Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 12 February 2023

Pandangan Imam Al Ghazali tentang Keistimewaan Sujud


islamindonesia.id – Imam Al-Ghazali menjelaskan kedekatan Allah dan hamba-Nya pada saat sujud sebagaimana keterangan dalam hadis Nabi Muhammad s.a.w riwayat HR Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Imam Al-Ghazali mengutip Al-Qur’an dan hadis yang menyebutkan hubungan sujud dan kedekatan antara Tuhan dan hamba-Nya.

Imam Al-Ghazali mengutip ayat Al-Qur’an: “Sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” (QS. Al-Alaq:19)

Selain itu, Imam Al-Ghazali juga mengutip hadis riwayat HR Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i:  “Dari Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w bersabda, ‘Momentum terdekat seorang hamba dan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa saat itu.’” (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i)

Sujud merupakan ibadah istimewa. Sujud merupakan bentuk ketaatan paling nyata kepada Allah. Sujud ini pula (meski bentuknya berbeda) yang membedakan hamba yang taat, yaitu malaikat dan hamba durhaka, yaitu Iblis.

Allah membuka momentum kedekatan dengan hamba-Nya terutama pada saat mereka melakukan sujud.

Allah memberikan rahmat-Nya paling dekat saat hamba-Nya tengah bersujud. Kedekatan Allah ini dapat dirasakan oleh hamba-Nya sebagaimana penjelasan Imam Al-Ghazali: “Orang yang bersujud ketika dicicipkan kepadanya rasa manisnya sujud akan merasa dekat dengan Allah. Dengan sujudnya, ia melipat hamparan jarak alam raya. Dengan demikian ia bersujud di atas hamparan salah satu sudut keagungan Allah sehingga ia menjadi dekat.” (Imam Al-Ghazali, Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatus Salikin, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 87).

Imam Al-Ghazali memaknai sujud sebagai ibadah istimewa yang menghapus “jarak” antara Allah dan hamba-Nya.

Imam Al-Ghazali menganalogikan sujud dengan lorong waktu dan tempat yang “mendekatkan” Allah (Yang Mahasuci dari tempat dan waktu) dan hamba-Nya.

Keistimewaan sujud ini yang juga membuat ibadah shalat menjadi istimewa. Dengan keistimewaan ini, tidak heran kalau Rasulullah s.a.w menjadikan ibadah shalat sebagai puncak kesenangan dan kebahagiannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah yang mengatakan shalat sebagai kesenangannya karena shalat menjadi penyambung dirinya dan Allah SWT, momentum munajat, dan jalan pengangkatan derajat.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *