ANALISIS – Peta Konflik Arab Saudi dan Iran di Timur Tengah (Bagian 2)
![](https://islamindonesia.id/wp-content/uploads/2017/11/MBS-n-Rouhanni-e1510486071528.jpg)
islamindonesia.id – ANALISIS – Peta Konflik Arab Saudi dan Iran di Timur Tengah (Bagian 2)
Baca juga: ANALISIS– Peta Konflik Saudi dan Iran di Timur Tengah (Bagian 1)
Rusia
Rusia adalah sekutu baik bagi Arab Saudi dan Iran. Sedemikian eratnya hubungan ekonomi Rusia dengan Saudi dan Iran, Negeri Beruang Merah itu dapat menjual persenjataannya kepada kedua negara masing-masing.
Namun, ketika krisis melanda hubungan politik antara Teheran dan Riyadh, Moskow tampaknya mencoba bersikap netral. Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan pihaknya siap bertindak sebagai mediator.
Keterlibatan Moskow di kawasan Timur Tengah dapat dilacak sejak Perang Dingin. Ketika itu, Uni Soviet menyediakan persenjataan dan pelatihan untuk perwira militer Suriah.
Pengaruh Rusia di Suriah dan wilayah sekitarnya pada umumnya berkurang setelah keruntuhan Uni Soviet. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, Moskow berusaha untuk memperbaikinya.
Bantuan serangan udara Rusia ke kamp-kamp kelompok teroris ‘ISIS’ di Suriah, misalnya, berpengaruh positif bagi Damaskus. Presiden Suriah Bashar al-Assad pun memperoleh angin segar kemenangan dalam perang melawan terorisme. Selain Rusia, Suriah juga dibantu oleh sejumlah sekutunya seperti Iran dalam mengusir ISIS dari negaranya.
![Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa militer Rusia dan Suriah telah membebaskan 90% wilayah Suriah. Photo: Getty Images](https://islamindonesia.id/wp-content/uploads/2017/11/crop_putin_assad-e1510517130301.jpg)
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa militer Rusia dan Suriah telah membebaskan 90% wilayah Suriah. Photo: Getty Images
Turki
Di tengah perkembangan politik dan militer yang bergerak begitu cepat di Timur Tengah, Turki telah membangun celah komunikasi baik dengan Saudi maupun Iran.
Ankara menjadi lebih terlibat dalam masalah kawasan sejak Partai Keadilan dan Pembangunan yang berasaskan Islam berkuasa pada tahun 2002.
Turki yang juga sama-sama Muslim Suni telah menjalin hubungan yang erat dengan Arab Saudi melalui pendekatan sektarian yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, mereka juga sama-sama bersikap oposisi terhadap pemerintah Suriah.
Namun demikian, walaupun Turki memiliki ketidakpercayaan mendalam terhadap Iran, belakangan dia malah membangun aliansi dengan Iran. Turki dan Iran memiliki kepentingan yang sama terkait ancaman berkembangnya suku Kurdi menjadi sebuah kekuatan di Kawasan.
![Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung Qatar dalam perseteruannya dengan Arab Saudi. Photo: Adem Altan](https://islamindonesia.id/wp-content/uploads/2017/11/crop_erdogan_turk-e1510517165199.jpg)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung Qatar dalam perseteruannya dengan Arab Saudi. Photo: Adem Altan
Israel
Negara Israel dideklarasikan pada tahun 1948 dengan mayoritas penduduknya yang beragama Yahudi. Namun, di Timur Tengah, Israel hanya memiliki hubungan diplomatik dengan Mesir dan Yordania.
Iran dan Israel adalah musuh bebuyutan. Iran menolak keberadaan Israel dan menyerukan agar negara tersebut dibubarkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendesak masyarakat internasional untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Selain itu Israel juga menyerukan pembatalan perjanjian kepemilikan nuklir Iran di PBB. Israel mengatakan bahwa ambisi Iran untuk memiliki nuklir adalah sebuah langkah yang “agresif” bagi Kawasan.
Netanyahu mengatakan bahwa Israel menjalin kerjasama dengan beberapa negara Arab untuk membendung pengaruh Iran di kawasan yang semakin meningkat. Beberapa waktu lalu, media Israel memberitakan bahwa salah seorang pangeran Saudi yang memiliki kedudukan tinggi diam-diam mengunjungi Israel untuk melakukan pembicaraan tertentu. Namun, Arab Saudi menyangkal pemberitaan tersebut.
![Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu mengucapkan terimakasih kepada Donald Trump untuk "ketegasannya melawan rezim teroris Iran". Photo: Getty Images](https://islamindonesia.id/wp-content/uploads/2017/11/netanyahu-e1510517297688.jpg)
Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu mengucapkan terimakasih kepada Donald Trump untuk “ketegasannya melawan rezim teroris Iran”. Photo: Getty Images
Mesir
Mesir seringkali memainkan peran sentral dalam politik Timur Tengah. Secara historis Mesir memiliki hubungan yang lebih baik dengan Arab Saudi dibandingkan dengan Iran, terutama setelah revolusi Islam Iran tahun 1979.
Arab Saudi juga mendukung penggulingan Presiden Muhammad Mursi di tahun 2013 oleh tentara Mesir.
Namun, belakangan terdapat penyesuaian kepentingan antara Mesir dan Iran. Pada bulan Oktober 2016, perusahaan minyak Saudi Aramco menghentikan ekspor minyaknya ke Mesir. Karena hal tersebut akhirnya Mesir menjalin hubungan perdagangan minyak dengan Iran.
!["Keamanan nasional teluk adalah keamanan nasional Mesir. Saya memiliki keyakinan terhadap kebijaksanaan dan ketegasan Arab Saudi," ujar Sisi. Photo: Don Emmert](https://islamindonesia.id/wp-content/uploads/2017/11/sisi-e1510517493545.jpg)
“Keamanan nasional teluk adalah keamanan nasional Mesir. Saya memiliki keyakinan terhadap kebijaksanaan dan ketegasan Arab Saudi,” ujar Sisi. Photo: Don Emmert
Di tengah ketegangan yang meningkat baru-baru ini antara Arab Saudi dan Iran, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengatakan “menghindari eskalasi ketegangan di wilayah ini, namun dengan tidak mengorbankan keamanan dan stabilitas Negara Teluk.”
Bersambung….
PH/Islam Indonesia
Leave a Reply