Satu Islam Untuk Semua

Friday, 22 January 2016

Mustafa ‘Debu’ – Maulid Akbar untuk Sang Nabi


Penyelenggara Maulid Event 2016 siap mempersembahkan pagelaran spektakuler dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw di Jakarta. Pagelaran yang bertajuk “A Maulid, The Gift of The Rose” ini rencananya diadakan di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Sabtu (23/1).

“Acara itu dibuat berbeda dengan yang biasa sering ditemui di lingkungan masyarakat. Event ini lebih menarik dengan kombinasi pemain dan orchestra,” Kumayl Mustafa Daood, personil grup musik, Debu, yang juga penggagas Maulid Event ini, Rabu 20/1.

Menurut pria yang akrab disapa Mustafa Debu ini, pagelaran Maulid Event yang tergolong perdana di tanah air ini akan menampilkan kolaborasi 50 piece orchestra, 30 choir, artis, musisi, tokoh hingga tokoh masyarakat.

Di sela-sela kesibukannya, Andi Fatimah dari Islamindonesia.id berkesempatan mewawancarai Mustafa terkait warna-warni penyelenggaran maulid akbar ini. Petikannya:

Apa yang menginspirasi sehingga ide Maulid Event 2016 ini lahir?

Ada seorang pemusik Islami bernama Habib Ali Zainal Abidin Al-Haddad. Dia punya orkestra musik gambus yang dia bentuk selama 15 tahun. Saya dan Habib Ali, atau biasa disapa Ami Diding, pernah bertemu. Saya mendengarkan sebuah pesan dari Ami Diding ke murid-muridnya, yaitu yang paling penting (dengan musik) kita bisa membuat orang bahagia.

Hal itu juga merupakan ilmu dari Rasulullah Saw. Yaitu, bagaimana cara membuat orang bahagia. Saya hanya bertemu Ami Diding sebanyak dua kali dan saya merasakan bahwa misi kami berdua sama. Saya mengetahui Ami Diding sudah lebih dari 10 tahun yang lalu, tapi baru menemuinya tahun lalu. Saya bertemu di kediaman Ami Diding di Ranco.

Kini saat Ami Diding sudah wafat, saya menyampaikan dan mengajak murid-muridnya untuk mengingat guru. (Demikian juga) apa yang telah diajarkan selama 15 tahun untuk diperlihatkan pada khalayak ramai. Ami Diding adalah salah satu guru terbaik dikalangan pemusik dan musik islami di Indonesia.

Mengapa memilih bunga mawar sebagai simbol Maulid?

Mawar adalah tanda cinta yang tidak mengenal agama. Siapapun yang melihatnya akan merasakan keindahan. Dan siapapun yang ingin menunjukkan rasa cintanya pada orang lain bisa memberikan bunga mawar.

Hal ini sama seperti akhlaknya Rasulullah. Acara ini akan menggambarkan akhlak Rasulullah dengan bunga mawar sehingga siapapun yang melihatnya, apapun agamanya, bisa merasakan rasa kemanusiaan yang begitu tinggi.

Karena itu, siapapun bisa datang, tidak dibatasi oleh agama. Seperti halnya Rasulullah adalah rahmat bagi seluruh alam. Jadi, siapapun yang datang pasti akan menikmati karena kita menggambarkan akhlak dari seseorang yang begitu dahsyat. Karena itu banyak juga kalangan non-Muslim yang membantu berlangsungnya acara ini.

Dalam acara ini, yang dibicarakan bukan lagi masalah agama. Karena saat dikatakan bahwa Rasulullah adalah rahmat bagi seluruh alam, maka merangkul siapapun. Jika ada yang kemudian menolak acara ini dengan alasan islamophobia, maka pandangannya sempit sekali.

Acara ini ingin mengatakan bahwa Rasulullah tidak hanya datang untuk agama Islam saja, tapi bagi siapapun yang memiliki rasa kemanusiaan. Jika dia masih islamophobia, berarti dia kurang kerjaan.

Jika kita lihat, bunga mawar itu ternyata memiliki duri. Lalu bagaimana dengan mawar yang menggambarkan akhlak Rasulullah ini? Apakah durinya termasuk juga ke dalam situ? Ya, bisa saja seperti itu. Apapun keindahan pasti ada lawannya. Seperti halnya asmaul husna, nama-nama Allah yang indah, lembut sebanyak 80 persen. 20 persennya adalah nama-nama yang ‘keras’ atau sebut saja ‘tidak baik’, namun tidak secara harfiah (berarti) tidak baik.

Sebagian orang mengatakan bahwa tiket masuk Maulid Event tergolong mahal. Komentar Anda?

Sebenarnya tiket mahal ini bukan masalah. Di dalam acara ini akan ada pemain orkestra yang sudah belajar selama 15 tahun. Kemudian akan ada banyak guru, ustadz dan artis-artis yang turut memeriahkan perayaan cinta kasih kepada Rasul. Ada hak mereka yang harus kita bayar.

Salah satu kelemahan orang Muslim sehingga sulit maju adalah karena susah untuk membayar hak orang. Jadi prinsipnya di sini adalah membayar hak orang. Musisi ini biasanya main dengan bayaran yang standar, padahal levelnya sudah mendunia. Oleh sebab itu kalau bukan kita yang mulai memberikan sanjungan bagi mereka, maka siapa lagi?

Akan terbalik jadinya jika mereka bisa bermain musik yang begitu indah tetapi masih mencari makan dari hal lain. Seharusnya biarkan mereka fokus untuk membuat musik yang begitu indah dan dari situ mereka bisa mendapatkan penghasilan.

Selain itu, semua ini bukan masalah mahal atau tidak. Tapi masalah niat atau tidak. Saya ingat pesan ayah saya saat dia berumur 13 tahun. Saat itu, saya selalu bangun kesiangan untuk shalat, padahal saya merasakan bahwa diri saya sangat ingin shalat tepat waktu.

Kemudian ayah saya menyangkal dan mengatakan saya sebenarnya tidak mau bangun tepat waktu. Jika ayah saya menawarkan sepuluh juta agar tepat waktu, pasti saya akan tepat waktu. Atau misalnya, jika dijanjikan diberi satu juta pasti saya tidak akan tidur.

Ini juga merupakan ajaran dari Rasulullah, bahwa kita adalah umat yang terbaik. Jika seperti itu, sajikan yang terbaik, keluarkan yang terbaik. Jangan menjadi orang pelit, tidak mau menghormati orang lain atas karyanya.

Sejauh ini, apa tantangan dan hambatan yang Anda rasakan untuk kesuksesan acara ini?

Jika ditanya mengenai hambatan, menurut saya, tidak ada hambatan yang tidak bisa dilalui. Tetapi jika ditanya tentang apa yang telah mereka lalui dalam membuat acara ini, maka begitu dahsyat perjuangannya. Sebagai konseptor acara, saya berangkat tanpa menggunakan uang sama sekali. Tetapi setiap kali dibutuhkan, uang itu ada saja datangnya. Sederhana saja, masa kita perjuangkan kekasih Allah tapi Dia tidak membukakan jalan.

Budget acara ini sebanyak Rp 2,5 miliar dan setiap kali dibutuhkan, Allah selalu bukakan jalan dan mempermudah. Dari seluruh budget yang dibutuhkan, sekarang baru ada setengahnya. Tetapi banyak dukungan yang sangat luar biasa terus berdatangan seperti dari Kementrian Pariwisata, JNE, Wardah dan Telkomsel.

Ada orang bilang kalau menjalankan acara harus pake otak kanan lah, otak kiri lah. Saya menjalankan acara ini ‘ga pakai otak’. Biarkan Allah yang mengurusnya, kita jalan terus. Sama halnya seperti Siti Hajar yang bolak- balik hingga akhirnya muncul air zam-zam yang hingga sekarang tidak pernah ada habisnya.

Jadi orang muslim itu harus mulai belajar menikmati. Kebanyakan orang setelah menikmati merasa bersalah. Padahal dengan rasa nikmat itu kita akan mengetahui bahwa Allah itu senang. Banyak orang shalat tetapi masih mencari Allah kesana-kemari. Padahal Allah tidak ada di masjid, Allah tidak ada di gereja, tetapi Allah ada di hati orang Muslim. Maka kita harus mulai lihat ke hati kita sendiri baru menemukan Allah.

Banyak orang shalat tetapi masih ragu, apakah sudah benar shalatnya, apakah shalatnya diterima. Hal itu karena dia belum mengenal Tuhan. Jika dia sudah mengenalnya, dia tidak akan bertanya lagi bahkan hal itu sudah sangat jelas baginya.

Hal ini sebagaimana perkataan awwaluddin ma’rifatullah atau awal dari agama adalah mengenal Allah. Percuma seseorang shalat jika dia tidak mengetahui Tuhannya. Penggalian sampai dia benar-benar tahu tentang Tuhannya, maka dia akan menemukan dan mengenal Tuhannya sehingga tidak akan ragu dan tidak akan bingung.

Apa sebenarnya pesan inti yang ingin disampaikan dari maulid akbar ini?

Sebuah kisah, seorang sahabat setiap hari membawakan buah anggur bagi Rasulullah. Setiap setelah memakannya, Rasulullah kemudian pergi. Lalu sahabat yang lain berkata, mengapa mereka tidak diberi. Lalu Rasulullah beri sahabat yang lain. Saat mereka makan dan merasakan asamnya anggur tersebut muka mereka pun meringis.

Inilah alasan mengapa Rasulullah tidak memberi sahabat yang lain saat orang itu datang. Karena mereka akan memperlihatkan muka yang tidak enak kepada pemberi anggur tersebut. Rasulullah tidak bertanya mengapa dia memberi anggur yang asam.

Hal yang terpenting adalah bagaimana membuat hati sang pemberi anggur senang. Hanya itu saja yang Rasulullah inginkan bagi umatnya. Dengan begitu nanti di akhir acara akan ada pesan bahwa ‘Hakikat kebahagiaan adalah membahagiakan orang lain’.

Acara ini adalah bentuk cinta terhadap Rasulullah. Kalau tidak bisa ikut dalam bermusiknya, tidak bisa ikut dalam menyajikannya, tidak bisa ikut memberitakannya dalam media, maka ikutlah sebagai penonton untuk mendukung acara ini.[]

Andi/ Edy/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *