Satu Islam Untuk Semua

Friday, 24 March 2017

RENUNGAN JUMAT – Waktu Terbaik Berzikir


islamindonesia.id – RENUNGAN JUMAT – Waktu Terbaik Berzikir

 

Terkadang sebagian pelajar dan siswa mengeluhkan perihal pecahnya berkonsentrasi saat belajar. Kemudian mereka meminta bantuan kepada guru atau teman untuk menemukan cara berkonsentrasi.

Pabila seseorang konsentrasi saat belajar, maka dia akan lebih banyak memahami materi yang dipelajari dan mampu memanfaatkan banyak kesempatan dengan baik. Di antara saran yang dianjurkan demi meraih konsentrasi adalah meningkatkan wawasan dan kegemaran belajar.

Demikian pula, memilih lingkungan sepi dan tenang yang terjauhkan dari faktor-faktor yang merusak konsentrasi belajar. Saran seperti ini sangat manjur.

Mereka juga dipesan untuk tekun berlatih secara bertahap supaya pikiran dan perhatian mereka hanya tertuju pada pelajaran di saat mengkaji sebuah buku seraya memalingkan perhatian dari sesuatu yang lain.

Sekaitan dengan salat, zikir, dan perhatian pekada Allah Swt, terlontar pertanyaan, “Apa yang harus kita lakukan agar hati kita hadir saat salat dan membaca zikir, serta perhatian kita hanya tertuju pada Allah Swt?”

Jawabnya, pada tahap pertama kita harus berusaha menentukan waktu yang terbaik untuk salat, ibadah, dan zikir kepada Allah Swt. Kita harus mengisi waktu-waktu tertentu dengan zikir dan ibadah, supaya kita memiliki aktivitas yang cukup dan kesiapan yang lebih banyak untuk beribadah, dan tubuh kita dalam kondisi stabil.

Keadaan setelah makan dan perut kenyang atau saat lapat dan badan lemas, juga keadaan lelah tak ada bergairah dan kurang tenang, bukanlah waktu yang tepat untuk beribadah dan berzikir kepada Allah Swt. Di sepanjang waktu di mana umumnya sibuk melakukan aktivitas, rutinitas, dan tugas,  seorang tak punya kesiapan yang cukup untuk melaksanakan ibadah.

Saat istirahat selepas zuhur dan usai melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan waktu magrib, khususnya waktu menjelang subuh dan antara dua terbit (fajar dan mentari) adalah saat yang tepat untuk melaksanakan ibadah dan zikir.

Al-Qur’an mengisyaratkan sebaik-baik waktu bertasbih dan beribadah kepada Allah:

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”.

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya, san bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang”.

Memilih tempat khalwat (menyepi) juga berpengaruh dalam memperkuat kehadiran hati di saat beribadah dan berzikir. Meskipun zikir kepada Allah Swt selalu baik, tetapi dalam riwayat-riwayat dianjurkan dalam masalah khalwat dan berkomunikasi dengan Allah Swt, jauh dari pandangan orang lain.

Dalam hadis qudsi, Allah Swt berfirman kepada Nabi Isa as, “Hai Isa, lembutkan hatimu untuk-Ku dan perbanyaklah mengingat-Ku di saat sendiri”.

Anjuran beribadah di saat sendiri dan sepi lebih dikarenakan keberasaan banyak orang dan suasana ramai akan menyulitkan konsentrasi yang lazim untuk perhatian kepada Allah Swt. Suasana ramai san bising menghalangi konsentrasi panca indera dan kehadiran hati dalam beribadah dan berzikir kepada Allah Swt.

Disamping itu, boleh jadi kecenderungan manusia menjadi tidak normal dan tercemari sifat riya (pamer) dan bangga diri. Usai bekerja dan terlepas dari lingkungan ramai, seseorang dapat memikirkan dirinya, tertuju kepada Allah Swt, dan melaksanakan ibadah dengan kehadiran hati yang lebih fokus.

Walaupun Tuhan tak jauh dari kita dan Dia lebih dekat dengan kita dari siapa dan apapun, dalam Al-Qur’an dikatakan: “dan Kami lebih dekat kapadanya daripada urat lehernya”.

Adapun supaya keakraban dengan Allah Swt tercapai, kita harus menjalin hubungan dengan-Nya dari lubuk hati. Pada mulanya kita tidak merasa akrab dengan Allah Swt. Seseorang yang merasa tak akrab dan asing dengan Allah Swt, sulit menjalin hubungan dan perhatian yang dalam kepada Allah Swt.

Namun setelah berulang-ulang tertuju dan ingat kepada Allah Swt, selalu menjalin hubungan dengan-Nya, dia akan merasa kenal dan akrab dengan-Nya kemudian tahu tentang betapa lezatnya keakraban dengan Allah Swt.

Kadangkala keakraban ini sampai pada batas, selain melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Allah, dia harus menyelesaikan tugas-tugas dan rutinitasnya sehari-hari, dia takkan berpaling dari bermesraan berdialog dengan Sang Kekasih.

Meskipun Al-Qur’an umumnya berkaitan dengan penjelasan dasar-dasar dan konsep-konsep universal, bukan konsep-konsep partikular dan rincian-rincian program karena penjelasannya di atas pundak Rasulullah Saw, tetapi dalam masalah ibadah dan munajat dengan Allah Swt, Al-Qur’an pun menyinggung masalah-masalah partikular dan menegaskannya.

Di satu kesempatan dikatakan: “Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).

Pada kesempatan lain dikatakan:

Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.

Hendaknya kita tidak menyepelekan dan mengabaikan masalah ini. Al-Qur’an menjelaskan waktu dan tempat, juga menegaskan jenis ibadah seperti tasbih dan bersujud, dikarenakan perannya yang membangun dan dampaknya yang dalam dan mendasar bagi kesempurnaan spiritual manusia.

Seandainya tidak begitu, penekanan Al-Qur’an terhadapnya takkan sampai sedemikian. Penekanannya ialah kita harus memperhatikan etika tersebut dan dikarenakan sunah maka hendaklah kita tidak meninggalkannya dan tidak mengatakan, “Tugas-tugas yang wajib saja tidak kami kerjakan dengan benar, apalagi yang sunah-sunah dan melakukan sujud yang panjang.”[]

 

YS/ Islam Indonesia/ Zikir, 2008

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *