Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 21 March 2015

WAWANCARA – Nurul Izzah: “Saya Sedih dengan Masa Depan Malaysia”


Nurul Izzah masih belia tahun saat sebuah skandal, yang paling berbisa dalam landskap politik modern Malaysia, memapras sayap politik ayahnya, eks Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Pada 1998, saat prahara politik di Jakarta menggergaji kursi kekuasaan Soeharto dan hawanya panasnya berhembus jauh hingga ke Kuala Lumpur, polisi di Malaysia menangkap Anwar dengan tuduhan yang terlalu kontras untuk dia, politisi cemerlang cum cendekiawan Islam Malaysia yang digadang-gadang bakal memegang tongkat estafet kekuasaan pasca Mahathir Muhammad: korupsi dan homoseksualitas.

Nurul, bersama ibu dan saudaranya dan semua loyalis Anwar, memutuskan melawan. Mereka menganggap semua itu tak lebih dari konspirasi politik penguasa yang cemas dengan kemungkinan bintang politik Anwar terus meroket. Pada 2004, setelah Anwar tujuh tahun terpenjara, mereka mencecap hasilnya: pengadilan banding membersihkan nama Anwar.

Yang terjadi kemudian adalah sejenis masa keemasan. Anwar kembali tegak di pentas politik, menjadi pimpinan tokoh oposisi dan berhasil mengetam gudang-gudang suara partai-partai berkuasa di Malaysia.

Nurul ikut digerbong keberhasilan itu – dan mencetak sejarahnya sendiri. Di usianya yang kini menginjak 34 tahun, dia menjadi salah satu politisi perempuan paling muda dan vokal di parlemen Malaysia. Di dua pemilu berturut-turut, pada 2008 dan 2013, dia memangkan suara mayoritas warga di megapolitan Kuala Lumpur, menghadirkan tamparan keras pada partai berkuasa yang dulunya menyepak Anwar dari gelanggang politik.

Tapi seiring kemenangan itu, badai kembali berhembus. Pada 2008, kasus tuduhan sodomi kembali menjerat dan ini praktis mengirim sang ayah keluar masuk penjara. Pada 2012, pengadilan lagi-lagi membersihkan nama Anwar.

Tapi badai belum lagi berlalu. Pada Februari 2015, pengadilan banding Malaysia menganulir putusan bebas itu. Anwar harus menjalani vonis lima tahun penjara.

Bagi Nurul, gelombang pasang tak kalah beratnya. Rumah tangganya retak. Dia harus menanggung sendiri beban membesarnya dua anaknya sejak awal tahun ini – yang tertua masih 7,5 tahun, senyampang menyuarakan perlawanan, sebagai wakil rakyat, atas apa yang dia anggap salah dari jalannya roda pemerintahan.

Awal pekan ini, giliran dia merasakan seteguk dari resiko politik yang pernah dicecap ayahadannya: semalam terkurung di tahanan polisi karena tuduhan penghasutan dan fitnah atas pengadilan. Di parlemen, sebelumnya, Nurul memang sempat membidas hakim di Malaysia yang dia gambarkan jatuh dalam perangkap setan terkait vonis atas ayahnya.

Dalam sebuah wawancara via telpon dengan Amira Hasanah dari Islam Indonesia lepas kembali menghirup kebebasan, Nurul banyak bercerita tentang keadaan ayahnya, masa depan Malaysia yang dia gambarkan suram, perjuangan dan harapannya yang besar pada anak-anaknya dan generasi muda di Malaysia dan Indonesia, dan ingatannya yang kuat pada sebait puisi pelawanan W.S Rendra. Petikannya:

Seberat berat bagi Anda terpenjara semalam di kantor polisi?
Sewaktu saya ditangkap, ayah sudah dipenjarakan satu bulan. Ini kali keempat ayah dipenjarakan dalam hidupnya. Tentu ini sangat berat. Tapi yang paling penting disini adalah perlunya kesabaran. Walaupun saya ditangkap, ada hikmah yang saya dapat.

Jadi Anda bisa menerima penangkapan itu?
Penangkapan itu saya jadikan sebagai suatu hikmah. Karena rakyat dapat melihat bahwa polisi tidak profesional. Saya punya beberapa skenario terkait hal ini. Skenario politik, penangkapan saya bisa jadi sekadar trik kekuasaan untuk melemahkan kami, pihak oposisi, dan menyelamatkan partai berkuasa Barisan Nasional. Saya belum menyentuh kemungkinan ini skenario pengalihan atas beban pajak rakyat Malaysia yang kian meningkat. Juga skandal perusahaan permodalan 1MDB (1 Malaysia Development Berhad) yang menelan 42 miliar ringgit, dan ini merupakan skandal yang sangat besar.

Apa sebenarnya alasan polisi sampai menahan Anda?
Dari segi skenario tangkapan, serangan terhadap oposisi ini semata untuk menjatuhkan kuasa. Kami di Malaysia sedang mengalami krisis; krisis politik, ekonomi dan sosial.  Saya sedih mengenalkan masa depan Malaysia, yang kata orang Malaysia ini kaya dan sukses, tapi satu persatu dapat dilihat kerusakan apabila pimpinan pemerintahan tidak mau menghormati prinsip demokrasi negara.

Ada sisi baik yang Anda petik dari penangkapan itu?
Ini memberi kesan dimana rakyat dapat lihat jika mereka [pemerintah] ini tidak ambil kira dalam menambah masalah rakyat. Mereka lenyapkan suara oposisi supaya mereka dapat teruskan 1MDB ini untuk pinjaman utang negara, dan sekarang semuanya tidak mampu dibayar. Inilah yang sedang terjadi. Penasihat lembaga itu adalah Najib Tun Razak, selaku perdana menteri. Najib baru saja membeli pesawat jet, sementara rakyat disuruh ‘ikat perut’, harus bayar cukai yang lebih tinggi karena negara tidak ada uang.

Menurut Anda, kenapa pemerintah sampai begitu rela mengorbankan banyak hal dari reputasinya sekadar untuk menahan Anda semalam di kantor polisi?
Saya fikir karena mereka terlalu arogan. Mereka dibuai dengan kekuasaan. Mereka gagal melihat bahwa pada akhirnya dunia akan dapat menilai segala kesalahan.

Dari semua perjuangan Anda, dulu, sekarang dan nanti, apa yang ingin Anda gapai?
Saya ingin agar warga Malaysia jangan mudah tertipu, dan saya kira warga Indonesia juga faham, bahwa bila pemerintahan sedang mamasuki masa transisi, perwujudan media yang terbuka sebagai pengamat demokrasi sangat lah penting. Dalam Islam juga disebutkan bahwa kita tidak boleh berdiam diri dan jangan mudah menalan propaganda.

Maksud Anda ingin terus mendorong demokrasi?
Tidak sekadar itu. Memang demokrasi, tetapi kita juga melakukan reformasi dalam sistem pemilihan. Karena dalam sistem kerajaan ini, pemerintah terlalu berkuasa. Misal, mereka pilih ketua polisi dan pegawai negara yang tidak professional. Dalam Islam, kita dituntut menegakan keadilan.

Di Malaysia juga sedang menghadapi jurang miskin kaya yang semakin melebar. Sudah empat tahun berlalu sejak ayah saya, Anwar Ibrahim, mengungkap skandal 1 MDB. Sekarang, saat utang perusahaan permodalan itu mendekati 42 Miliar ringgit, barulah saja mau dibincangkan dan diaudit. Tapi siapa yang ketuai dan membayar gaji ketua audit? Ya, masih perdana menteri. Saya tidak mau sebut semua ini semata menggapai demokrasi ala Barat. Kami berpegang pada prinsip musyawarah, prinsip keadilan dan tuntutan. Syariah itu adalah sesuatu yang didalamnya ada kematangan dan bertumpu pada kebajikan. Maka kita tidak boleh mengatakan ini hanya prinsip demokrasi. Dalam Islam sekalipun, kita dituntut memastikan tidak ada salah guna kuasa, monopoli, kekayaan yang menggila.

Soal kasus ayah Anda, apa yang Anda petik sejauh ini?
Banyak hal. Ayah saya sudah berumur 68 tahun saat ini, tapi dia masih dipenjarakan. Mereka gunakan suatu dakwaan yang begitu hina dan memang haram dilakukan sebagai seorang Muslim. Ayah saya sejak mudanya dikenal sebagai penggerak ikatan dunia Islam di Malaysia. Tapi seluruh lengan penguasa seperti berpatu semata-mata demi hancurkan citra ayah saya.

Pak Anwar tahu Anda di tahanan polisi?
Saya hanya dapat bertemu dengan ayah sebulan sekali, maka saya sudah maklum kepada peguam. Surat saya hantarkan kepada ayah. Tapi saya tidak mau membuatnya sedih. Ini hanyalah sedikit penderitaan jika dibandingkan dengan apa yang beliau lalui.

Ngomong-ngomong, apa yang menjadikan Anda kuat hingga saat ini?
Kita berdoa kepada Allah SWT. Saya dipenjarakan dengan tidak adanya belas kasihan. Inilah mungkin usaha yang Allah berikan untuk peringatkan saya selaku wakil rakyat. Dan dengan kasus ini juga mengingatkan bahwa kita ini milik Allah, dan saya diingatkan bahwa akhirnya semua bakal bertemu dengan kematian. Maka dalam perjuangan harus dilalui dengan sabar. Memang susah mengucapkan selamat tinggal untuk putra dan putri saya walau hanya berpisah semalam. Tapi dalam hidup kita tidak boleh mengajarkan anak-anak hanya melihat yang indah. Saya harap mereka besar dengan melihat kepentingan untuk berjuang terhadap kezaliman dan untuk membantu mereka yang lebih lemah. Itulah harapan yang dapat saya tinggalkan.

Adakah yang Anda sesali terkait penahanan kemarin?
Tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Saya pun terkadang ingin melakukan suatu hal yang simple. Tapi kita juga harus ingat segala yang berlaku itu ada hikmah. Saya tidak menyesal, karena saya tahu ini adalah peringatan agar kita yakin dengan jalan yang kita lalui. Saya seringkali merasakan bahwa Allah ingin mengingatkan. Jadi saya terima semuanya dengan senyuman. Tidak berguna jika saya sedih, gusar. Kalau saya kecewa, itu seakan memberikan pandangan bahwa mereka menang. Saya tak ingin mereka menang.

Apa yang menyita pikiran Anda selama dalam tahanan?
Banyak yang saya pikirkan: keadaan ayah; bagaimana masyarakat menjadi lebih terbuka pikirannya; anak-anak saya supaya mereka sehat dan tidak sedih; juga memikirkan bagaimana kita membuat aksi supaya kita terus melawan kezaliman. Ini penting dan kita harus lawan dalam semua ruang yang ada.

Apa nasihat Anda untuk pemerintah dan mereka yang ingin masuk ke pemerintahan?
Jangan sampai menjual marwah diri dan jangan sampai melupakan tanggung jawab yang utama. Dan bagi saya, pembalasan itu jelas. Kalau bukan di dunia tentunya di akhirat yah. Dan bagi remaja, harus ada compass moral. Jangan ingat hidup ini hanya untuk meraih keuntungan dan kekayaan saja. Hidup harus bermakna.

Anda orang yang berani. Bagaimana bisa seperti itu?
Saya ingat bait puisi berjudul Kesaksian Bapak Saijah oleh W.S. Rendra: ‘Setelah aku mati baru aku sadari bahwa ketakutanku membantu penindasan.’

Terakhir, boleh tahu seperti apa keadaan terakhir Pak Anwar?
Berat badan ayahanda sudah hilang tiga kilogram dalam sebulan terakhir. Kesehatannya sedang tidak bagus. Kami sudah minta keringanan agar boleh bertemu ayah seminggu sekali – dan bukan sebulan sekali seperti yang berlaku sekarang. ***

 

(Ami/Islam Indonesia)

One response to “WAWANCARA – Nurul Izzah: “Saya Sedih dengan Masa Depan Malaysia””

  1. […] dia bakal sering dengan putrinya, Nurul Izzah Ibrahim (lihat wawancara dengan Islam Indonesia "Saya Sedih dengan Masa Depan Malaysia"), yang menjadi salah satu anggota parlemen termuda dari kubu […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *