Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 23 June 2016

WAWANCARA–Dr. Muhammad Alkaff: Yaman dan Indonesia Punya Penghayatan Kebangsaan yang Sama


Islamindonesia.id–Dr. Muhammad bin Seggaf Alkaff: Yaman dan Indonesia Punya Penghayatan Kebangsaan yang Sama

Dr. Muhammad bin Seggaf Alkaf adalah akademisi kelahiran Tarim, Hadhramaut, Yaman, yang sejak kecil telah berkelana ke tempat kelahiran ibunya, Mesir, untuk belajar di Al-Azhar. Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Kairo di bidang fiqih perbandingan, pria bertubuh tambun ini berkelana ke Arab Saudi, Suriah, Maroko, Yordania dan Irak untuk menggali khazanah ilmu hadis dan fiqih Islam. Sebagai anggota Ikatan Ulama Yaman, Dr. Muhammad Seggaf dikenal aktif menulis makalah di berbagai media Timur Tengah dan melakukan wawancara terkait persoalan yang menimpa Yaman.

Sejak medio Mei lalu, Dr. Muhammad berkunjung ke Indonesia mewakili Ikatan Ulama Yaman. Selama berada di Tanah Air, pria yang lama menetap di Jedah ini telah bertemu dengan sejumlah tokoh Muslim. Di antaranya adalah KH Said Agil Siraj di kantornya di PBNU, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Prof. Quraish Shihab, dan pimpinan lembaga Ar-Rabitoh, Al-Irsyad dan sebagainya. Kehadirannya di Indonesia atas undangan sejumlah teman yang ingin mendengar langsung situasi terakhir Yaman dari orang yang dianggap dekat dengan berbagai faksi yang berseteru di Yaman, baik di Utara maupun di Selatan. Tanggal 21 kemarin Dr. Muhammad kembali ke Kairo, Mesir.

Muh Segaf 2

Berikut adalah petikan wawancara Islam Indonesia dengan Dr. Muhammad bin Seggaf di Jakarta tanggal 6 Juni lalu.

IslamIndonesia: Bagaimana situasi terakhir di Yaman?

Dr. Muhammad: Yaman, terutama yang di Utara, kini sedang menderita gempuran koalisi agresor pimpinan Saudi yang didukung oleh AS dan sekutunya di Timur Tengah. Serangan ini telah menghancurkan infrastruktur negara yang pada dasarnya memang sudah hancur karena ulah korupsi massif dan perang sipil yang dikobarkan rezim Ali Abdullah Saleh pada masa sebelumnya, juga atas dorongan dari Arab Saudi dan Amerika Serikat. Negara-negara agresor itu tidak menginginkan rakyat Yaman merdeka, mandiri dan terbebas dari intervensi asing. Mereka ingin negara termiskin di Timur Tengah ini tetap miskin, lemah dan terus bertikai. Kenapa? Karena mereka tahu bahwa bangsa besar ini jika dibiarkan merdeka, maka mereka akan membangun kembali peradaban lama mereka yang telah menginspirasi dunia.

IslamIndonesia: Apakah menurut Anda Yaman akan berhasil keluar dari krisis ini?

Dr. Muhammad: Anda tahu bahwa rakyat Yaman di Utara, seperti Sana dan Sa’da, memiliki daya juang yang luarbiasa. Ratusan tahun silam mereka telah menunjukkan pada dunia bagaimana mereka mampu membangun kota di atas bebukitan yang demikian menjulang tinggi. Sejak kanak-kanak mereka belajar mengangkut air dari lembah ke lereng-lereng bukit untuk mengairi pertanian. Ini sudah berlangsung ratusan tahun. Daya juang mereka itu juga mereka tunjukkan dalam melawan segala rupa penjajah. Khilafah Usmaniyah yang terkenal dengan kekuatan militernya yang mampu menaklukkan Eropa ketika hendak menjajah Yaman, mereka justru membunyikan lonceng kematiannya. Imperium sebesar Usmani itu tak mampu masuk ke Yaman padahal praktis seluruh Timur Tengah ketika itu sudah takluk di tangannya. Nah, Arab Saudi seperti kita ketahui tidak dikenal mahir dan tangguh dalam soal militer. Lantas, bagaimana mungkin mereka mau menaklukkan Yaman?

Di samping itu semua, rakyat Yaman sudah lama tak memiliki apa-apa untuk merasa kehilangan. Rakyat ini sudah sampai pada batas ujung penderitaan sehingga tak ada kekuatan yang dapat membuatnya lebih menderita lagi. Mentalitas mereka dalam menghadapi musuh adalah nothing to lose. Sejak puluhan tahun lalu mereka telah sampai pada titik ini. Gerakan Ansharullah Houtsi menyadari ini dan memanfaatkan mentalitas ini dalam menghadapi serangan membabi buta Saudi atas Yaman. Mereka yakin tak bakal kalah karena sudah tak mungkin lagi kalah, mengingat sejak puluhan tahun mereka sudah hidup dalam kesemrawutan, kekisruhan, krisis, kekurangan dan sebagainya.

IslamIndonesia: Apakah Anda melihat titik terang bagi Yaman, terutama dari sudut-pandang geopolitik Timur Tengah?

Dr. Muhammad: Timur Tengah ini wilayah yang rumit. Tak akan ada kekuatan utama yang bisa mengalahkan semua. Ini sudah takdir kawasan ini sejak ribuan tahun lalu. Anda mungkin pernah mendengar perang panjang antara Romawi dan Persia dalam memperebutkan Timur Tengah. Dan akhirnya dua imperium besar manusia itu sama-sama stagnan, remis. Ini yang akan terjadi kembali di sini. Makanya sudah banyak pejabat yang sadar di Amerika bahwa strategi mereka di Timur Tengah harus berubah. Agaknya mereka akan mengalihkan dukungan mutlak mereka kepada raja-raja Arab menjadi suatu dukungan yang bersyarat. Amerika sudah sadar bahwa rezim-rezim kerajaan Arab ini terlalu lemah untuk diberi dukungan, dan mereka ingin mengalihkan dukungan kepada kekuatan-kekuatan baru. Boleh jadi kekuatan baru itu yang kini sedang berada di pihak musuhnya. Termasuk kelompok Houtsi di Yaman. Ini menurut saya akan mengubah situasi geopolitik di Timur Tengah ke arah yang sama sekali baru. Tetapi yang namanya politik tetap tidak ada yang pasti. Jika Trump menang di AS, mungkin dia akan membalikkan lagi kebijakan politik Obama di Timur Tengah dan menjadi lebih agresif dalam mendukung raja-raja Saudi. Tapi bisa juga tidak demikian.

Sejauh ini, kekuatan-kekuatan yang berseteru di Timur Tengah umumnya dan di Yaman khususnya sudah sampai pada kesimpulan tak akan ada pemenang mutlak. Saudi sudah beberapa kali mengajak kelompok Houtsi dan tentara Yaman untuk bernegosiasi, dan ini menunjukkan mereka sudah tidak lagi merasa hebat dan mampu mengalahkan. Retorika perang mereka di awal perang dulu sudah berubah. Tak ada lagi ancaman menghabisi Yaman dalam beberapa bulan dan sebagainya. Ini menunjukkan kita sedang menuju pada suatu solusi hasil kompromi. Saya kira tinggal menunggu Saudi dan AS benar-benar kelelahan memasuki lumpur hidup Yaman, yang saya tahu betul akan segera terjadi. Saya kenal bangsa saya sendiri dan saya tahu mereka akan membuat lelah kekuatan manapun yang mencoba menjajahnya. Saya kira jika tidak demikian, maka musuh itu akan mati di lumpur Yaman.

IslamIndonesia: Apa kira-kira yang bisa dilakukan Pemerintah maupun Rakyat Indonesia untuk Yaman?

Dr. Muhammad: Menurut saya banyak sekali yang bisa dilakukan. Indonesia dan Yaman adalah dua negara yang sama-sama tak pernah merasakan rezim kekhalifahan yang telah menyisakan trauma panjang pada sebagian masyarakat Muslim di negara-negara Islam. Kedua bangsa ini sama-sama tidak merasa perlu menjadi sekuler untuk menjadi nasionalis. Nasionalisme dan Islam telah menyatu dalam pengalaman sejarah bangsa Indonesia dan Yaman. Ini modal yang luarbiasa. Saya telah menyampaikan soal ini kepada Pimpinan NU. Mereka menyambut baik. Saya juga akan mendorong koordinasi NU dengan Ikatan Ulama Yaman yang saya juga duduk sebagai pimpinan di dalamnya. Tujuannya adalah menjadikan nasionalisme dan patriotisme sebagai kesadaran Islam yang otentik. Tidak boleh ada lagi Muslim yang merasa dalam paradoks antara mencintai negerinya dan mencintai serta melaksanakan Islam-nya. Mengapa? Karena kedua bangsa ini, Indonesia dan Yaman, tidak pernah merasakan trauma kehadiran Kekhalifahan dalam negerinya. Ini misalnya berbeda dengan bangsa-bangsa Muslim yang pernah merasakan trauma itu seperti bangsa Turki, Suriah, Mesir, Tunisia, Aljazair dan sebagainya. Mereka telah kehilangan orientasi akibat besarnya pengaruh retorika anti negara dan bangsa oleh kelompok-kelompok Islam militan yang merasa perlu isu-isu politik tertentu untuk mendeligitimasi pemerintah sekuler yang ada.

Muhammad Segaf 1

AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *