Satu Islam Untuk Semua

Friday, 31 March 2017

TASAWUF – Akibat Lalai dengan Dosa Diri Sendiri


islamindonesia.id – TASAWUF – Akibat Lalai dengan Dosa Diri Sendiri

 

Di antara manfaat introspeksi diri ialah apabila seseorang mengetahui kesalahan-kesalahannya, dia langsung membenahinya dan tidak membiarkan bekas-bekasnya melekat dalam jiwanya. Jika tidak memperhitungkan dirinya, manusia takkan tahu berapa banyak sudah dosanya.

Apabila ia tidak menyadari dosa-dosanya, maka dosa-dosanya itu akan membekas dalam jiwanya dan dengan setiap dosa di hatinya tercipta titik hitam. Hingga dengan bertambahnya dosa-dosa, kehitaman menutupi hatinya sehingga tak tersisa satupun titik yang bercahaya.

Titik hitam inilah yang diterangkan dalam sebagian riwayat, di antaranya “Setiap kali seseorang berbuat dosa, maka muncullah titik hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat maka terhapus titik hitam itu. Jika berbuat dosa di atasnya, maka kehitaman itu bertambah hingga meliputi hatinya, dan dia takkan beruntung selamanya.

Jika introspeksi diri tidak dilakukan, maka tanpa disadarinya, bekas-bekas nyata dan apa yang timbul dari dosa tidak hilang dan hatinya menjadi hitam. Seperti orang yang mengenakan baju putih yang kemudian terkena noda-noda dan tidak melihat kalau bajunya telah ternodai.

Jelas dengan bertambahnya noda-noda, baju itu kotor dan tak sedap dipandang. Tetapi dia lalai dan tak tahu karena tidak melihatnya.

Cela dan kerugian terbesar meninggalkan introspeksi diri ialah bekas-bekas dosa melekat dalam jiwa dan hari demi hari keadaannya semakin nista, semakin gelap, dan semakin jauh dari Allah Swt. Sementara dia tidak menyadarinya, dan malah berpikir bahwa dirinya orang baik-baik.

Dia berbangga diri dengan mengatakan, “aku begini dan begitu.” Padahal kenyataannya, setiap hari dia jatuh semakin jauh dan tenggelam dalam jurang kesengsaraan.

Allah Swt berfirman: Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Dalam ayat tersebut, sia-sianya usaha disebut kehilangan. Seperti orang kehilangan jalan sehingga tak sampai pada tujuan. Terkadang seseorang mengalami  kerugian dalam usaha dikarenakan tidak berpengalaman dalam pekerjaan, atau tidak mengetahui jalan atau faktor-faktor yang tidak diinginkan.

Ada harapan kerugian ini sirna. Karena berharap dirinya sadar soal apa yang merugikan, dia kembali berusaha dan meraih kembali apa yang hilang dan membenahi yang sudah-sudah.

Namun adakalanya seseorang mengalami kerugian tetapi menganggap memperoleh keuntungan. Bahaya baginya karena merasa yakin, hanya keuntungan yang dia peroleh. Inilah kerugian paling buruk, di mana tak ada harapan akan terhapusnya kerugian.

Tugas manusia di dunia ini hanyalah berusaha untuk meraih kebahagiaan, dan hendaklah cuma itu keinginannya. Jika dia berjalan di atas jalan kebenaran dan mencapai tujuan, maka dia telah sampai pada kebahagiaan hakiki.

Jika menyimpang dari jalan itu dan menyadari penyimpangan dan kekeliruannya, berarti dia telah melihat adanya kerugian dalam usahanya dan ada harapan akan keselamatan dirinya. Namun jika menyimpang dari kebenaran dan sampai pada kebatilan sementara dia tetap bersikukuh melangkah di atasnya meski sirna kebenaran tampak di hadapannya, maka jiwanya tertutupi suatu tabir dan terbelenggu kebanggaan diri dan fanatisme jahiliyah.

Nah, pribadi ini adalah orang yang paling merugi dalam usaha dan upayanya. Karena tak ada harapan bahwa kerugiannya itu bakal sirna dan tak berharap sampai pada kebahagiaan.

Melihat salah satu manfaat introspeksi diri adalah menyadari kesalahan-kesalahan dan berusaha menghapusnya, tak membiarkan bekas-bekas yang ditimbulkan dosa melekat dalam jiwa. Kelak di hari kiamat, dia takkan mengalami kesulitan dan dalam perhitungan amal perbuatannya, tidak akan malu dan menyesal.

Hakikat ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw dengan dua hal, yaitu: prasyarat dan konsekuensi. “Perhitungkanlah dirimu sebelum kamu diperhitungkan, karena perhitungan amal perbuatan (muhasabah) akan mempermudah perhitungan amal manusia di hari kiamat kelak.

Memperhitungkan amal perbuatan di dunia akan mempermudah perhitungan di hari kiamat. Jika seseorang melakukan perhitungan terhadap amal perbuatannya dan berusaha membenahi kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangannya, maka menjadi mudah baginya melakukan perhitungan di hari kiamat. Jika tidak melakukannya, dosa-dosa akan bertumpuk-tumpuk dan menyebabkan kesengsaraan-kesengsaraan pada hari kiamat.

Kemudian Rasulullah Saw melanjutkan, “Dan timbanglah dirimu untuk diajukan ke hadapan Allah Swt, di mana pada hari itu tak ada satupun yang rahasia bagi Allah Swt.”

Timbangan amal perbuatan merupakan akidah kita, dan kita yakin bahwa pada hari kiamat, wadah amal baik dan buruk kita akan ditimbang (mana yang lebih berat di antara keduanya).

Jadi jika kita melakukan penimbangan terhadap amal perbuatan kita dan ternyata dosa-dosa yang lebih berat, maka kita harus berusaha mengurangi beban tersebut. Jika kita tidak melakukannya, tidak menimbang dosa-dosa dan tidak mengetahui dampak-dampaknya dalam jiwa, kelak kita akan hadir untuk ditimbang dan saat itu kita menyesal (selamanya).[]

 

MY/YS/ islam indonesia/ Zikir, 2008

One response to “TASAWUF – Akibat Lalai dengan Dosa Diri Sendiri”

  1. Cak em says:

    Terima kasih sudah berbagi dan mengingatkan. karena terlalu sibuk dengan melihat dan mencari kesalahan oranh lain kita lupa dengan kesalahan diri dan kelalaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *