Satu Islam Untuk Semua

Monday, 29 July 2019

Tasawuf – Nasihat Rabiah al-Adawiyah untuk Hasan al-Basri


islamindonesia.id – Nasihat Rabiah al-Adawiyah untuk Hasan al-Basri

Rabiah al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita pertama yang melegenda. Dia dilahirkan di Basra, Iraq, pada era Dinasti Abbasiyah berkuasa. Ada beberapa versi tentang tahun kelahirannya, di antaranya ada yang menyebut tahun 717 M, sementara versi lain mengatakan pada tahun 752 M.

Dalam banyak kisah Rabiah seringkali digambarkan bertemu dengan Hasan al-Basri, salah satu sahabat Nabi yang disebut-sebut sebagai Bapak Sufi Dunia, yang lahir pada tahun 642 M. Meskipun tentu saja, apabila diperhatikan, sebenarnya usia mereka terpaut cukup jauh.

Kisah di bawah ini adalah kisah yang dikutip dari kitab Tadhkirat al-Auliya karya Farid al-Din Attar (1145-1221 M):

Karamah

Suatu hari Hasan melihat Rabiah ketika dia sedang berada di dekat sebuah danau. Sambil melemparkan sajadahnya ke atas permukaan air, dia memanggil, “Rabiah, ke sini! Mari kita shalat dua rakaat di atasnya!”

“Hasan,” jawab Rabiah, “ketika engkau memperlihatkan karamahmu di depan orang-orang, semestinya itu adalah sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun.”

Rabiah kemudian melemparkan sajadahnya ke udara, dan dia naik ke atasnya.

“Kemarilah Hasan, di mana orang-orang dapat melihat kita!” serunya.

Hasan, yang belum mencapai tingkatan seperti itu, tidak dapat berkata apa-apa. Rabiah berusaha menghiburnya.

“Hasan,” katanya, “Apa yang engkau lakukan juga dilakukan ikan, dan apa yang kulakukan juga dilakukan lalat. Urusan yang sebenarnya berada di luar kedua karamah ini. Seseorang harus menetapkan dirinya sendiri ke urusan yang lebih nyata.”

Jari yang Bercahaya

Suatu malam, Hasan dengan dua atau tiga temannya pergi mengunjungi Rabiah. Rabiah tidak memiliki lentera. Hasan dan kawan-kawannya berpikir alangkah lebih baiknya jika di sana ada cahaya.

Rabiah kemudian meniup jarinya, dan sejak malam itu hingga subuh, jari Rabiah bersinar seperti lentera, dan mereka dapat duduk bersama dengan disinari oleh cahaya.

Rabiah lalu berkata, “Jika ada yang bertanya, ‘Bagaimana ini bisa terjadi?’ Aku akan menjawab, ‘Sama seperti tangan Musa.’ Jika mereka keberatan dan menyanggah, ‘Tetapi Musa adalah seorang nabi,’ aku akan menjawab, ‘Siapa pun yang mengikuti jejak Nabi dapat memiliki setitik kenabian.’

“Seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi sendiri, ‘Barangsiapa yang menolak hal-hal yang tidak berarti dari sesuatu yang haram, (maka dia) telah mencapai tingkat kenabian.’ Nabi juga berkata, ‘Mimpi yang benar adalah satu perempat puluh dari kenabian.’.”

PH/IslamIndonesia/Sumber: Farid al-Din Attar, Muslim Saints and Mystics (Tadhkirat al-Auliya’), (Omphaloskepsis: Iowa, 2000), hlm 29/Foto Fitur: lowlem/photographica.ir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *