Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 26 March 2023

Kisah Ketum Muhammadiyah Salah Masuk Masjid Warga NU


islamindonesia.id – Sejatinya umat Islam bersaudara, baik dari Muhammadiyah maupun NU, atau ormas Islam lainnya. Karena itu, para ulama di Indonesia sejak dahulu saling menghormati dan menghargai meski terkadang ada khilafiyah atau perbedaan pandangan di antara mereka. Salah satu contohnya adalah kisah Ketua Umum PP Muhammadiyah, almarhum KH Abdur Rozaq Fachruddin atau lebih dikenal dengan sapaan Pak AR, yang pernah menjadi imam tarawih warga NU, gara-gara salah masuk masjid.

Cerita bermula saat Pak AR diundang untuk mengisi ceramah di masjid yang dibina warga Muhammadiyah di Ponorogo, Jawa Timur. Namun, Pak AR salah masuk ke masjid yang diurus warga NU karena nama masjidnya sama: Masjid At-Taqwa.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan. Pak AR saat itu diundang mengisi ceramah di pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah. Namun Pak AR masuk ke masjid berbeda yang memiliki nama sama, yakni Masjid At-Taqwa yang ternyata milik warga NU. Kebetulan saat itu masjid tersebut juga sedang menggelar pengajian.

Seperti dilansir Muhammadiyah.or.id, meski orang Muhammadiyah, Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Meski salah masuk masjid, Pak AR pun mengikuti pengajian dan tidak beranjak pergi. Saat panitia yang juga warga Muhammadiyah menyusul, Pak AR meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai.

Setelah pengajian selesai, sahabat KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu ternyata tidak diperkenankan pulang oleh pengurus Masjid At-Taqwa milik NU. Pak AR justru dipaksa menjadi imam Shalat Tarawih dan beliau segera menyanggupi permintaan tersebut.

Sebelum memimpin shalat, Pak AR bertanya kepada jemaah di masjid NU mau berapa rakaat. Jamaah pun sepakat Shalat Tarawih 23 rakaat sesuai tradisi NU.

Pak AR ternyata tetap mengimami Shalat Tarawih dengan tradisi Muhammadiyah, tumakninah, menikmati setiap rukun, dan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an secara tartil. Akibatnya tentu saja waktu shalat pun melebihi batas kebiasaan shalat di masjid tersebut.

Baru delapan rakaat, Shalat Tarawih yang diimami Pak AR sudah melebihi waktu tarawih NU 23 rakaat. Sebelum melanjutkan, Pak AR pun membalikkan badan dan kembali bertanya kepada jemaah.

“Dos pundi Bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir?” (Bagaimana Bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?)

Sontak semua jemaah NU itu serempak menjawab, “Sholat witir mawon (Shalat witir saja),” jawab jemaah sambil tertawa.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *