Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 16 February 2017

TASAWUF – Dunia adalah Simulasi Akhirat


islamindonesia.id – Tasawuf – Dunia adalah Simulasi Akhirat

 

Dalam Alquran, kehidupan dunia ini digambarkan sebagai permainan dan senda gurau. Allah berfirman, Sesungguhnya dunia adalah main-main dan senda gurau. (QS. Muhammad: 36).

Allah juga berfirman, Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. dan sesunguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan telah dimasukan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan (sesaat) yang memperdayakan mataalghurur). (QS Ali ‘Imran: 185)

Dalam ayat lain, Allah berfirman, Sesungguhnya kehidupan dunia ini tidak lain kecuali senda gurau dan main-main dan sesungguhnya kampung akhirat itu yang benar-benar kehidupan (hayawan). (QS. al-‘Ankabut: 64)

Dari ayat-ayat di atas dan puluhan ayat serupa lainnya tampak bahwa Alquran menjelaskan kehidupan dunia ini dengan sifat-sifat yang merendahkan, meremehkan dan mengecilkan visavis kehidupan akhirat. Kata dunya itu sendiri mempunyai konotasi rendahan dan bawahan, sementara akhirah senantiasa diasosiasikan dengan kesempurnaan dan kelebihan.

Allah berfirman, Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan akhirat? Padahal kesenangan kehidupan dunia dibanding akhirat hanyalah sedikit. (QS at – Taubah: 38)

Dalam ayat lain, Allah berfirman, Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (QS. al-Israa: 21)

Pertanyaannya ialah mengapa Allah memerikan kehidupan dunia sebagai hina, rendah, mainan dan gurauan? Menurut para sufi, tujuan penciptaan alam semesta ini mustahil hanya terbatas pada kehidupan dunia.

Kehidupan dunia hanyalah sebuah awal atau tahap untuk memasuki kehidupan akhirat. Hukum-hukum kehidupan ini dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan posisinya sebagai ladang untuk kehidupan yang lebih besar.

Rasullulah Saw bersabda: ” Dunia adaah ladang bagi akhirat”.

Jadi dunia adalah persiapan untuk menuju kepada kehidupan yang sejati. Penyifatan dan penggambaran kehidupan dunia sebagai mainan atau gurauan adalah untuk menunjukkan bahwa akhirat adalah kehidupan yang sejati.

Karena, semua mainan arau gurauan dirancang untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak dapat diungkapkan secara sebenar-benarnya.

Ambillah contoh permainan catur. Bila dilihat pada dirinya sendiri, kekalahan dan kemenangan yang terjadi dalam permainan catur tidaklah mengandung arti apa-apa.

Raja, ratu, dan pion-pion yang gugur didalamnya juga tidak berdampak apa-apa bagi kehidupan seseorang. Namun demikian, bila permainan ini kita lihat sebagai sebuah latihan keterampilan dan simulasi untuk strategi perang, walaupun ia adalah suatu permainan, tapi mengingat penting dan gentingnya tujuan yang ada di balik permainan tersebut, kita tidak bisa menganggapnya sbagai sekadar permainan.

Dengan begitu, Alquran ingin mengatakan bahwa kehidupan dunia bukanlah tujuan. dan bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat, maka ia hanyalah suatu permainan. Sebaliknya, bagi yang melihat kehidupan fisikal yang serba terbatas ini memiliki tujuan yang lebih besar – meskipun tetaplah suatu simulasi dan permainan dibanding dengan kehidupan sesungguhnya, yaitu akhirat – maka kehidupan ini mesti dijalankan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati.

Oleh sebab itu, para ahli makrifat meyakini bahwa surga dan neraka adalah sisi batin dari kehidupan dunia. Di sanalah segala akibat dari perbuatan baik dan jahat manusia terungkapkan acara aktual dan hakiki.

Di sanalah segala sesuatunya akan disingkapkan oleh Allah, dan batasan-batasan ruang-waktu dihilangkan agar segala sebab bisa menghasilkan akibatnya yang sejati dan sempurna. Di sanalah Allah akan membuka katup pemisah antara alam zhahir dan alam bhatin, sehingga dampak-dampak amalan lahiriah dan empiris kita akan terdedahkan secara abadi dan hakiki.

Para ahli makrifat mengungkapkan bahwa akhirat adalah wadah bagi tajassum al-A’mal (aktualisasi perbuatan), wadah bagi efek-efek perbuatan kita berevolusi secara kekal.

Allah mengatur kehidupan akhirat, sebagaimana kita pahami dari ayat-ayat Alquran, sedemikian sehingga ia bisa menampung semua efek perbuatan kita secara utuh. Hal ini lantaran dunia ini bersifat terbatasi oleh ruang dan waktu, sehingga ia tidak sanggup menampung seluruh dampak dan bekas perbuatan baik maupun jahat kita secara utuh dan sempurna.

Oleh sebab itu Allah menyifati hari akhirat dengan hari pengungkapan segala rahasia, hari penyingkapan, hari penghitungan, hari penyerahan catatan, hari penyiksaan, hari pemberian nikmat dan pahala, dan sebagainya.

Pada hari yang demikian itulah seluruh bekas dan efek perbuatan amal kita di dunia ini dihadirkan dan diwujudkan secara sungguhan dan benar, tidak lagi secara main-main dan senda gurau.

Allah berfirman, Tetapi kalian (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (QS. al-‘Ala: 16-17)

Allah berfirman, Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari segala rahasia dinampakkan (QS. ath-Thariq: 8-9)

Allah berfirman, Dan (ingatlah pada) hari manakala orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, dikatakan kepada mereka): “Bukankah (azab) ini benar-benar adanya?” Mereka menjawab: “Ya benar, demi Tuhan kami.” Allah bertitah: Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar.” (QS. al-Ahqaf: 34)

Dalam ayat lain, Allah berfirman, Di tempat itu, tiap-tiap diri akan merasakan pembalasan (akibat) atas segala yang telah dikerjakannya dahulu, dan mereka dikembalikan kepada Allah Penguasa mereka yang sebenarnya, dan pada saat itu) lenyaplah dari mereka segala yang mereka ada-adakan. (QS. Yunus: 30)

 

MK/YS/islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *