Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 27 May 2023

Doa Nabi Khidir untuk Kelancaran Rezeki dan Dikabulkan Segala Hajat


islamindonesia.id – Tidak hanya bekerja keras, dalam usaha untuk meraih sesuatu yang diimpikan juga sangat dianjurkan untuk dibarengi dengan doa dan zikir kepada Allah SWT. Hal tersebut lantaran rezeki yang baik diperoleh atas izin dan ridha-Nya.

Salah satu doa setelah shalat yang dapat dipanjatkan yaitu doa Nabi Khidir untuk mengabulkan segala hajat. Nabi Khidir merupakan nabi utusan Allah SWT yang disebutkan secara implisit dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 60 -65 dan ayat 82. Namun, tidak termasuk dalam 25 Nabi dan Rasul yang kita kenal.

Selain itu, doa Nabi Khidir diyakini dibaca untuk menghilangkan kesulitan dan penderitaan. Seperti yang diketahui bahwasanya setiap manusia dalam hidupnya tidak selalu merasakan bahagia.

Ada kalanya manusia mendapatkan kesulitan dan penderitaan sebagai ujian dari Allah SWT. Setiap ujian dan cobaan yang diberikan tersebut tentu mempunyai tujuan. Jadi, kita sebagai manusia hendaknya selalu bersiap untuk menghadapinya.

Untuk menghadapi segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kita harus menjalaninya dengan kesabaran, doa serta perjuangan untuk bertahan. Seperti membaca doa Nabi Khidir yang akan diberikan. Musibah yang menimpa tersebut juga belum tentu menjadi azab karena kita melakukan dosa. Ada kemungkinan hal tersebut merupakan ujian yang diberikan untuk mengangkat derajat kita sebagai manusia untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi di mata Allah SWT.

Sifat dan kepribadian baik Nabi Khidir diceritakan dalam Al-Qur’an dan hadis. Salah satu amalan yang rutin dikerjakan Nabi Khidir yaitu doa dan dzikir.

Berikut doa Nabi Khidir untuk memohon agar dilancarkan rezeki dan dikabulkan segala hajat, dibaca  setelah shalat maghrib atau subuh.

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallim.

Allahumma kamaa lathafta fii ‘azhamatika duunalluthafaa, wa ‘alawta bi’ azhamatika alal ‘uzhamaa, wa ‘alimta maa tahta ardhika ka’ilmika bimaa fauqa ‘arsyika, wa kaanat wasaawisusshuduuri kal’alaaniyyati ‘indaka, wa ‘alaaniyyatulqauli kassirri fii ‘ilmika, wanqaada kullu syai-in li ‘azhamatika, wa khadha’a kullu dzi sulthaanin li sulthaanika, wa shaara amruddunya wal aakhirati kulluhu biyadika.

Ij’al lii min kulli hammin ashbahtu aw amsaiytu fiihi farajan wa makhrajaa, Allahumma inna ‘afwaka ‘an dzunuubiy, wa tajaawazaka ‘an khathii’athiu, wa sitraka alaa qabiihi a’maaliy, athmi’niy an as-aluka maa laa astawjibuhu minka mimma washhartu fiihi, ad’uuka aaminan, wa as aluka musta ‘anisaa.

Wa innakalmuhsinu ilayya, wa analmusii’u ilaa nafsiy fiima bayniy wa bainika, tata waddadu ilayya bini’matika, wa atabagghadhu ilaika bilma’ashiy, walakinnatsiqata bika hamalatniy ‘alal Jaraa-ati ‘alaika, fa’ud bifadhlika wa ihsaanika ‘alayya. Innaka antattawaaburrahiim, wa shallallahu alaa Sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Artinya: “Ya Allah, sebagaimana Engkau bersikap lemah lembut dalam keagungan-Mu melebihi segala yang lemah lembut, dan Engkau Maha Tinggi dengan keagungan-Mu atas segala yang agung, dan Engkau Maha Mengetahui apa yang ada di dalam bumi-Mu sebagaimana Engkau mengetahui apa yang ada di atas ‘arsy-Mu, dan bisikan hati di sisi-Mu sama seperti ucapan terang-terangan, dan ucapan terang-terangan sama di sisi-Mu dengan bisikan hati, dan tunduklah segala sesuatu kepada keagungan-Mu, dan merendahlah segala yang memiliki kekuasaan kepada kekuasaan-Mu, dan jadilah perjara dunia dan akhirat berada di tangan-Mu, jadikanlah bagiku dari segala keluh kesah yang menimpaku pada sore atau pagi hari kelapangan dan jalan keluar darinya”.

“Ya Allah sesungguhnya kemaafan-Mu atas dosa-dosaku, dan penghapusan-Mu atas semua kesalahanku, dan penutupan-Mu atas perbuatan burukku, kesemuanya itu mendorongku untuk memohon kepada-Mu apa-apa yang aku tak pantas menerimanya dari apa-apa yang aku teledor padanya, aku memohon kepada-Mu dalam keadaan aman, dan aku meminta kepada-Mu dengan keadaan rasa senang hati, sedangkan Engkau adalah selalu berbuat baik kepadku, dan aku selalu berbuat jahat terhadap diriku sendiri dalam masalah yang menyangkut hubungan aku dengan Engkau”.

“Engkau selalu membuatku menyayangi-Mu dengan senantiasa memberi nikmat-Mu kepadaku meskipun Engkau tidak membutuhkan aku, dan aku selalu membuat-Mu murka dengan bermaksiat kepada-Mu, akan tetapi kepercayaanku kepada-Mu membawaku untuk berani (memohon) kepada-Mu, maka jenguklah aku dengan karunia dan kebaikan-Mu kepadaku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang.”

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *