Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 10 November 2021

Kerja Keras Cari Nafkah itu Jihad di Jalan Allah, Bukan Bentuk Cinta Dunia


islamindonesia.id – Dalam salah satu hadis disebutkan, “Memangnya (yang tergolong) berjihad di jalan Allah itu hanya (mereka) yang terbunuh (dalam perang) saja? Siapa yang bekerja untuk menghidupi orang tuanya, maka dia berjihad di jalan Allah, siapa yang berkerja menghidupi keluarganya maka dia berjihad di jalan Allah, tapi siapa yang bekerja untuk bermewah-mewahan (memperbanyak harta) maka dia berada di jalan thaghut.” (HR. Thabrani)

Merenungi makna jihad di jalan Allah sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas, maka setiap Muslim sudah seharusnya tidak perlu minder dan malu jika banyak menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah. Selama dalam koridor pekerjaan halal dan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sungguh hal ini bisa termasuk jihad di jalan Allah.

Sayangnya, banyak yang salah paham mengenai hal ini, sehingga menganggap bekerja keras sebagai bentuk cinta dunia. Tentu saja hal ini bisa dibenarkan jika hasil jerih payah pekerjaan kita hanya habis untuk berfoya-foya dan bermaksiat kepada Allah.

Akan tetapi jika kita menggunakan hasil kerja untuk memberi makan anak-istri, orangtua, karib kerabat, serta menjadikan keluarga kita terjauh dari sifat meminta-minta dan mengemis kepada orang lain, sungguh bekerja merupakan hal yang mulia.

Ketika bekerja, tentu saja kita mendayagunakan segala keterampilan yang dimiliki untuk memberi manfaat, minimal bermanfaat untuk perusahaan tempat kita bekerja. Namun jangan berhenti sampai di sana, bekerjalah dengan kontribusi terbaik, bekerja sepenuh hati bukan sekadar sepenuh gaji, karena sesungguhnya Allah menyukai hamba-Nya yang profesional dan bekerja keras dengan keterampilan yang dimiliki tersebut.

“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad)

Dalam Islam, mencari nafkah yang halal merupakan salah satu kewajiban setiap Muslim, sebagaimana shalat 5 waktu, berpuasa dan berzakat.

“Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dll).” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Maka amatlah tercela bahkan zalim orang yang tidak mau bekerja mencari nafkah dengan alasan agar dapat banyak beribadah kepada Allah, lebih leluasa mengikuti berbagai pengajian, forum zikir, dan lain sebagainya, sehingga nafkah untuk keluarganya justru terbengkalai. Padahal nafkah yang diberikan untuk keluarga sendiri terhitung sebagai ibadah sedekah meski hanya berupa suapan makanan untuk istri dan anak, yang hal ini bisa memancing keridhaan Allah kepada diri kita.

“Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau berikan kepada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau berikan kepada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau berikan kepada pembantumu, itu juga termasuk sedekah.” (HR. Ahmad). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini hasan.

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin menjelaskan mengenai pahala sedekah untuk keluarga, “Sebagian orang tatkala bersedekah untuk fakir miskin atau yang lainnya maka mereka merasa bahwa mereka telah mengamalkan amalan yang mulia dan menganggap sedekah yang mereka keluarkan itu sangat berarti. Adapun tatkala mengeluarkan harta mereka untuk memberi nafkah kepada keluarganya maka seakan-akan perbuatan mereka itu kurang berarti, padahal memberi nafkah kepada keluarga hukumnya wajib dan bersedekah kepada fakir miskin hukumnya Sunah. Dan Allah lebih mencintai amalan wajib daripada amalan Sunah.” (Sebagaimana penjelasan beliau dalam Riyadhus Shalihin)

Selain memperoleh pahala yang amat dahsyat, bekerja susah payah mencari nafkah pun dapat menghapus dosa yang tak dapat terhapus oleh amalan wajib lainnya. Lantas apakah yang menghalangi kita untuk bekerja sebaik-baiknya sebagai bukti jihad di jalan Allah?

“Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

Jadi, nikmatilah lelahnya mencari nafkah untuk keluarga, mudah-mudahan Allah meridhai setiap langkah yang kita tapaki, setiap keringat yang jatuh, setiap pikiran, dan setiap kelelahan sendi tubuh yang kita rasakan saat bekerja. Dengan begitu insya Allah, Allah akan memberikan pahala bagi orang yang mencari nafkah.

“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *