Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 10 November 2022

Mengenang 10 November 1945, Saat Bung Tomo Bakar Semangat para Pejuang dengan Pekik Allahu Akbar


islamindonesia.id – Setiap peringatan Hari Pahlawan pada 10 November, bangsa kita kembali diingatkan pada nama seorang tokoh pejuang asal Surabaya, Bung Tomo. Nama asli Bung Tomo adalah Sutomo. Ia merupakan putra asli Surabaya, yang lahir pada 3 Oktober 1920.

Bung Tomo dikenal sebagai seorang jurnalis dan pernah bekerja di berbagai surat kabar. Ia menjabat Wakil Pemimpin Redaksi Kantor Berita Domei di Surabaya pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.

Selain aktif bekerja di Kantor Berita Antara, yaitu kantor berita milik Pemerintah Indonesia pada 1945, Bung Tomo juga menjabat sebagai Ketua Umum Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI). Melalui BPRI, Bung Tomo selalu mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia.

Bung Tomo pernah diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi salah seorang pemimpin di TNI yang bertugas mengoordinasikan Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) di bidang informasi dan perlengkapan perang.

Pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Bung Tomo mendapatkan berita bahwa Sekutu mulai menembak dan bergerak di luar daerah pelabuhan. Dia pun menyerukan perang terhadap Sekutu.

Dalam Pemerintahan Presiden Soekarno, Bung Tomo menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Indonesia pada 12 Agustus 1955-24 Maret 1956. Bung Tomo juga dipercaya duduk sebagai Menteri Sosial pada 18 Januari 1956-24 Maret 1956.

Bung Tomo wafat tanggal 7 Oktober 1981. Tahun 2008, Pemerintah RI menetapkan Bung Tomo sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan bernomor 041/TK/Tahun 2008.

Pidato Bersejarah Bung Tomo pada 10 November 1945

Peristiwa heroik yang dilakukan oleh Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya atau Peristiwa 10 November 1945, dimulai dengan kedatangan Inggris dan Belanda pada 25 Oktober 1945.

Pasukan yang tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) merupakan bagian dari pasukan Sekutu yang memenangkan Perang Asia Timur Raya atas Jepang. Tujuan dari RAPWI adalah melakukan bantuan rehabilitasi tawanan perang dan adanya interniran dalam melucuti senjata tentara Jepang.

Pasukan Sekutu sebelumnya sudah mendarat di Jakarta pada 15 September 1945 atau kurang dari sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI dinyatakan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945.

Hari demi hari jelang pecahnya Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, Bung Tomo melantangkan orasi pembakar semangat melalui Radio Pemberontakan milik Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya.

Berikut ini isi pidato Bung Tomo ketika membakar semangat para pejuang untuk mengusir tentara Inggris dalam perang 10 November 1945.

Bismillahirrohmanirrohim..

Merdeka!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk Kota Surabaya.

Kita semuanya telah mengetahui. Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.

Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangan tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

Saudara-saudara,

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Di dalam pasukan mereka masing-masing. Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.

Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.

Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka (pasukan musuh –red) itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik… Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara. Dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri. Dan setelah kuat, sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara kita semuanya.

Kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya, ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini tentara Inggris. Ini jawaban kita.

Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris! Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.

Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.

Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu.

Tuntutan itu, walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita.

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih. Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapa pun juga.

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah, keadaan genting! Tetapi saya peringatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak. Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka.

Itulah, kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita… Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara,

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!!!

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *