Satu Islam Untuk Semua

Friday, 06 May 2022

Sekilas Sejarah Perayaan Idulfitri di Masa Nabi


islamindonesia.id – Perayaan Idulfitri bagi umat Muslim nampaknya seperti hal wajib yang tidak boleh terlewatkan. Bermaaf-maafan, berbagi hadiah, hingga bersilaturahmi ke sanak saudara dan kolega merupakan bagian dari perayaan tersebut. Namun tahukah kita bahwa sesungguhnya perayaanIdulfitri yang kita kenal saat ini memiliki sejarah panjang yang menyertainya?

Imam Ibnu Katsir pernah menjabarkan bagaimana perayaan Idulfitri terjadi di masa Rasulullah s.a.w.

Dalam sebuah riwayat hadis shahih, Rasulullah pernah merayakan hari pertama Idulfitri dalam kondisi letih. Beliau bahkan sampai bersandar kepada Bilal bin Rabah dan menyampaikan khotbahnya.

Menyambut hari kemenangan dengan hal-hal positif memang sangat dianjurkan. Hal itu terbukti bagaimana antusiasnya Rasulullah s.a.w dalam menyambut Idulfitri, namun tentu saja beliau tidak menanggalkan syariat agama atau berlebih-lebihan atas sesuatu.

Jauh sebelum Islam datang, masyarakat jahiliyah Arab telah memiliki dua hari raya, yaitu hari raya Nairuz dan Mahrajan yang dirayakan dengan sambutan pesta pora yang tidak bermanfaat. Minum-minuman memabukkan, menari, adu ketangkasan termasuk salah satu ritual dalam perayaan kedua hari raya tersebut.

Berdasarkan buku Ensiklopedi Islam, kedua hari raya tersebut sejatinya berasal dari zaman Persia Kuno. Di kemudian hari, Rasulullah s.a.w mengganti kedua perayaan masyarakat Arab itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni hari raya Idulfitri dan Iduladha.

Dalam sejarah Islam, perayaan Idulfitri pertama kali diselenggarakan pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah. Waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Perang yang terjadi pada Ramadan itu dengan jumlah pasukan di sisi umat Muslim yang jauh lebih sedikit dibanding kaum kafir, nyatanya diganjar Allah dengan perayaan yang luar biasa indah dan penuh berkah: Idulfitri.

Sebagaimana kita ketahui, di kedua hari raya umat Muslim seperti Idulfitri dan Iduladha, setiap Muslim justru ditekankan untuk berbuat kebaikan dan kemaslahatan. Menjelang perayaan Idulfitri saja, umat Islam diwajibkan menunaikan zakat untuk dibagikan kepada para mustahik (orang-orang yang berhak menerima zakat).

Segala kebaikan yang tercurah dari jiwa-jiwa umat Muslim selama Ramadan, sejatinya sangat terasa pada hari raya Idulfitri bagi semua elemen. Sehingga bisa dikatakan, perayaan Idulfitri dapat melingkupi kebahagiaan bagi seluruh umat Muslim dari berbagai kalangan.

Pendek kata, hakikat perayaan Idulfitri sendiri sejatinya adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadan. Karenanya, umat Islam yang berhasil menjinakkan nafsu selama Ramadhan kembali fitrah dan layak untuk merayakannya dengan cara yang baik dan benar.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *