Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 21 January 2015

WAWANCARA – Ketua Pansel Dirjen Pajak, Mardiasmo: ‘Musuh Terberat dari Internal Pajak Sendiri’


Ketua Pansel Dirjen Pajak Mardiasmo.

Bursa pencalonan direktur jenderal pajak masih panas dan menggelinding. Sejauh ini, tim Panitia Seleksi (Pansel) sudah menyaring tujuh nama dari 28 pendaftar. Tujuh nama ini masih akan dipangkas jadi empat oleh menteri keuangan untuk kemudian disorongkan pada presiden. Kabarnya, tim Pansel menggandeng Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) dan  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga beberapa calon terjungkal karena punya rekening gendut yang tak sesuai profil.

Berikut kutipan wawancara Wahyu dari Islam Indonesia dengan Ketua Pansel Dirjen Pajak Mardiasmo di sela-sela jeda rapat yang berlangsung di kantornya.

Lelang Dirjen Pajak begitu banyak peminat. Ini terkait prestise atau lahan basah?

Harus diakui jabatan ini sangat strategis. Presiden dan wapres sangat konsen soal ini. Tapi bukan cuma strategis, jabatan ini juga banyak tantangannya.

Seperti apa tantangannya?

Dirjen Pajak bukan hanya soal kompetensi, tapi juga integritas, visi dan terobosan untuk memaksimalkan potensi sumber pajak. Di Indonesia orang kaya sangat nyaman; punya Lamborghini tapi bisa mangkir pajak. Pemeriksaan pajak hanya sekitar satu persen karena tingkat kepatuhan cukup rendah.

Figur seperti apa yang Anda cari?

Kami ingin benar-benar mencari figur yang punya integritas dan berani memberantas mafia pajak. Integritas ini akan terbukti ketika dia melibas mafia pajak, termasuk karyawannya sendiri. Saat wawancara, saya tanya mereka satu persatu; ‘Kamu berani lawan mafia, apapun resikonya?’ Saya tegaskan juga pada mereka kalau musuh utama ya internal kita sendiri. Kemudian saya pastikan mereka bersih dan punya track record bagus. Termasuk [soal] dugaan rekening gendut.

Ada calon yang memang punya rekening gendut mencurigakan?

Dari tujuh orang yang saya tanya, mereka memaparkan bukti kekayaan dan sudah lapor lewat LHKPN [Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara]. Ada yang memang dasarnya kaya, ada yang kaya dari warisan dan juga dari istri. 

Mereka yang diwawancarai dan diseleksi menyatakan siap dengan segala resiko termasuk menindak keluarga jika salah. Tapi kita juga harus membangun infrastruktur yang baik dan pengawasan mumpuni hingga kinerja dan integritas mereka terjaga; ada pakta integritas, reward and punishment.

Anda melibatkan PPATK dan KPK?

Jadi ada seleksi administrasi. Lalu uji terobosan dan ide yang diusung  calon dalam makalahnya oleh tim Pansel. Lulus di sini baru wawancara. Nah, data-data mereka [yang lulus] kami kirim ke PPATK, Inspektorat Jenderal Kemenkeu dan KPK untuk ditelusuri. Juga ke Badan Intelijen Negara. Dari laporan PPATK ini kita bisa menentukan orang-orang ini.

Kalau KPK?

KPK juga memberi catatan. Dari dua lembaga ini kami menyaring [calon]. Kami sorongkan tujuh orang ke Pak Menteri. Beliau akan saring jadi 4 dan itulah yang disorongkan ke Presiden.

Jadi dari seleksi 11 calon jadi 7 lalu 4, mereka yang tersingkir terkait rekening gendut?

Menurut PPATK memang ada transaksi mencurigakan. Dari KPK juga ada laporan [yang sama].

Apa tim Pansel akan minta KPK memproses secara hukum rekening gendut calon yang terjungkal?

Itu kan baru ditengarai.

Tapi mereka memang punya rekening gendut?

Jadi ada beberapa transaksi yang dicurigai. Ya itu nanti KPK yang buktikan kebenarannya. Tim Pansel tidak punya wewenang lagi.

(Wahyu/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *