuk belajar agama. “Kalau bersifat terbuka maka para guru bisa lebih mudah melakukan pendampingan, dengan tetap memberikan ruang kepada mereka untuk melakukan aktualisasi diri,” kata dia.

Siswa SMA/SMK, kata dia, berada di usia yang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh, terutama sumber-sumber pengetahuan agama melalui internet. Untuk itu, lanjut dia, peran rohis di sekolah sangat penting untuk menangkal terbawanya siswa memperoleh sumber pengetahuan agama yang tidak kredibel yang mengajak mereka menjadi radikal, liberal dan hal negatif lainnya.

islamindonesia.id

Kekhawatiran soal penyusupan anasir eksklusif dan ekstremis dalam kurikulum pendidikan Islam sejak beberapa waktu ini telah diutarakan pelbagai kalangan, termasuk Habib Ali Aljifri. Ulama muda asal Yaman ini dalam tulisannya yang berjudul “Bibit-Bibit ISIS di Sekitar Kita” menyatakan: “Kelompok-kelompok ini muncul sebagiannya karena fakta bahwa keyakinan sesat mereka telah berakar dalam sistem pendidikan kita, masjid kita, media kita–dan bahkan dalam cara kita berpikir, bereaksi dan menjalani hidup.”

Dalam tulisan itu yang pernah dimuat islamindonesia.id itu, habib yang kini menetap di Emirat itu mengingatkan: “Pelbagai kurikulum sekolah di sebagian negara Muslim dipenuhi dengan virus fundamentalisme dan ekstremisme yang memunculkan generasi ekstremis. Sekolah-sekolah inilah yang kini berusaha untuk cuci tangan dari tuduhan melahirkan alumni-alumni seperti itu.”

(Lebih lanjut, baca: “Bibit-bibit ISIS di Sekitar Kita“)

 

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *