Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 22 January 2022

‘Menemukan Tuhan’ dalam Keterasingan dan Kesendirian


islamindonesia.id – Salah seorang cucu Nabi, Imam Musa al-Kazhim mengatakan, “Menoleransi kesendirian dan kesepian adalah tanda kecerdasan seseorang… Karena Tuhan adalah teman akrab dan pendamping mereka dalam keterasingan dan kehancuran.”

Membaca kutipan ini ketika saya masih muda dulu, saya membayangkan bagaimana nasib seseorang yang memiliki sedikit teman, atau banyak teman tapi tinggalnya saling berjauhan. Namun kini, ketika memasuki usia paruh baya, saya menyadari bahwa kesepian bukanlah akibat atau dampak dari siapa atau apa yang mengelilingi kita, melainkan kesadaran bahwa ada hal-hal dalam hidup yang memang harus kita hadapi dan hadapi sendirian.

Lazimnya, ketika masih muda, kita akan segera mencari kenyamanan pada orang lain saat ada sesuatu yang tidak beres. Akan tetapi ketika kita tumbuh kian dewasa, kita mesti menghadapi hal-hal tertentu, secara internal atau eksternal, yang kita sadari bahwa tidak ada yang benar-benar dapat menyelesaikannya untuk kita kecuali diri kita sendiri.

Saya percaya ini adalah awal dari kesepian bagi kebanyakan orang—fakta suram dari kesendirian kita selama fase-fase tertentu dari pertumbuhan kita menuju kesempurnaan dalam hidup, baik secara lahir maupun batin. Karena meskipun orang lain, pada sesekali waktu, mungkin membantu membalut rasa sakit kita, namun satu-satunya cara untuk benar-benar sembuh dan bangkit adalah mencari jalan keluar dalam kebijaksanaan dan kesendirian kita sendiri.

Beberapa orang dewasa, mungkin saja menjadi pesimis dan cemas ketika mereka menyadari hal ini. Namun saya percaya, bagi mereka yang bersabar atas ketidaknyamanan kesendirian semacam ini, mereka jugalah yang pada akhirnya akan menemukan teman dan kepercayaan di dalam Tuhan. Dengan kata lain, dalam kesendirian dan keterasingan semacam itulah mereka justru bakal menemukan Tuhan, untuk kemudian memutuskan hanya pantas bergantung kepada-Nya.

Bagi individu seperti itu, mereka akan lebih berkesempatan memperoleh Sumber Kebaikan, pengetahuan, dan keindahan yang Tak Terbatas untuk diambil, alih-alih bergantung hanya pada kenyamanan dan pertolongan makhluk yang terbatas dan sangat mungkin berbuat salah dan melakukan banyak keteledoran.

Saya pikir, mereka inilah orang-orang yang benar-benar telah diberkati dalam kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya, dan mungkin ini pula yang dimaksudkan oleh Rasulullah s.a.w ketika beliau bersabda, “…kabar gembira untuk orang asing, kabar gembira untuk mereka..”

Wallahu ‘a’lam.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *